,

Hutan Tropika Humida Hanya Tersisa 48% di Indonesia

Penyusutan (deforestrasi) luas hutan di Indonesia melaju sangat cepat. Kerusakan hutan ini telah berdampak besar dengan meningkatkan emisi karbon hampir 20 %. Selain itu, ekspor kayu tropis di Indonesia terbesar di seluruh dunia. Hampir 700.000 hektar diambil kayunya setiap tahun. 1,3 juta hektarnya karena penebangan illegal (illegal logging). Indonesia sebagai negara tropis, kaya akan hutan tropis humida. Hutan di Indonesia memiliki nilai ekologis tinggi. Salah satunya hutan dapat mempengaruhi pola curah hujan melalui transpirasi dan melindungi daerah aliran sungai. Akan tetapi, deforestasi menyebabkan penurunan curah hujan dan perubahan pola distribusinya. Ini juga menyebabkan erosi dan banjir. Pohon-pohon hutan hujan tropis perlu waktu bertahun-tahun untuk dapat dipanen dan tidak dapat digantikan dengan cepat, demikian juga komunitasnya yang kompleks juga  juga tidak mudah digantikan bila rusak.

Pada tahun 1960, luas hutan tropika humida sebesar 82% dari luas Indonesia. Akan tetapi, saat ini luasnya hanya berkisar 48%. Ada beberapa faktor yang penyebabnya. Menurut Prof. Dr. Kris Herawan Timotius, dosen fakultas bioteknologi, Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW), Yogyakarta, mengatakan, faktor utama deforestrasi hutan di Indonesia karena penebangan hutan secara illegal maupun legal, kebakaran hutan, alih fungsi menjadi perkebunan sawit dan penambangan. Perijinan dari pemerintah daerah terhadap alih fungsi hutan jarang sekali memikirkan dampak pada ekosistem hutan dan eksositem lainnya untuk jangka panjang. Oleh karena itu, untuk mencegah deforestrasi, pemerintah perlu menggunakan local wisdom yang ada, evaluasi dan perketat perijinan terhadap perusahaan yang beroperasi akan dampak pada rusaknya hutan. “Pelihara dan jagalah hutan yang ada saat ini dan perbaiki yang rusak. Ini bisa sedikit menghambat deforestrasi hutan,” kata Prof. Kris.

Ekploitasi sumbedaya hutan tropis di Indonesia  yang tidak bijaksana pada akhirnya juga berdampak pada kehidupan manusia dan ekologi flora dan fauna di dalamnya. Prof. Dr. Friedhelm Goltenboth, dari Universitas Hohenheim, Stutgart Jerman, dalam presentasinya pada pembahasan buku “Ecology of Insular South East Asia, The Indonesian Archipelago” di UKDW Yogyakarta, Senin, 27 Agustus 2012 mengatakan, banyak sekali keanekaragaman hayati di Indonesia. Walaupun luas Indonesia hanya 1.3 % dari luas bumi, akan tetapi Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, meliputi : 10 % dari total jenis tumbuhan berbunga, 12 % dari total jenis mamalia, 16 % dari total jenis reptilia, 17 % dari total jenis burung dan 25 % dari total jenis ikan di seluruh dunia. “Sampai saat ini, Indonesia menjadi pusat perhatian dunia internasional dalam hal keanekaragaman hayatinya,” kata Prof. Goltenboth.

Prof. Goltenboth juga ikut ambil bagian dalam tim penulis buku yang banyak berbicara tentang keadaan keanekaragaman hayati di Indonesia ini. Ia dan ketiga penulis lainnya ingin menggambarkan keadaan kondisi geografi, geologi dan iklim di Indonesia. Ekosistem air tawar dan air laut. Ekosistem pantai meliputi,  hutan bakau, muara, gua, pulau-pulau kecil, padang rumpun dan sabana. Ekosistem hutan meliputi, hutan pantai, hutan hujan hijau abadi daratan rendah tropis, ekosistem hutan khusus dan hutan pegunungan. Agroekosistem dan ekologi manusia, termasuk ekologi sosial tentang keberadaan manusia, pembangunan dan pengaruhnya terhadap kepualuan ini. Buku penelitian ini, ingin mengatakan apa saja keanekaragaman hayati di Indonesia, apa yang tersisa, apa penyebabnya dan bagaimana solusi pencegahan dan pelestariannya. “ Kami ingin memberikan pemahaman yang komprehensif tentang karakteristik ekosistem tropis dengan contoh kasus nyata yang terjadi di Kepulauan Indonesia,”kata Prof. Goltenboth.

Apabila Indonesia sebagai negara yang kaya akan keanekaragaman hayati tidak bisa mengenal ekosistem yang ada, ini akan berdampak pada kebijakan dan tindakan untuk menjaga kelestariannya. Lalu bagaimana dengan nasib hutan tropika humida pada tahun 2030? Berapa banyak lagi jumlah flora dan fauna yang akan hilang ?

CITATION: Göltenboth, Friedhelm. and Dumalag, Rolito M.  Ecology of insular Southeast Asia : the Indonesian Archipelago / edited by Friedhelm Göltenboth … [et al.] ; [illustrations by Rolito M. Dumalag]  Elsevier, Amsterdam ; Oxford :  2006

Untuk membaca sebagian isi buku ini, silakan klik: http://books.google.co.id/books?

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , ,