,

Foto: Penyemaian 1 Ton Garam Hujan Buatan di Udara Jambi

Sudah satu bulan lebih warga propinsi Jambi dilanda kabut asap akibat kebakaran lahan dan hutan. Berdasarkan hasil pemantauan hotspot kebakaran lahan dan hutan yang bersumber dari data satelit NOOA 18 yang dilaksanakan oleh Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan, Direktorat Jenderal PHKA Kementerian Kehutanan sejak tanggal 1 Januari hingga 6 September 2012 di propinsi Jambi terdapat hotspot sebanyak 1.869 titik, terkonsentrasi di Kabupaten Muaro Jambi, Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur yang merupakan lahan gambut yang letaknya berdekatan dengan bandara dan kota Jambi.

Untuk mengatasi keadaan ini pemerintah propinsi Jambi bekerja sama dengan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Hujan Buatan – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) melakukan operasi pemadaman kebakaran lahan dan hutan dari udara melalui pelaksanaan operasi penerapan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) yang sering disebut dengan hujan buatan. Mongabay Indonesia ikut dalam upaya penyemaian garam untuk hujan buatan ini.

Meyiapkan garam untuk disemai di awan. Foto: Lili Rambe

Menurut Djazim Syaifullah, Koordinator lapangan TMC di Jambi hujan buatan adalah merupakan proses memanipulasi atau melakukan intervensi proses hujan didalam awan secara terbatas. Adapun bahan yang digunakan memanipulasi proses ini adalah zat yang bersifat higroskopik (mampu menyerap molekul air di lingkungan sekitarnya) yaitu garam. Garam kemudian ditaburkan/disemai di dasar ataupun dalam awan untuk mempercepat proses penyerapan air yang dibutuhkan awan untuk menjadi hujan.

Setiap hari tim BPPT memantau awan yang berpotensi untuk disemai menjadi hujan dengan menggunakan satelit. Penyemaian dilakukan dua kali sehari dengan menggunakan pesawat Cassa 212 milik TNI AD yang dalam setiap kegiatan penyemaian menggangkut 900 hingga 1 ton garam. Djazim juga menegaskan bahwa zat yang terkandung dalam air hujan yang dihasilkan dari teknologi modifikasi cuaca ini memiliki komposisi yang sama dengan zat yang terkandung dalam air hujan alami sehingga aman bagi lingkungan. Kegiatan modifikasi cuaca yang sudah dimulai dari tanggal 7 September ini rencananya akan berlangsung selama 30 hari.

Jambi yang terus berkabut akibat kebakaran hutan dan lahan. Foto: Lili Rambe

Dalmanto, Kasi Tanggap Darurat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jambi pada saat ditemui di posko TMC bandara Sultan Thaha mengatakan “ Untuk tahun ini antisipasi terhadap kabut asap lebih cepat dilakukan sehingga tidak seperti tahun kemarin,tahun ini anak-anak sekolah tidak sampai diliburkan akibat kabut asap”. Dari hasil pemantauan BPBD, Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) kota Jambi pada tanggal 11 September kemarin ada di angka 34 yang berarti berada dalam kategori baik. Selain bekerjasama dengan tim yang dikomandoi oleh BPPT, BPBD Jambi juga bekerjasama dengan Manggala Agni Dinas Kehutanan Propinsi Jambi untuk memadamkan kebakaran lahan melalui darat.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,