Coki “Netral” Galang Petisi Lindungi Lumba-lumba

SETELAH mengetahui perlakuan buruk yang dialami lumba-lumba sirkus, gitaris band Netral, Coki bertekad ikut mengkampanyekan perlindungan terhadap hewan bersahabat ini. Diapun menggalang dukungan dengan mengumumkan petisi di Change: www.change.org/stopsirkuslumba.

Dia mendesak Lotte Mart, Giant, Hero dan Teh Botol Sosro, berhenti mensponsori sirkus lumba keliling, termasuk menyediakan tempat.

Christopher Bollemeyer, begitu nama lengkap pria ini, dalam jumpa pers, Kamis(18/7/12), mengatakan, beberapa tahun lalu menonton sirkus keliling yang dikelola PT Wersut Seguni Indonesia (WSI). “Saya terkejut melihat lumba-lumba diperlakukan buruk,” katanya.

Coki tertantang untuk menelusuri lebih jauh. Dia menemukan mamalia ini tersiksa karena sengaja dibuat lapar, suara bising saat diangkut pakai truk dan pesawat.

Lumba-lumba menggunakan sonar. Saat diletakkan di kolam, sonar rusak, klorin yang tinggi di kolam tak jarang membutakan mata mereka. “Bagi yang tak tahan ada yang mati,” ucap Coki.

Dia membaca petisi di www.change.org/flyingdolphins, yang berhasil menekan Garuda Indonesia berhenti mengangkut lumba-lumba lewat ribuan tanda tangan. Ini suatu harapan.

Namun, masih banyak perusahaan yang mendukung aksi sirkus keliling ini. Lalu, dia menggagas petisi serupa di Change.org.

Pramudya Harseni dari Jakarta Animal Aid Network (JAAN) mengatakan, langkah JAAN dalam kampanye perlindungan lumba-lumba dalam waktu dekat ini, petisi kepada perusahaan-perusahaan didukung Coki. “Kita juga akan ke pantai utara Jawa untuk sosialisasi,” katanya.

Lumba-lumba, merupakan mahluk sosial yang ada di laut dengan kecerdasan luar biasa. Jadi, jika memang ingin tahu tentang lumba-lumba, tempatnya bukan lewat sirkus. “Tapi datang saja langsung ke habitatnya. Kita bisa belajar lebih banyak saat mereka di alamnya.”

Dia menyayangkan, di Indonesia, lumba-lumba diambil atas nama penyelamatan, lalu dijadikan sirkus.”

Riyanni Djangkaru Chief Editor DiveMag Indonesia, majalah gaya hidup khusus penyelam ini, mengatakan, tontotan sirkus lumba-lumba keliling seakan menjadi tren dan diminati ibu-ibu juga anak-anak.

Untuk itu, dia mengajak, agar lebih kritis dalam menikmati tontotan. Sebab, dengan makin banyak peminat, maka penangkapan liumba-lumba akan makin tinggi.

Lumba-lumba harus dilindungi dari eksploitasi manusia. Foto: Wikipedia

Lumba-lumba ditangkap khusus untuk sirkus itu di Jawa Tengah (Jateng). Jika di Flores, lumba-lumba ditangkap untuk umpan hiu. Bahkan, ada yang dijual di pasar seolah-olah daging sapi. “Terlebih ini mau puasa dan Lebaran, makin marak daging sapi palsu karena sebenarnya lumba-lumba.”

Dalam kesempatan ini, JAAN memberikan penghargaan kepada Garuda Indonesia, Carrefour dan Ace Hardware karena berkomitmen tak akan mensponsori sirkus lumba-lumba keliling.

“Kita berharap, perusahaan-perusahaan lain juga menyusul Garuda, Carrefour dan Ace Hardware,” kata Pramudya, diamini Coki dan Riyanni.

Artikel yang diterbitkan oleh
, ,