,

Kabut Jambi: Indeks Pencemaran Meningkat Ganggu Proses Belajar Mengajar

Perkembangan terakhir dari serangan kabut asap di Jambi akibat kebakaran hutan dan lahan semakin mengkhawatirkan. Kabut yang diharapkan bisa mereda, nampaknya belum menunjukkan tanda-tanda ke arah lebih baik. Hingga hari Jumat ini, warga masih terus terganggu dengan kondisi asap yang semakin parah. Sekolah-sekolah diliburkan. penerbangan tertunda hingga menimbulkan penumpukan penumpang, sampai kasus kebutuhan masker yang masih kurang untuk mengurangi dampak asap.

Hari Kamis tanggal 27 Septermber 2012, lima penerbangan menuju Jambi tertunda akibat jarak pandang yang kurang dari 2000 meter. Kondisi ini sangat tidak aman bagi penerbangan, karena pilot tidak bisa mendaratkan pesawat saat memasuki wilayah udara Jambi.

“Hari ini (27 September 2012) paling parah, hingga pukul 14.00 WIB tadi sudah lima penerbangan kami tunda akibat kabut asap,” ujar Manajer Operasional Bandara Sultan Thaha Syaifuddin, Jambi, Alzog, di Jambi kepada suarakarya-online. Menurut dia, jarak pandang hingga pukul 14.00 WIB masih dibawah 1.000 meter atau dibawah kondisi normal yang minimal 2.000 meter. “Biasanya gangguan asap hanya terjadi pagi hari. Namun hari ini berlanjut hingga siang hari ini,” katanya.

Lima penerbangan yang terpaksa ditunda itu diantaranya adalah dua maskapai penerbangan Garuda dan Lion Air serta satu dari Batavia Air. Akibat kondisi itu terjadi penumpukkan calon penumpang diterminal penerbangan Bandara Sultan Thaha Jambi.

Dampak lainnya, adalah aktivitas pendidikan anak-anak yang terganggu. Dinas Pendidikan Kabupaten Muaro Jambi memutuskan meliburkan sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Taman Kanak Kanak (TK). Siswa kelas 1 – 3 Sekolah Dasar (SD) juga diliburkan. Keputusan meliburkan ini diambil karena kabut asap yang sangat tebal.

“Liburnya mulai hari ini, surat edarannya sudah saya tandatangani kemarin,” ujar Nazman Effendy, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Muaro Jambi kepadai Metrojambi.com, Kamis 27 September 2012.

Menurut Nazman, kebijakan meliburkan sekolah diambil setelah mendapatkan masukan dari Dinas Kesehatan dan Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD). “Menurut BLHD, ISPUnya sudah diambang batas. Kata Dinas Kesehatan, tingkat pencemaran udara sudah mengancam kesehatan anak-anak,” jelasnya.

Indeks Standar Pencemaran Udara di Jambi memang terus naik akibat asap yang tak kunjung reda. Setelah sempat menurun, angka ISPU ini kembali naik ke ambang batas sedang bagi manusia, yaitu mencapai di atas angka 90.

Ancaman kesehatan bagi warga jambi juga masih mengintai akibat buruknya kualitas udara. Selain itu, kurangnya masker untuk menahan ketebalan kabut, ternyata juga mengalami kekurangan di berbagai wilayah Jambi.

Seperti di Kabupaten Muarojambi yang sejak dua hari lalu mengalami kekurangan masker. Hal tersebut terlihat dengan tidak adanya aktivitas pembagian masker khusus untuk para pelajar di Kabupaten Muarojambi.

Yes Isman, Kepala Bidang Penanggulangan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Muarojambi menyatakan, jika dalam keadaan seperti saat ini, masker harus dikenakan anak sekolah dan masyarakat. “Kita mengimbau agar masyarakat dan pelajar harus mengenakan masker, sebab kondisi udara kian memburuk karena kabut asap,” jelasnya kepada Jambi Independent.

Mengenai masker, dinas kesehatan mengaku angkat tangan. Sebab saat ini tak ada lagi stok masker yang bisa dibagikan, sementara pengajuan ke pusat belum ada titik terang. Untuk itu, kata dia pihaknya meminta kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk menyikapi masalah kekurangan masker tersebut.

Kepala BPBD Kabupaten Muarojambi, M. Zakir menyatakan jika pihaknya pun tidak memiliki masker lagi. “Kita juga sudah kehabisan stok masker. Tapi kita akan berusaha untuk mencarinya ke perusahaan,” ungkapnya.

Kasus kebakaran hutan dan lahan di Jambi memang selalu terjadi dan berulang setiap tahun, terutama saat musim kemarau. Pembukaan lahan untuk pertanian, kebakaran akibat penyebab alami, hingga penebangan untuk perkebunan sawit menjadi pemicu ekspansi kabut asap secara masif ke berbagai wilayah.

Menurut Direktur KKI Warsi, Rudi Syaf, hutan di Jambi mengalami penyusutan sebanyak 1,1 juta hektar dalam 20 tahun terakhir, dari luas awal yang mencapai 2,4 juta hektar. Kini, luas hutan di Jambi tinggal tersisa sekitar 1,3 juta hektar. Musnahnya hutan di Jambi, menurut Rudi disebabkan oleh alih fungsi dan penjarahan hutan secara liar. Selama kurun waktu 2011 hingga 2012 saja, kerusakan hutan di Jambi mencapai 20 ribu hektar.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , ,