, ,

Kabut Asap di Palembang Kemungkinan sampai Akhir Oktober

KABUT asap yang mengganggu penerbangan di Bandar Udara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel), diprediksi berakhir akhir Oktober. Operator bandara pun terpaksa mengurangi jadwal penerbangan pagi hari.

Dikutip dari Antara, menyebutkan, perkiraan  itu disampaikan Agus Maulana, Manajer Pelayanan Operasional Bandara Sultan Mahmud Bandaruddin (SMB) II, di Palembang, Jumat(28/9/12).

Oktober merupakan bulan peralihan musim kemarau ke musim hujan, hingga diprediksi musim penghujan akan mengakhiri kendala kabut asap  karena titik api kebakaran hutan. “Memang terhitung sejak tujuh September terkendala kabut asap, hingga mengakibatkan gangguan penerbangan,” ujar dia.

Kendala asap  ini mengakibatkan setiap hari ada penundaan penerbangan terutama pagi, yaitu penerbangan pukul 06.00 dan pukul 08.00. Delay karena cuaca di bawah standar minimal yaitu 800 meter. “Yang cukup memprihatinkan jarak pandang pernah mencapai 500 hingga 300 meter tertutup kabut asap.”

Kebakaran Kelalaian Manusia

Sementara, Kepala Bidang Pengamanan Hutan Dinas Kehutanan Musi Rawas, Tri Retiyanto, Kamis(27/9/12) mengatakan, kebakaran hutan dan lahan di Kabupaten Musi Rawas, Sumsel, mengakibatkan kabut asap karena kelalaian manusia.

“Penyebab kebakaran hutan dan lahan kelalaian manusia. Coba kalau membakar hutan atau lahan kebun sebelum dibakar di relokasi terlebih dahulu dan pada pagi . Saat itu hembusan angin tidak terlalu kencang hingga api tidak akan menjalar ke lokasi lain,” katanya seperti dikutip dari Antara.

Pembukaan lahan dengan dibakar, baik areal pertanian dan perkebunan baru saat kemarau sudah dilarang pemerintah dan kepolisian. Ia juga melanggar UU Nomor 41/1999 tentang Kehutanan dan UU Nomor 18/2004 tentang Perkebunan dengan ancaman 12 tahun penjara. Namun aksi ini tetap terjadi setiap tahun.

Keterbatasan personil, peralatan dan anggaran yang dimiliki Dinas Kehutanan menghambat kinerja petugas guna memadamkan kebakaran dalam 21 kecamatan di daerah itu.

Saat ini, Dishut Musi Rawas hanya memiliki 20 petugas penanganan kebakaran hutan dibagi menjadi tiga regu.  Dengan keanggotaan dari petugas Polhut dan PNS dibantu beberapa relawan dengan luasan kawasan hutan mencapai 350.000 hektare.

Berdasarkan pantauan satelit Terra/Aqua modis milik NASA yang mengidentifikasi titik api dengan luasan kebakaran satu hektare atau lebih menemukan titik api di daerah itu hingga akhir September 2012 sudah 500 titik. Kendati dalam beberapa minggu belakangan hujan sempat turun beberapa kali. Hingga memadamkan titik api, namun kembali muncul beberapa hari setelah itu.

Pihaknya terus patroli pada beberapa kecamatan yang rawan kebakaran hutan dan lahan.  Dari 21 kecamatan di daerah itu, 15 kecamatan rawan kebakaran hutan dan lahan antara lain Kecamatan Suku Tengah Lakitan Ulu Terawas, Bulang Tengah Suku Ulu, Jayaloka, Karang Dapo, Karang Jaya, Megang Sakti, Muara Beliti, Muara Kelingi, Muara Lakitan, Rupit, Nibung, Rawas Ilir, Rawas Ulu, Selangit dan Kecamatan Ulu Rawas.

Klik untuk memperbesar peta
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,