,

Gajah Belia Mati Diracun dan Kehilangan Gading di Tahura Riau

Angka kematian gajah Sumatera terus bertambah. Seekor gajah Sumatra (Elephas maximus sumatranus) jantan belia ditemukan mati di tengah kebun sawit di Desa Kota Garo, Kabupaten Kampar, Riau Jumat 20 Juli 2012.

Gajah Sumatra berusia sekitar 12 tahun ini ditemukan tidak jauh dari hutan lindung Taman Hutan Raya Riau. Kematiannya diperkirakan sehari sebelum ditemukan Tim BKSDA Riau, WWF Riau dan kepolisian setempat. Dokter hewan Rini Deswita kepada Mongabay Indonesia mengatakan, saat ditemukan gading sebelah kiri hilang.

“Biasanya kalau orang awam mencuri gading, maka belalai juga dipotong. Tapi kali ini belalainya utuh. Ada dua sayatan rapi di bibir atas. Ini pekerjaannya sangat rapi. Gadingnya dipotong sampai diujung bagian dalam,” katanya.

Selain gading yang hilang, hasil autopsi BKSDA menemukan limpa dan hati gajah tersebut sudah berubah menjadi hitam. Tim dokter juga menemukan serbuk pestisida di dalam saluran pencernaan.

“Gajah ini diduga keracunan. Sampel hati dan limpa serta lainnya akan dikirim ke Balai Penelitian Penyakit Veteriner (BPPVT) Bukittinggi dan Bogor. Dalam dua minggu hasilnya akan diketahui penyebab kematiannya,” tambahnya.

Syamsidar, Humas WWF Riau mengatakan, gajah yang mati tersebut berada di kantong gajah Petapahan yang memang masuk kategori kritis. Kantong Petapahan melingkupi wilayah Kampar Kanan, Tapung dan juga sebagian kawasan lindung Taman hutan raya (Tahura).

“Di sana tidak ada hutan konservasi dan hutan alam sudah habis. Tersisa cuma di Tahura karena daerah lintasannya di sana. Berdasarkan survei 2009 jumlah populasinya cukup banyak 20-30 ekor. Karena habitatnya habis maka masuk kategori kritis,” ujarnya.

Di Riau terdapat sembilan kantong gajah. Tujuh diantaranya kritis dan dua lainnya di Tesso Nilo bisa diselamatkan. Dari total 300-320 individu gajah yang ada di Riau, sebanyak 150-200 individu ada di Tesso Nilo. “Tapi yang paling banyak gajah mati justru di Tesso Nilo karena banyaknya perambahan hutan. Ada upaya intervensi penyelamatan habitat tapi tetap masih terancam. Kalau sejak 2004 sampai sekarang sudah ada 60 ekor yang mati. Itu baru yang terdata,” kata Syamsidar.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , ,