Perburuan Telur Penyu di Paloh Turun Drastis

PERBURUAN telur penyu di Paloh, Kabupaten Sambas, dari 2009 sampai 2012, terjadi penurunan dratis, sampai 95 persen. Warga yang biasa berburu kini dilibatkan sebagai penjaga pantai.

Dwi Suprapti, Koordinator Site Paloh WWF Indonesia mengatakan, dulu, di Paloh,  warga sulit melihat tukik, anak penyu,  berjalan hilir mudik di tepian pantai. Saat ini, tukik-tukik sudah mudah ditemui.

Sejak lama, masyarakat di sana biasa memperdagangkan telur penyu secara bebas. Namun, mulai 2009, mereka melakukan sembunyi-sembunyi karena sudah ada upaya penegakan hukum.

Di Paloh, dulu hampir 100 persen telur penyu di Paloh diambil dari sarang mereka hingga tak sempat menjadi tukik. Pendampingan masyarakat  yang melakukan perburuan mulai tahun 2009.  Tahun 2010, masih tetap terjadi pengambilan telur penyu.

Tahun 2011, sebagian masyarakat mulai menyadari. “Kami lakukan pendekatan terus. Mereka yang biasa berburu telur penyu kami jadikan sebagai penjaga,” katanya, Kamis(28/6/12).

Hasilnya, tahun ini kelihatan begitu menggembirakan, 95 persen warga sudah menyadari. Tinggal  sekitar lima persen perburuan telur penyu di sana. “Jadi, tak heran, sekarang warga sudah biasa melihat tukik berjalan-jalan di pantai. Tak seperti sebelumnya.”

Belum lama ini, mereka membuka sangkar dan menghitung cangkang bolong. Total yang mampu dihitung sekitar 14.100 tukik dari 200 an sarang. Dengan asumsi rata-rata satu sarang 100 telur. Satu sarang bisa lebih banyak, ada yang berisi 115, 120 sampai 130 telur. “Dari cangkang bolong ini diasumikan jadi tukik bisa survive ke laut.”

Menurut dia, WWF melakukan pengawasan ketat saat musim puncak perburuan, Mei sampai September. “Tahun ini sudah berjalan dua bulan musim puncak. Kami targetkan bisa turun sampai 98 persen,” ujar dia.

Memang, ucap Dwi, masih sulit menghapus praktik perburuan hingga tuntas. Karena masih ada saja yang berusaha untuk mengambil telur-telur ini dengan modus yang berubah-ubah. Jika dulu mereka terbuka, setelah ada penegakan hukum dan pengawasan dengan bersembunyi-sembunyi.

Caranya, setelah telur dikumpulkan dari sarang lalu  disembunyikan di hutan. Ketika sepi, baru telur diambil. Ada juga yang memasukkan telur ke dalam jerigen.

“Ada juga yang memasukkan telur-telur ke dalam ransel, stereofoam. Masih ketahuan. Lalu mereka masukkan ke motor yang punya jok luas.” Aksi inipun masih ketahuan. Mereka kini lewat laut. “Ini yang agak sulit kami kejar.”

Pekan lalu, aparat TNI menyerahkan warga yang masih berjualan telur penyu di sekitar Keraton Sambas ke Polres. Mereka sudah lama mengintai perdagangan ini. “Kami kerja sama dengan TNI untuk ikut mengawasi ini. Berharap semoga penegakan hukum bisa berjalan.”

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , , ,