, ,

Satwa Langka Bengkulu Terancam Eksplorasi Batubara

SEJUMLAH kawasan hutan yang menjadi habitat satwa langka di Bengkulu makin kritis akibat perambahan liar dan rencana pembukaan kegiatan pertambangan batubara.

Salah satu kawasan yang makin terancam adalah Taman Wisata Alam (TWA) Pusat Konservasi Gajah (PKG) di Seblat, Kabupaten Bengkulu Utara.

Kawasan yang menjadi habitat puluhan gajah liar dan satwa langka lain yakni harimau Sumatra dan beruang madu terus dihantui perambah dan incaran para pemodal untuk mengeruk potensi batubara.

Koordinator PKG Seblat Erni Suyanti Musabine mengatakan, hingga saat ini ada lebih dari empat permintaan izin eksplorasi batubara di dalam kawasan seluas lebih 7.000 hektare itu.

“Permohonan untuk eksplorasi batubara terus berdatangan, padahal PKG Seblat baru dinaikkan status menjadi taman wisata alam,” katanya di Bengkulu, seperti dikutip dari Antara, Selasa(11/7/12).

Sebelumnya, PKG Seblat berstatus hutan produksi terbatas dengan fungsi khusus. Melalui keputusan Menteri Kehutanan nomor SK.643/Menhut-II/2011 tentang perubahan peruntukan kawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan seluas 2.192 hektare. Perubahan antarfungsi kawasan hutan seluas 31.013 hektare, dan penunjukkan bukan kawasan hutan menjadi kawasan hutan seluas 101 hektare di Bengkulu pada 10 November 2011, PKG Seblat berubah menjadi TWA.

Lalu, seluas lebih 500 hektare =menjadi kawasan hutan yang dapat dikonversi.”Ini yang mengkhawatirkan karena kawasan seluas 500 hektare itu merupakan habitat gajah liar dan satwa langka lain,” ujar dia.

Selain menjadi habitat 19 ekor gajah binaan BKSDA, 80 ekor populasi gajah liar diperkirakan masih ada di dalam kawasan hutan itu.

Kawasan seluas lebih 7.000 hektare itu memiliki potensi sumberdaya alam keanekaragaman flora fauna tinggi. Bentang alam yang indah dari sebagian ekosistem asli hutan hujan dataran rendah yang masih tersisa di Bengkulu.

Sejumlah penelitian tentang hasil identifikasi kekayaan jenis flora dan fauna, lanskap dan obyek wisata lain sebagai potensi atraksi wisata pada jalur patroli hutan yang terpilih untuk wisata.

Lukisan karya Taufan ST yang menggambarkan kegelisahan harimau Sumatera karena hutan mereka nyaris habis, kehidupan mereka terancam. Foto: Sapariah Saturi

Pertanyakan Keputusan Menhut
Anggota Walhi Bengkulu, Barlian mengungkapkan, konflik satwa tinggi, tidak lain akibat alih fungsi kawasan hutan. Terutama, menjadi lahan perkebunan dan pertambangan.

“Seperti PKG Seblat benteng terakhir dari habitat satwa liar di Bengkulu tetapi terus diincar untuk pertambangan.”

Dia mempertanyakan, keputusan Menteri Kehutanan yang melepaskan 500 hektare kawasan PKG Seblat dan menurunkan fungsi menjadi kawasan hutan yang dapat dikonversi.

“Ini akal-akalan karena hasil penelusuran kami di lapangan, kawasan seluas 500 hektare itu justru tempat hidup gajah liar dan satwa langka lain.”

Menurut dia, pertambangan batubara di sekitar PKG Seblat, terlebih di kawasan hutan akan menghancurkan habitat satwa langka dilindungi. Terutama gajah liar Sumatra yang baru naik status menjadi terancam punah (critically endangered).

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , ,