Pemetaan Hutan Indonesia Kini Makin Mudah: Aksi Pesawat Mini Tanpa Awak

Sebuah solusi murah berupa pesawat mini tanpa awak bisa membantu aktivitas pemetaan hutan, perubahan dalam penggunaan lahan dan mendeteksi satwa liar di daerah pedalaman dan daerah yang sulit diakses. Hal ini diungkapkan dalam sebuah studi yang dimuat di jurnal Tropical Conservation Science.

Lian Pin Koh, seorang ahli ekologi dari ETH Zurich, dan Serge Wich, seorang ahli biologi dari Universitas Zurich dan PanEco, membangun sebuah pesawat mini bernama “Conservation Drone” dengan menggunakan sebuah pesawat yang digerakkan dengan kontrol jarak jauh dan dipasangi kamera, sensor danGPS. Jalur penerbangan dari pesawat tanpa awak ini diprogram lewat tampilan antar-muka peta Google Earth, yang membuat para peneliti bisa menyasar tujuan spesifik di sebuah area untuk survey dan pemetaan.

"Ide untuk membuat pesawat tanpa awak ini datang saat kunjungan saya ke Kalimantan tahun 2004. Saya kelelahan di dalam survey yang dilakukan di tengah hutan, dan berharap bisa memiliki sebuah pesawat dengan kendali jarak jauh untuk melakukan survey kehutanan ini." Foto: Lian Pin Koh

Koh dan Wich sudah menguji pesawat tanpa awak ini di hutan tropis di Sumatera, Indonesia. Setelah terbang selama 25 menit, mereka bisa menggabungkan semua foto-foto udara untuk dibuat menjadi peta penggunaan lahan dan tutupan hutan, sebuah gambar orangutan liar yang ada di atas pohon, seekor gajah Sumatera yang tengah membersihkan areanya, dan mendeteksi konversi pertanian. Hal ini menunjukkan bahwa pesawat tanpa awak ini sangat multiguna dan memberi contoh bagi aplikasi dalan upaya konservasi dan masalah lingkungan.

Hal ini sangat signifikan, karena proses survey dalam konservasi dan monitoring bisa memakan biaya sangat banyak. Misalnya dalam survey orangutan. “Survey daratan orangutan di Sumatera, bisa memakan biaya hingga 250.000 US Dollar untuk dua tahun pengerjaan,” tulis mereka. “Terkait dengan biaya yang tinggi ini, survey seringkali dikerjakan tidak sesuai dengan frekuensi waktu yang semestinya untuk mendapat analisis dan monitoring dari populasi. Hal lainnya, beberapa area yang sangat dalam di hutan tropis belum pernah samasekali dilakukan survey keragaan hayati terkait kesulitan lintasan yang sangat tinggi.

Seekor orangutan (foto atas) dan seekor gajah Sumatera terlihat jelas dari hasil survey udara dengan pesawat tanpa awak ini. Foto: Lian Pin Koh

“Penggunaan Conservation Drones bisa menghemat banyak hal, terutama waktu, tenaga dan uang bagi pekerja konservasi lokal dan peneliti, dimana di sisi lain hal ini bisa meningkatkan efisisensi monitoring dan survey hutan tropis dan satwa liar. Kami yakin bahwa Conservation Drones bisa mengubah banyak hal dan dalam waktu dekat akan menjadi teknik standard dalam upaya konservasi dan penelitian di wilayah tropis dan dimanapun.”

Koh dan Wich kini tengah membangun versi yang lebih maju dari pesawat tanpa awak ini, termasuk yang dilengkapi dengan kamera sinar semi infra merah, infra merah dan ultra violet. Para peneliti kini tengah mengujicoba desan baru di atas wilayah habitat badak dan harimau di Nepal.

CITATION: Koh, L. P. And Wich, S. A. 2012.Dawn of drone ecology: low-cost autonomous aerial vehicles for conservation. Tropical Conservation Science Vol. 5(2):121-132.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,