Kajian Biologi Molekuler Bantu Penyelidikan Perdagangan Satwa Ilegal

Ketika kasus perdagangan ilegal spesies langka menarik perhatian publik beberapa tahun lalu, Institut Biologi Molekular Eijkman menjadi lembaga penjembatan antara penelitian genetik dan penegakan hukum untuk mengungkap kasus ini.

Lembaga ini menerima sampel dari bagian tubuh hewan dari Departemen Kehutanan yang telah disita dari para pemburu. Kemudian, lembaga ini mengidentifikasi lebih lanjut dengan menggunakan tes forensik DNA.

Melalui analisis molekuler, mereka dapat mengidentifikasi bagian-bagian tubuh satwa langka yang dilindungi untuk digunakan sebagai bukti untuk mengadili para pemburu liar.

“Teknik biologi molekuler yang canggih benar-benar mengatasi kesulitan yang kami hadapi dalam memberikan bukti untuk penegakan hukum,” kata Herawati Sudoyo, wakil ketua Institut Biologi Molekuler Eijkman.

Berbicara dalam diskusi bertajuk “Membangun Kapasitas dalam Konservasi Satwa Liar dan Genetika Forensik” yang diselenggarakan bersama oleh Lembaga Eijkman dan Kementerian Riset dan Teknologi, Herawati mengatakan bahwa ilmu forensik genetika untuk megungkap penyelidikan kejahatan yang berhubungan dengan satwa liar adalah salah satu prestasi yang paling menonjol dari Institut Eijkman di beberapa tahun terakhir.

Serangkaian kegiatan pada hewan yang telah diberi kode batang (barcode) – seperti ikan, larva, burung, serangga dan organisme laut – yang menggunakan penanda khusus seperti DNA mitokondria dan Y STR merupakan bagian dari inisiatif awal yang diambil oleh lembaga terhadap konservasi satwa liar menggunakan genetika forensik.

“Ini adalah peran dari Institut Eijkman untuk mengembangkan penanda molekuler genetik  untuk mengidentifikasi spesies dan sub-spesies dengan meneliti pola genetik antara populasi yang terisolasi secara geografis, serta mendefinisikan tingkat sub-spesies untuk tujuan manajemen konservasi, dan merevisi spesies tradisional dan mendesain sub-spesies, “kata Herawati.

Ross McEwing, Direktur Teknis Jaringan Forensik Kehidupan Liar TRACE, mengatakan genetika forensik  adalah kunci untuk melakukan investigasi satwa liar karena bisa mengidentifikasi jenis dan asal populasi spesies atau bagian tubuh mereka serta membangun database individu untuk tujuan penegakan hukum.  “Kami telah melihat tumbuhnya kesadaran di banyak negara tentang perlunya forensik genetika untuk menyelamatkan satwa liar,” katanya.

McEwing memberikan contoh bahwa satwa liar tes DNA forensik di Malaysia telah meningkat 80 persen dengan 1.205 sampel forensik yang sudah diproses. Sementara Vietnam telah meminta pelatihan bagi aparat penegak satwa liar. Semua harimau hasil tangkapan di negeri ini telah diambil sampelnya untuk database sampel DNA. Mereka juga telah meminta bantuan dalam membangun forensik satwa liar DNA.

Noviar Andayani, seorang ilmuwan dari Wildlife Conservation Society (WCS) Indonesia Program, juga mengatakan lembaganya telah melihat lebih jauh soal manajemen genetik dari spesies yang terancam punah.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , ,