Awasi Badak Ujung Kulon, WWF Tambah 120 Kamera

GUNA mengamati dan melestarikan badak Jawa (Rhinoceros sondaicus sondaicus) di Taman Nasional Ujung KULON, WWF dan International Rhino Foundation (IRF) menambah 120 kamera video otomatis. Tambahan ini melengkapi kamera yang ada dan telah beroperasi dari Balai Taman Nasional Ujung Kulon.

Badak salah satu spesies terlangka di dunia dengan perkiraan populasi kurang dari 60 ekor. Mulanya badak Jawa terdiri tiga subspesies: Rhinoceros sondaicus inermis hidup di Myanmar, Rhinoceros sondaicus annamiticus di Vietnam. Lalu, Rhinoceros sondaicus sondaicus di Taman Nasional Ujung Kulon. Badak Myanmar lebih dulu punah. Badak Vietnam punah tahun lalu. Kini, tinggal badak Jawa di Ujung Kulon.

Koordinator Program Konservasi Badak WWF-Indonesia, Adhi Hariyadi, dalam siaran pers, mengatakan, penambahan kamera video otomatis ini akan menambah akurasi basis informasi badak Jawa di Ujung Kulon. “Rekaman video ini, akan memberikan gambaran utuh tentang populasi badak Jawa karena dipadu dengan monitoring berdasarkan DNA, bahkan perilaku badak pun dapat diteliti mendalam,” katanya di Jakarta, Senin(16/4).

Keperluan tambahan kamera ini setelah Balai Taman Nasional Ujung Kulon mempresentasikan hasil identifikasi badak Jawa selama 2011 menggunakan kamera video otomatis. Tim Rhino Observation Activity and Management (ROAM) Taman Nasional Ujung Kulon menjabarkan kondisi ini dalam pertemuan IUCN AsRSG (Asian Rhino Specialist Group) di Cisarua pada 9 – 13 Maret lalu.

WWF telah bekerja bersama Balai Taman Nasional Ujung Kulon mengamati populasi badak menggunakan kamera sejak dekade 1990-an. Saat itu, penggunaan kamera dalam mengidentifikasi satwa liar, baru yang pertama di Indonesia. Sejak 2008, kamera foto digantikan video. Tahun lalu, Balai Taman Nasional Ujung Kulon resmi menggunakan kamera video otomatis untuk menghitung populasi badak Jawa. Dengan alat ini berhasil mengidentifikasi 35 badak Jawa terdiri dari 22 jantan dan 13 betina.

Direktur IRF, Susie Ellis mengungkapkan, populasi di Ujung Kulon menjadi benteng terakhir badak Jawa di dunia. “Penambahan kamera video otomatis ini diharapkan menjadi langkah penting memastikan kelangsungan keberadaan badak Jawa.”

Kepala Balai Taman Nasional Ujung Kulon, Moh Haryono mengatakan, dengan 160-an kamera video otomatis yang dipasang serentak, tak hanya informasi badak Jawa yang akan diperoleh, juga satwa lain. Bahkan, video ini akan menjadi alat monitoring aktivitas manusia di dalam habitat badak di Ujung Kulon.

Artikel yang diterbitkan oleh
, ,