,

Makan Bangkai Ikan, Ratusan Burung Mati di Teluk Youtefa

Tak hanya ikan, belut, dan penyu di sekitar Teluk itu juga mati.

RATUSAN burung yang memakan bangkai ikan di perairan Teluk Youtefa, Jayapura Papua, ikut mati. Warga menemukan, burung-burung pemakan ikan, antara lain, bangau mati di pesisir pantai. Kini, masyarakat Enggros dan Tobati, dua kampung di Teluk itu pun, mulai beralih dari nelayan menjadi petani.

Misteri kematian ikan di peraian Youtefa, pekan lalu, belum terungkap. Kini, ratusan burung pemakan ikan juga mati setelah memakan ikan mati itu. Belut dan penyu yang hidup di perairan itu pun mati. Sampai saat ini, berbagai jenis ikan terus mati dan hanyut di permukaan laut.

Andre Liem dari Papua Tour Guides Community mengatakan, burung berwarna putih kecil pemakan ikan, mati. Ratusan burung-burung kecil yang terjun ke permukaan air lalu menangkap ikan mati, dengan muka hancur. Sebelum mati, mereka beterbangan di hutan sekitar Kampung Enggros dan Tobati. “Senin, 23 Juli, masyarakat temukan beberapa bangau mati di pesisir pantai,” katanya, Selasa(24/7/12).

Yakob Merauje, warga Kampung Enggros mengatakan, kematian ikan-ikan itu sudah sekitar satu bulan. Awalnya, masyarakat tidak curiga. Mereka menduga ikan-ikan itu mati karena pembuangan limbah rumah sakit dan sampah.
“Kami sudah tidak cari ikan lagi. Sekarang, hampir semua nelayan memilih ke Hamadi bergabung dengan keluarga bertani,” kata Yakob.

Kematian ikan-ikan ini meresahkan. Anak-anak tak lagi memancing di depan rumah. Mereka kini memungut bangkai ikan mati di pesisir. Ketua Forum Port Numbay Green, Fredy Wanda mengatakan, kemungkinan kecil jika kematian ikan ini karena limbah rumah sakit dan sampah. Sebab, ikan mati tak berada di sekitar Teluk.

Mereka bersama Greenpeace memantau Tanjung Marine, Pantai Mendug, hingga Tanjung Kasuari, sampai masuk ke Teluk. “Banyak ikan-ikan mati di sekitar kawasan itu. Sepanjang bibir pantai penuh bangkai ikan.”

Pemantauan berlangsung, Senin dan Selasa (16-17/7/12). Pantai lain tidak jauh dari Teluk Youtefa, yakni Pantai Holtekam dan Skouw, tak ada ikan mati. Sepanjang bibir pantai bersih.

Ada dugaan penggunaan pestisida yang sengaja dibuang ke laut. Racun ikut arus yang membawa sampah dari Abepura ke laut. Sebab, ikan mati hanya berlabuh di sekitar Tanjung Marine, dibawa arus masuk ke Teluk. “Jadi sekitar daerah itu saja. Tempat lain tidak,” ucap Wanda. Mereka menemukan dua penyu. “Yang besar sudah jadi bangkai karena lama mati. Yang kecil baru mati.”

Rudy Mebri dari Dewan Pemuda Port Numbay mengatakan, masyarakat mulai beralih mata pencaharian dari nelayan menjadi petani. Masyarakat terpaksa beralih karena sudah tak bisa menangkap ikan. Penduduk sekitar Hamadi tak mau membeli ikan dari Teluk ini. Mereka takut ikan mengandung racun.

Jika air laut di sekitar teluk itu diracuni, masa depan masyarakat di Pulau Enggros dan Tobati, bakal hancur. Sebab, rata-rata mereka menggantungkan hidup di laut. Rudy menduga, ada oknum-oknum yang meracuni air laut. “Kami tidak bisa menyebutkan itu, karena masyarakat selalu menjadi kambing hitam.”

Pemerintah, tak pernah tanggap terhadap situasi ini. Pemerintah, diminta tegas terhadap kapal-kapal, tengkulak-tengkulak, pengusaha bagan, dan proses penangkapan ikan di perairan ini. Warga mempertanyakan keberadaan Polisi Air yang bermarkas di tengah-tengah Kampung Enggros dalam melakukan penjagaan.

Badan Lingkungan Hidup Kota Jayapura, sudah mengambil sampel air dan ikan mati. Begitu juga Greenpeace Papua. Greenpeace mengambil air laut empat botol dari Pantai Abesauw, Teluk Youtefa, sekitar bibir pantai serta laut lepas. Tim dari Institut Pertanian Bogor (IPB) juga mengambil sampel ikan dan air laut.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,