,

Kolonel Sanders Raksasa ‘Jajah’ Gambut Sumatera

WADAH Kentucky Fried Chicken (KFC) dalam ukuran raksasa bertengger di tengah-tengah hutan gambut Senepis, yang rusak. “KFC Terlibat Perusakan Hutan.” Begitu tulisan yang terpampang di kemasan jumbo itu

Aksi Greenpeace, Rabu(30/5/12) ini untuk kembali meminta KFC dan perusahaan lain berhenti menggunakan produk APP. Aksi pada kawasan hutan alam gambut yang baru dibabat oleh PT RUJ, salah satu perusahaan pemasok APP. Lokasi ini merupakan kawasan kaya karbon, habitat ramin dan harimau Sumatera.

Pada 2007, Kementerian Kehutanan (Kemenhut) mengeluarkan izin prinsip untuk menjadikan Senepis sebagai hutan konservasi harimau Sumatera. Namun, wilayah itu diubah fungsi menjadi kebun akasia oleh dua perusahaan penyuplai  APP, PT Ruas Utama Jaya (RUJ) dan PT Suntara Gaja Pati (SGP).

Laporan terbaru Greenpeace berjudul How KFC Junking the Jungle, mengungkapkan ada keterlibatan sejumlah perusahaan makanan cepat saji seperti KFC dalam deforestasi di Indonesia. Uji forensik pada kemasan KFC di China, Inggris dan Indonesia membuktikan ada kandungan serat kayu dari hutan alam Indonesia.

“Kemasan sekali pakai yang dibuang menjadi sampah itu sangat tidak setara dengan kepunahan satwa langka dilindungi seperti harimau Sumatra, dan habitat ramin serta pengeringan lahan gambut,” kata Rusmadya Maharuddin, Jurukampanye Hutan Greenpeace Asia Tenggara, Rabu(30/5/12).

Dia mengatakan, Greenpeace membuktikan, APP terus menghancurkan hutan hujan dan gambut. “Perusahaan makanan cepat saji seperti KFC dan induk perusahaan Yum! ikut bertanggung jawab atas perilaku APP yang merusak hutan Indonesia.”

Satu-satunya tindakan KFC untuk mendapat kembali hati konsumen dengan memutuskan kontrak dengan APP. “Sampai mereka benar-benar berhenti merusak hutan dan mengeluarkan kebijakan nol deforestasi di setiap mata rantai pemasok,” ujar dia.

Rusmadya mengatakan,  bagi Indonesia, perusahaan seperti APP hanya akan mempermalukan komitmen Presiden SBY mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 41 persen pada 2020.

Pemerintah, harus segera menghentikan APP menghancurkan komitmen pemerintah, dan menempatkan rakyat dalam bahaya perubahan iklim. Sebab, minggu lalu APP baru memberikan konfirmasi,  bahwa mereka tetap akan menghancurkan hutan alam hingga 2015.

Greenpeace meluncurkan kampanye online menggunakan website parodi KFC. Website ini meminta kepada para pelanggan ikut menyelamatkan hutan dan Harimau Sumatera yang terancam punah. Caranya, dengan mengatakan kepada KFC berhenti membeli kemasan yang bersumber dari perusakan hutan.

KFC kebakaran jenggot. Pekan lalu, KFC Indonesia berjanji akan menelusuri laporan Greenpeace mengenai pemakaian kemasan KFC berbahan baku dari hutan alam. Restoran cepat saji ini hanya memakai kemasan jadi dari perusahaan pemasok.

“Kami pelajari terlebih dulu,”  kata Brand Manager KFC Indonesia, Novrizal, seperti dikutip dari  Koran Tempo, pekan lalu.

Novrizal mengatakan, pembelian kemasan dari pihak ketiga lazim dipakai perusahaan-perusahaan lain. “Kemasan yang dipakai KFC Indonesia hasil jadi didapat dari perusahaan lain.”

Selamatkan hutan dan gambut Sumatera. Foto: Rhett Butler

KFC Indonesia mengklaim peduli lingkungan. Produk penyajian yang mereka pakai dipastikan meninggalkan jejak kerusakan lingkungan sangat minimal.

Manajer Hubungan Masyarakat KFC Indonesia, Maman Sudarisman, seperti dikutip dari Koran Tempo,  mengatakan, menggunakan piring yang bisa dicuci ulang.

Salah satu komitmen ini dengan pemakaian piring keramik bagi pelanggan yang menyantap makanan di restoran mereka. Hal ini untuk menghindari pemakaian produk sekali pakai. “Penyajian di restoran tak lagi memakai styrofoam yang sulit terurai di lingkungan.”

Demikian pula bahan baku karbohidrat berupa beras. Perusahaan meminta petani di daerah mengembangkan beras organik yang tak memakai pestisida perusak lingkungan. “Kami peduli lingkungan.”

Jonathan Blum, juru bicara Yum! Brands, mengatakan, 60 persen kemasan kertas yang dibeli dari perusahaan yang menerapkan prinsip hutan berkelanjutan.

Pendapat senada disampaikan juru bicara KFC Inggris & Irlandia. “Seratus persen kemasan yang kami pakai bisa didaur ulang dan dari sumber ramah lingkungan. Tak ada KFC Inggris dan Irlandia ataupun pemasok kami yang bersumber dari APP.”

APP berupaya mencari alasan dan membantah temuan Greenpeace. Masih dari Koran Tempo, APP menyebut Greenpeace kembali menyesatkan publik tentang fakta kayu tropis campuran MTH. “Kandungan MTH dalam suatu produk tidak serta-merta membuktikan produk itu merusak lingkungan,” kata Redita Soumi, juru bicara APP.

Sangat mungkin, serat MTH itu dari sumber legal dan berkelanjutan. Menurut dia, hasil penelitian independen oleh Covey Consulting di Australia tahun lalu menunjukkan serat MTH banyak ditemukan dalam berbagai produk yang telah disertifikasi oleh Forest Steward Council dengan kategori sertifikasi “sumber campuran”.

MTH dapat mudah ditemukan di dalam kertas daur ulang, atau bisa dari pemanen kayu legal dan lestari di hutan primer. Serat MTH bisa didapat dari sisa pohon yang diangkut dalam proses pembersihan, di area hutan terdegradasi, hutan bekas tebangan atau terbakar, sebagai bagian dari rencana pembangunan berkelanjutan.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,