,

Penuh Kayu, Warga Khawatir Bendungan Kali Bumi Jebol

HUJAN lebat mengguyur Kabupaten Nabire, Papua, belakangan ini membuat warga di lokasi Bendungan Kali Bumi, resah. Warga Satuan Pemukinan 1 (SP1), SP2, SP3,  SPC, dan Waroki khawatir bendungan jebol. Bendungan dipenuhi sampah kayu-kayu besar dan kecil. Maryanto, warga transmigrasi di Kali Bumi mengatakan, takut bendungan jebol dan terjadi banjir seperti di Wasior, Teluk Wondama, Papua Barat. Kala itu, menewaskan puluhan jiwa.

Bendungan Kali Bumi dibangun Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Kementerian Pekerjaan Umum dengan dana APBN melalui Dinas Pekerjaan Umum Papua tahun 1996 dengan biaya Rp138,36 miliar. Tujuannya, mengairi lahan pertanian 6.400 hektare, dari jaringan Kalibumi kanan 4.400 hektare dan jaringan Kalibumi Kiri 2.000 hektare.  Dengan target produksi padi minimal empat ton per hektare untuk dua kali panen. Namun, sarana ini baru bermanfaat bagi 1.500 hektare.

Isak Tekege, warga Nabire mengatakan, selesai dibangun, bendungan menjadi tempat rekreasi bagi warga. “Dulu tempat rekreasi. Sekarang sampah banyak dan kayu-kayu besar banyak hingga orang takut datang. Kayu-kayu besar ini bisa membuat bendungan ini jebol,” katanya, Senin(23/7/12).  Tekege menunjuk ke arah hamparan kayu di danau besar itu.

“Untuk wisata mulai kurang. Tapi, orang yang memancing ikan banyak datang. Banyak yang mancing sampai malam. Mereka malas tahu hujan. Soalnya, di sini banyak ikan mas. Ae, ikan besar-besar sampe. Kalau tiba-tiba hujan saya pilih pulang. Soalnya, sering banjir tiba-tiba.”

Bendungan ini, dari jauh tampak menyerupai lapangan besar tanpa rumput.  Dari dekat terlihat tumpukan sampah kayu dan kayu-kayu besar menyerupai logpond yang membentuk lapangan besar ke arah hilir sungai. Danau akibat sumbatan itu terus membesar, tanah terkikis melebar. Kayu-kayu di pinggir sungai mengering. Danau menjadi begitu besar. Terlihat menakutkan.

Pada 2009, dikabarkan tim pelaksana pembangunan Bendungan Kali Bumi di Jayapura, sudah membersihkan. “Dulu ada yang datang dari Provinsi tetapi mereka hanya babat rumput jalan menuju ke bendungan dan tidak bekerja serius. Kayu-kayu tidak diangkat. Kerja asal-asalan. Padahal, bendungan ini dibuat untuk menghidupi masyarakat SP. Kini justru berbalik, mengancam,” kata Yulianus Magai, mahasiswa Akademi Keperawatan Nabire.

Yulianus mengatakan, mata air Kali Bumi ada di sekitar Topo. Topo adalah wilayah tambang emas rakyat. Warga biasa mendulang di hilir Kali Bumi.  Air bendungan tampak keruh karena tanah merah juga aktivitas pendulangan emas. Pendulangan emas sering menyebabkan banjir dan longsor.

Dari pantauan, tampak ezcavator di parkir untuk mengeruk lumpur hitam yang menggenangi waduk.  Bupati Nabire, Isaias Douw mengatakan, khawatir dengan bendungan itu. Dia telah mengunjungi beberapa kali. “Saya khawatir bendungan itu jebol. Saya tahu itu proyek Pusat melalui Provinsi dan ada dana perawatan.” Dia sudah meminta beberapa instansi survei aktivitas penebangan kayu dan pendulangan emas di hilir sungai ini.

Kayu berserakan menghalangi arus air. Foto: Yermias Degei
Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,