Deforestasi Melambat, Tapi Hutan Tropis Sumatera Kini Telanjur Musnah

Pertumbuhan hutan yang berusia tua di Sumatera menyusut sekitar 40% dalam kurun waktu 20 tahun terakhir, sementara secara keseluruhan hutan di Indonesia sudah musnah sekitar 36%, hal ini terungkap dalam kajian komprehensif berdasarkan citra satelit yang baru saja dipublikasikan dalam Environmental Research Letters.

Kajian ini, dilakukan oleh tim yang dipimpin oleh Belinda Arunarwati Margono dari South Dakota State University dan Kementerian Kehutanan Republik Indonesia, menemukan fakta yang mengerikan dari hutan Sumatera yang dulu sangat lebat. Secara umum, Sumatera telah kehilangan 7,5 juta hektar hutan antara tahun 1990 hingga 2010, dan sekitar 2.6 juta hektar diantaranya adalah hutan primer. Sebagian besar hutan yang hilang adalah hutan sekunder yang habis akibat penebangan liar. Hanya 8% hutan perawan yang tersisa di Sumatera.

Tabel Deforestasi dan Degradasi Hutan di Sumatera. Klik untuk perbesar tabel ini.
Tutupan Hutan Primer di Sumatera. Klik untuk memperbesar gambar ini.
Tutupan Hutan di Sumatera. Klik untuk memperbesar gambar ini.

Kendati demikian, tak semata berita buruk  yang datang dari Hutan Sumatera. Data kajian juga menunjukkan bahwa level degradasi hutan di Sumatera turun sekitar 61% antara tahun 1990 hingga tahun 2000, turun dari angka 542.000 ke angka 211.000 hektar per tahun. Luasan hutan yang musnah akibat penebangan liar juga menurun dari angka 192.000 hektar per tahun menjadi 40.000 hektar per tahun. Sementara degradasi hutan primer antara tahun 2000 hingga 2010 menurun drastis dari angka 218.000 hektar per tahun menjadi 42.000 hektar per tahun.

Penurunan angka degradasi hutan ini namaknya terkait erat dengan menipisnya cadangan kayu di hutan Sumatera, dan juga upaya pembenahan yang dilakukan oleh pemerintah setelah runtuhnya kekuasaan Presiden Suharto tahun 1998 silam, dimana penggundulan hutan sebelumnya terjadi begitu masif. Selain itu, kajian ini juga menunjukkan bahwa wilayah konservasi juga berkontribusi dalam menurunnya angka kerusakan hutan. Hutan yang sudah dilakukan sistem zonasi untuk konservasi dan perlindungan hanya kehilangan 1.3 dan 4% tutupan hutan antara tahun 2000 hingga 2010. Sebagai perbandinganwilayah hutan yang dizonasi untuk penebangan dan konversi menjadi hutan tanaman industri hilang antara 19 hingga 39% dalam periode tersebut. Kajian yang dilakukan lebih awal tidak sepakat soal temuan ini).

Propinsi Riau, menurut kajian ini, memiliki angka rata-rata kehilangan hutan yang tertinggi di Sumatera. Sekitar 42% hutan di Riau hilang antara tahun 1990 hingga 2010.

Selain membahas seputar angka kehilangan hutan, kajian ini juga meneliti seputar faktor pendorong hilangnya hutan dan degradasi hutan. Dalam penelitian ini antara tahun 1950an hingga 1960an, ekspansi pertanian untuk areal persawahan dan penebangan hutan skala kecil untuk ditanami kopi dan karet adalah penyebab utama hilangnya hutan. Di era 1970-an hingga 1990-an, operasi perusahaan kayu skala besar dan hutan tanaman industri menjadi faktor yang dominan, sementara program transmigrasi yang didorong pemerintah serta kebakaran hutan antara tahun 1982 hingga 1983 menjadi faktor sekunder. Setelah era 90-an, perkebunan sawit dan pulp and paper menjadi ancaman utama deforestasi, sementara penebangan liar menjadi penyebab utama degradasi hutan.

Sumatera, adalah satu-satunya pulau di bumi ini dimana gajah, harimau, badak dan orangutan bisa ditemukan bersamaan. Sayang, keempatnya kini berada di ambang bahaya akibat deforestasi.

Luasan Konsesi di Hutan Primer Sumatera. Klik untuk memperbesar gambar ini.
Tabel Deforestasi berbasis wilayah di Sumatera. Klik untuk memperbesar tabel ini.
Peta Tutupan Hutan Sumatera Antara Tahun 1990-2010.

CITATION: Belinda Arunarwati Margono, Svetlana Turubanova, Ilona Zhuravleva, Peter Potapov, Alexandra Tyukavina, Alessandro Baccini, Scott Goetz and Matthew C Hansen.Mapping and monitoring deforestation and forest degradation in Sumatra (Indonesia) using Landsat time series data sets from 1990 to 2010. Environ. Res. Lett. 7 034010 doi:10.1088/1748-9326/7/3/034010 Published 19 July 2012>

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , ,