Prigi Arisandi: Saya Tak Akan Berhenti Sebelum Kali Surabaya Bersih Dari Limbah

Prigi Arisandi adalah seorang aktivis lingkungan di Surabaya, yang memperjuangkan hak-hak warga untuk menikmati kualitas air sungai yang baik. Kenyataan adanya polusi merkuri yang amat tinggi di dalam kandungan kali Surabaya, dan mengakibatkan berbagai penyakit bagi warga, membuatnya terus berpikir untuk menyelamatkan generasi mendatang dari kecacatan dan rendahnya kualitas manusia.

Prigi, bersama lembaganya, Ecoton menjalankan berbagai upaya untuk membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya kualitas air kali yang bersih. Dia pun tak segan-segan melakukan dorongan kepada pemerintah kota Surabaya untuk mengubah kebijakan yang dirasanya merugikan warga. Selain itu, ia pun mengajak generasi yang lebih muda, untuk ikut secara aktif melawan segala bentuk pencemaran dan perusakan lingkungan.

Kerja kerasnya sejak awal 2000-an, berbuah hasil saat dunia internasional menghargainya dengan Goldman  Environmental Prize Award 2011. Penghargaan bagi pahlawan lingkungan dari Amerika Serikat, bagi orang-orang yang berjuang demi lingkungan di tingkat akar rumput. Penghargaan yang memberi hadiah sebesar 150.000 dollar bagi pemenang ini digunakan Prigi Arisandi untuk terus mengembangkan pergerakannya menyelamatkan kali dan kualitas air di Surabaya.

Mongabay.co.id: Sungai yang melintas di tengah kota Surabaya, membawa anda jauh berpikir soal banyak hal. Terutama kualitas manusia di Surabaya masa depan. Apa yang memicu anda?

Prigi Arisandi: Sebenarnya tidak fokus hanya pada Kali Surabaya tapi masalah-masalah lingkungan yang menyangkut pencemaran sungai dan lahan basah. Khusus untuk Kali Surabaya karena letaknya di ibukota propinsi Jawa Timur dan berdampak pada 4 jutaan warga Surabaya, Gresik dan Sidoarjo jadi sebelum membereskan masalah lingkungandi pelosok Nganjuk atau Jombang maka masalah yang dekat dengan kantor Gubernur harus diselesaikan terlebih dahulu. 96% bahan baku PDAM Surabaya berasal dari kali Surabaya, padahal kali Surabaya sejak 1999 hingga 2007 statusnya sungai tercemar berat, diatas 80% industri yang membuang limbah ke sungai tidak memiliki IPAL (Intalasi Pengolahan Air Limbah) yang memadai. Saya sangat tertarik dengan isu sungai karena selama ini Pemerintah dan masyarakat umumnya lalai dan mengabaikan pentingnya pengelolaan lingkungan, masyarakat saat ini seolah tutup mata, telinga dan tutup mulut atas kerusakan sungai dan tercemarnya sumber mata air, padahal ada hak-hak anak-anak kita dan anak cucu kita yang harus dilindungi sebaliknya kita kita mengeksploitasi sumberdaya air dan tanpa memperhitungkan cadangan bagi generasi mendatang.

Prigi Arisandi, tak pernah lelah berbagi. Foto: Goldman Environmental Prize

Mongabay.co.id: Ketika banyak perusahaan membuang limbah mereka ke sungai, bukankah itu seharusnya tugas pemerintah setempat untuk mengatur hal itu. Sejauh mana fungsi Ecoton bersama negara/pemerintah melakukan perubahan bagi sekitar?

Prigi Arisandi: Dulu seringkali LSM dicap sebagai organisasi yang hanya ngomong tanpa data. Maka Ecoton sangat mengedepankan data yang valid dan scientific. Maka sebelum melakukan kampanye atau perlawanan maka kami melakukan investigasi dan penelitian dengan menggandeng laboratorium-laboratorium berstandard nasional atau setidaknya menjadi rujukan di Propinsi Jawa Timur seperti Laboratorium Perum Jasa Tirta I Malang, Laboratorium Bina Marga Dinas Pengairan Jawa Timur dan BTKL (Balai Teknik Kesehatan Lingkungan) disamping itu kami juga melakukan penelitian dengan analisis kami karena di ecoton sebagain besar adalah saintis yang memang pekerjaannya melakukan penelitian, bahkan tahun 2002 Ecoton bekerjasama dengan Laboratorium Pemerintah Kota Minamata (propinsi Kumamoto) Jepang untuk mengkaji pencemaran merkuri di Kali Surabaya.

Pada tahun 1998-2005 Dari penelitian yang kami lakukan disimpulkan bahwa pencemaran yang banyak terjadi dan memberi dampak pada masyarakat adalah pencemaran yang ditimbulkan oleh aktivitas industri, dan pemerintah Kota/kabupaten dan propinsi seringkali berfihak dan lemah dalam pengawasan pembuangan limbah yang seringkali melebihi baku mutu. Maka Ecoton seringkali bekerjasama dengan media massa terutama koran untuk mengekspos nama-nama industri pencemar. Cara ini sangat efektif karena

1.      Industri umumnya memiliki rasa malu apabila industrinya dicap pabrik pencemar atau tertangkap membuang limbah yang melebihi baku mutu, apalagi bagi industri yang terdaftar di bursa Efek (Go Public) maka berita negatif tentang perusahaan akan membawa dampak keengganan masyarakat untuk membeli sahamnya.

2.      Dinas lingkungan Kabupaten/Kota atau Propinsi merasa kecolongan karena selama ini umumnya industri melaporkan hasil uji buangan limbah industri yang dilaporkan selalu bagus (sesuai standar). Kadangkala Dinas lingkungan pun akan dipanggil oleh DPRD bila kasus pencemarannya memang berat.

3.      Sanksi Sosial masyarakat, Ecoton sering juga kampanye kepada masyarakat untuk tidak membeli produk-produk industri pencemar

Mongabay.co.id: Anda membangun Ecoton sejak lama, apa sih hal pertama yang anda lakukan bersama Ecoton saat itu?

Prigi Arisandi: Sejak kuliah di Biologi Universitas Airlangga tahun 1994 saya merasa ada banyak kegiatan eksploitatif yang merusak lingkungan. Penelitian kami di Ecoton pada tahun 1996 menunjukkan bahwa sungai-sungai yang bermuara di pantai Surabaya tercemar logam berat bahkan dampaknya sudah mulai dirasakan dengan tingginya kadar Hg (merkuri) dan Pb (timbal) dalam ASI (Air Susu Ibu) maupun dalam darah penduduk yang tinggal di pesisir. Pemerintah seakan tutup mata, telinga dan mulut tanpa upaya antisipatif bahkan cenderung Instansi pengelola lingkungan lebih berpihak pada pelaku pencemaran. Mereka selalu berdalih bila industri ditutup maka akan terjadi pengangguran dan menganggu kestabilan sosial.

Indonesia kaya akan sumberdaya alam dan mata air adalah salah satu potensi yang belum maksimal dikelola. peradaban di jawa timur pun dibangun  diatas sungai Brantas. Kerajaan Doho, Singosari danMojopahit adalah kerajaan yang berdiri makmur atas pemanfaatan sungai Brantas dengan arif, namun sayangnya selama jaman modern ini kita hanya mengeskploitasi tanpa upaya konservasi.

Terus menularkan kesadaran terhadap lingkungan sekitar kepada generasi lebih muda. Foto: Sahabat Air

Mongabay.co.id: Apa hambatan terbesarnya?

Prigi Arisandi: Karena masalah lingkungan adalah bukan menjadi masalah prioritas. Manusia pada umumnya adalah fatalistik dimana mereka akan menyadari untuk berubah setelah mereka sendiri menjadi bagian dari korban. Di Jepang polusi menjadi isu penting setelah tragedi matinya korban jiwa akibat Minamata Disease, di Amerika ada gerakan konservasi setelah kepunahan spesies telah banyak terjadi dan banyaknya penderita kanker akibat revolusi hijau.  “Silent Spring”, atau kesadaran masyarakat Eropa untuk membersikan lingkungan terjadi setelah kerusakan parah yang disebabkan oleh Revolusi Industri.

Sehingga masalah utama untuk penyadaran lingkungan adalah rendahnya kesadaran semua fihak, namun saya optimis dengan semakin banyaknya contoh-contoh sukses pemulihan lingkungan hidup akan menginspirasi banyak orang namun usaha ini harus dipercepat dan diperluas skalanya.

Mongabay.co.id: Apa saja keberhasilan terbesar anda sejauh ini sebagai pekerja lingkungan?

Prigi Arisandi: Ada beberapa keberhasilan yang sudah dilakukan, antara lain adalah:

Pertama: Gugatan Untuk Pemulihan Kualitas Air Kali Surabaya

Gugaatn Kepada gubernur Jawa Timur terkait Pengkelasan air Kali Surabaya dan Penghitungan daya tampung beban pencemaran

HASIL : Pengadilan Negeri Surabaya melalui putusan dan penetapan PN Surabaya nomor 677/Pdt.6/2007 PN. Sby  10 April 2007  memerintahkan kepada Gubernur Jawa Timur untuk menyusun Peraturan Gubernur tentang penetapan peruntukan Kali Surabaya dan menyusun pedoman dan menetapkan daya tampung beban pencemaran Kali Surabaya

Kedua: Permohonan Fatwa MUI  agar Air Kali Surabaya di haramkan untuk pemakaian Wudhu

HASIL: Keputusan Fatwa MUI Propinsi Jawa Timur No. Kep-15/SKF/MUI/JTM/V/2008 Tentang Pencemaran Sungai di Surabaya 5 Mei 2008

Menetapkan menjadi ketentuan hukum:

pertama bahwa perbuatan membuang limbah industri dan atau limbah domestik dengan sengaja ke sungai, tanpa melakukan pengolahan terlebih dahulu sehingga memenuhi syarat yang berlaku adalah HARAM

kedua Setiap tindakan yang mendorong atau memberikan peluang terjadinya pembuangan limbah industri ke sungai tanpa pengolahan terlebih dahulu sehingga memenuhi syarat yang berlaku adalah HARAM. 

Ketiga: Pemanfaatan bantaran sepanjang KaIi Surabaya Menjadi LABORATORIUM ALAM Untuk SEKOLAH

HASIL:  Bekerjasama dengan Perum Jasa Tirta  ASA IV Surabaya SMAN 1 Wringinanom dan SMAN 1 Driyorejo melakukan pengelolaan bantaran Kali Surabaya menjadi Laboratorium Sekolah melalui MoU antara pihak jasa Tirta dan sekolah yang mengelola.  Sampai saat ini sudah ada 4 lokasi yang sudah dimanfaatkan menjadi Laboratorium Sekolah, bahkan pada 12 Agustus SMAN 1 Wringinanom dengan konsep hutan tani bantaran mendapatkan penghargaan dari British Council sebagai model penyelamatan lingkungan sekaligus antisipasi perubahan iklim dengan berbasis partisipasi multipihak antara sekolah, masyarakat dan pemerintah.

Keempat: Multistakeholder Partnership tanggulangi pencemaran Kali Surabaya

HASIL:  Program Stop Cemari Kali Surabaya yang dirilis oleh Gubernur Jatim pada 20 Januari bersama dengan perusahaan, Instansi Pemerintah, Kepala Desa, pelajar dan LSM untuk mengurangi pencemaran Kali Surabaya dilanjutkan dengan kegiatan patroli rutin pemantauan pencemaran oleh Badan Lingkungan Hidup Propinsi, Polwiltabes Surabaya, Perum Jasa Tirta, Dinkes, dan LSM sampai saat ini sudah menangkap 17 pelaku/ diduga melakukan pencemaran.

Yang Sedang Di dorongkan

Gugatan Kepada Presiden, Menteri Negara Lingkungan Hidup dan Menteri Pekerjaan Umum karena kelalaian mereka tidak mengelola Kali Brantas hingga 2006-2010 kualitas air Kali brantas menjadi cemar berat, padahal sebagian airnya dipakai untuk bahan baku PDAM.

Kemitraan Konservasi Sumber Mata Air. Upaya kemitraan antara pemerintah (instansi pengelola lingkungan), pemerintah desa yang bersinggungan langsung dengan sumber air (mata air, danau dan sungai), sekolah (SMP dan SMA di sekitar sumber air), LSM dan organisasi masyarakat dan kepemudaan dan sektor swasta. Semua pihak melakukan upaya pemantauan bersama-sama untuk terjaganya kelestarian dan keberlanjutan pemanfaatan sumber daya air yang adil.

Perda Pengelolaan kualitas air yang memuat parameter biologi, dengan menggunakan serangga air sebagai parameter kunci. Selama ini pemantauan kualitas air menggunakan parameter DO, BOD, COD yang hanya diukur oleh alat mahal yg dimiliki dinas lingkungan pemprop sehingga terbatas orang atau instansi tertentu yang bisa memonitoring kualitas air. Dengan dimasukkannya serangga sebagai parameter kunci maka semua orang akan bisa memantau kualitas air.

Sukses meraih penghargaan Goldman Environmental Prize dari Pemerintah AS. Foto: Goldman Environmental Prize

Mongabay.co.id: Bisa cerita sedikit soal Goldman Prize yang Anda terima tahun 2011 silam?

Prigi Arisandi: Wah, ini pengalaman luar biasa yang tidak pernah saya bayangkan. Bisa bertemu, berjabat tangan, dan membahas masalah lingkungan hidup dengan Presiden Obama selama hampir setengah jam. Di Ruang Oval Gedung Putih itu, saya berkesempatan untuk mempromosikan pemulihan sungai dengan melibatkan partisipasi masyarakat menggunakan serangga air.

Kesempatan bertemu Presiden Obama ini dalam rangka penganugeraan penghargaan Green Nobel oleh Goldman Environmental Foundation yang berkantor di San Fransisco, California, USA. Goldman sejak 1990 setiap tahun memberikan penghargaan kepada enam orang dari enam benua berupa uang tunai USD 150.000. Para pemenang juga berkesempatan untuk melakukan audiensi dengan Presiden Amerika Serikat Barack Obama, Nancy Pelosi (Ketua DPR AS), Lisa P. Jackson (Administrator Environmental Protection Agency atau Menteri Lingkungan Hidup AS).

Mongabay.co.id: Bagaimana anda memaknai Penghargaan internasional ini?

Prigi Arisandi: Apreasiasi dari masyarakat internasional ini semakin menyadarkan kita bahwa sebenarnya kita hidup pada bumi yang sama. Sehingga, perubahan lingkungan yang terjadi di kampung kita atau di belakang rumah kita akan membawa pengaruh pada belahan bumi yang lain. We are always connected.

Ini juga kesedihan mendalam bagi saya pribadi, karena kurangnya apresiasi pemerintah kita pada upaya pemulihan kerusakan lingkungan. Pemerintah cenderung abai pada kelestarian lingkungan. Sebaliknya, mereka kerap kali hanya memanen, memanen, dan memanen tanpa ada kesadaran untuk menanam.

Bersama para siswa sekolah. Foto: Goldman Environmental Prize

Mongabay.co.id: Apa saja yang dilakukan Ecoton saat ini, dan bagaimana anda membangun jejaring kerja anda?

Prigi Arisandi: Saya selalu melibatkan anak-anak dalam kegiatan penyelamatan lingkungan Karena sebenarnya anak-anak adalah korban nyata dari pencemaran lingkungan yang sekarang sedang terjadi, 63% penderita kanker anak tinggal di Tepian Kali Brantas sedangkan 80% anak-anak di pesisir Kenjeran mengalami gejala Slow Learner (gejala Idiot). Anak harus disadartahukan tentang kondisi lingkungan yang mempengaruhi hidup mereka terutama kualitas air.  Diantaranya melalui:

1.      Berusaha untuk menjadi manusia yang tahu (berpengetahuan), mau tahu (peduli) dan mau memberitahu (memotivasi orang), di dalam memberitahukan suatu hal atau gagasan terkandung komponen untuk melayani orang lain (to serve). Saya merasa selalu saja diberi kemudahan-kemudahan dalam hidup, bila saya berlaku melayani orang lain, ada saja pertolongan Tuhan yang datang, prinsipnya kalo kita membuat mudah kesulitan orang pastinya Tuhan akan memberikan kemudahan bagi hidup kita. Selama ini yang ada di pikiran saya/ menjadi prioritas (obsesi) adalah bagaimana agar Kali Surabaya dan Kali Brantas kembali pulih pada fungsinya, dan saya berserah pada Tuhan untuk memikirkan kebutuhan hidup anak dan istri saya

2.      Saya selalu menanamkan pada anak-anak muda bahwa ”kita bisa menjadi apa yang kita inginkan asalkan kita mau” mau kemana kita atau perubahan apa yang akan kita buat bukan sesuatu yang mustahil bila kita punya kemauan. Perubahan akan bisa terjadi dengan kuat kemauan yang ditunjang kerjakeras. Baru setelah itu akan banyak orang yang akan mencontoh kita,

3.      Mau menjadi manusia pembelajar, saya selalu menekankan “akrablah dengan masalah maka lambat laun kau akan menemukan solusi atas masalah itu” dan selalu berusaha menjadi bagian dari solusi. Banyak pengalaman hal-hal baru dan inovatif muncul dari intimnya kita menggauli masalah, misalnya bersama pelajar SMAN 1 Wringinanom lahir ide seperti:

a. Sensus Serangga Air, sebuah cara untuk mengajak pelajr berpartisipasi memantau kualitas air yang sebelumnya menjadi domain kampus dan instansi pemerintah,

b. Surat Cinta Untuk Pencemar, gagasan ini dimunculkan oleh pelajar SMAN 1 Driyorejo karena mereka setiap hari melihat pabrik-pabrik di sekitar rumah dan sekolah mereka membuang limbah ke sungai yang menjadi bahan baku PDAM

c. Sekolah menjadi Pusat Informasi Lingkungan.  Gagasan ini dikembangkan di SMAN 1 Manyar dimana pelajar mengidentifikasikan masalah di sekitar Manyar dan berusaha ikut serta memberikan rekomendasi pada masyarakat.

d. Patroli Sepeda Brantas, ide penyelamatan sungai melalui patrol rutin yang dilakukan oleh SMPN 2 Jetis Mojokerto

e. Sekolah Penyelamat Mata Air, sekolah aktif melakukan pemantauan kualitas air dan mengajak masyarakat aktif menanam yang dilakukan oleh SMPN 1 Wonosalam

Mongabay.co.id: Anda pernah membayangkan Ecoton yang anda bangun bisa melangkah sebegitu jauh saat ini?  Mengapa?

Prigi Arisandi: Saya ingin dimasa datang anak-anak saya tidak akan kesulitan mendapatkan air bersih. Negeri ini kaya akan sumberdaya air namun kita menyia-nyiakannya.

Nyatanya saat ini satu-persatu sungai-sungai sudah tidak dapat difungsikan lagi seperti lima tahun yang lalu, ada 13 sungai utama di Indonesia yang kesemuanya dalam status cemar berat padahal sebagian besar dimanfaatkan untuk PDAM.

Perilaku kita saat ini perlahan-lahan membunuh satu persatu sungai yang ada dan pada gilirannya generasi yang akan datang tidak bisa menikmati air bersih yang mengalir di sungai-sungai.

Mongabay.co.id: Sampai kapan anda akan terus berjuang?

Prigi Arisandi: Saya tak akan berhenti berjuang sebelum Kali Surabaya bersih dari limbah dan sampah sehingga layak dipakai untuk mandi serta mencuci.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , ,