Perusahaan Tambang Terbesar, PT Freeport Berhutang Deviden Kepada Pemerintah RI

Perusahaan pertambangan emas asal Amerika Serikat, PT Freeport Indonesia yang beroperasi di Tembaga Pura, Mimika, Papua, hingga kini masih berhutang deviden kepada pemerintah RI sebesar 350 miliar rupiah. Freeport yang menghasilkan emas terbesar di dunia dari tambang Grasberg yang mulai dikeruk sejak 1988 inni, mengaku masih berkutat dengan kesulitan keuangan setelah produksi mereka menurun sepanjang tahun 2012 ini.

Turunnya produksi tambang mereka disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya berbagai pemogokan yang terjadi sejak tahun lalu dan mempengaruhi produksi dan penjualan PT Freeport Indonesia, sehingga berbuntut belum terbayarnya setoran dividen sebesar Rp 350 miliar seperti yang menjadi hak BUMN. “Pembagian deviden belum bisa dilakukan, karena PTFI belum melakukan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan saya juga belum bisa memastikan untuk kapan melakukan pembayaran,” ujar Direktur Freeport Rozik Sucipto saat di temui di Gedung Energi, Jakarta, Selasa 9 Oktober 2012 silam kepada merdeka.com.

Freeport Indonesia memang mengalami penurunan produksi dan penjualan signifikan tahun ini. Dari catatan Kompas.com, dalam enam bulan pertama tahun ini, Freeport Indonesia masih mengalami penurunan penjualan tembaga sekitar 41,6 persen menjadi 317 juta pon. Penjualan emas juga turun 34 persen menjadi 513.000 ons emas. Produksi tembaga Freeport pada semester pertama 2012 turut mengalami penurunan 45,6 persen menjadi 296 juta pon. Begitu juga dengan emas, yakni turun 40 persen menjadi 459.000 ons.

Pada kuartal II-2012, penjualan emas Freeport Indonesia turun 25,1 persen menjadi 247.000 ons emas dengan harga rata-rata 1.587 dollar AS per ons. Penurunan juga terlihat pada penjualan tembaga dengan kondisi Freeport hanya mampu menjual 183 juta pon tembaga dengan harga rata-rata 3,49 dollar AS per pon.

Kondisi ini disebabkan oleh adanya gangguan pekerjaan yang terjadi sepanjang periode tersebut. Pada periode itu, Freeport hanya memproduksi 173 juta pon tembaga, turun 33,7 persen dan emas sebanyak 230.000 ons atau turun 29 persen.

Terkait hal ini, Menteri BUMN, Dahlan Iskan menyatakan bahwa pihaknya akan berusaha mendapat setoran deviden yang harus dibayarkan oleh Freeport sebesar 350 miliar tersebut. Saat ini, penyetoran deviden BUMN yang ditargetkan sekitar 30,7 triliun memang suit dicapai, ditambah lagi dengan penundaan yang dilakukan oleh perusahaan tambang emas terbesar dunia ini, maka semakin sulit Kementerian BUMN memenuhi target tersebut.

“Jadi nanti kalau anda dengar bahwa BUMN bayar devidennya ke negara kurang Rp 350 miliar itu penyebabnya karena kita belum mendapatkan deviden Freeport tahun ini,” ungkap Dahlan kepada merdeka.com.

Sebagai informasi, tahun-tahun sebelumnya Freeport membayar deviden kepada pemerintah sebesar Rp 2,09 triliun pada tahun anggaran 2009. Namun, pada 2010 setorannya turun 27,75 persen menjadi Rp 1,51 triliun. Setahun kemudian, Freeport membayar dividennya sekitar Rp 1,76 triliun.

Kondisi terkini di lokasi penambangan Freeport di Grasberg dari pantauan satelit NASA menunjukkan bahwa lima wilayah telah mengalami kehilangan lapisan gletser yang parah antara tahun 1989 hingga 2009 akibat maraknya aktivitas pertambangan dan mengakibatkan naiknya suhu di sekitar wilayah tersebut.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,