,

Media Arus Utama Masih Minim Angkat Isu Lingkungan

SEAKAN ingin menyelaraskan dengan tema, seminar bertajuk  “Selamatkan Lingkungan dengan Jurnalisme” yang diselenggarakan Hima Jurnalistik Universitas Islam Negeri (UIN) SGD Bandung, diadakan di tempat terbuka, Sabtu(20/10/12).

Tampak puluhan mahasiswa Ilmu Komunikasi Jurnalistik UIN Bandung, dan mahasiswa universitas lain berkumpul di kawasan DPR (di bawah pohon rindang) Kampus UIN. Diskusi hidup. Peserta aktif bertanya.

Pemateri dari Direktur Eksekutif Walhi Jawa Barat (Jabar), Dadan Ramdan dan Redaktur Senior Mongabay Indonesia, Sapariah Saturi.  Dadan mengatakan, selama ini,  media arus utama (mainstream) jarang mengangkat persoalan lingkungan dalam pemberitaan utama. “Kita tidak bisa berharap banyak pada pers mainstream untuk mengadvokasi isu lingkungan,” ujar dia.

Pernyataan ini muncul karena seringkali media mainstream tidak memberikan porsi besar dalam memuat isu lingkungan. Lebih parah lagi, saat ini media di Indonesia juga dimiliki oleh pengusaha-pengusaha yang terlibat dalam bisnis yang merusak lingkungan.

Untuk itu, kata Dadan, perlu didorong pers kampus memberikan porsi pemberitaan lebih luas terhadap isu lingkungan dan  ini menjadi sangat strategis. Sebab, pers kampus relatif ‘bersih’ dari kepentingan pemilik modal. “Berbeda dengan media mainstream yang harus takluk pada kepentingan pemilik modal.” Pers kampus, seharusnya tidak hanya berkutat pada isu-isu di kampus, juga persoalan lingkungan lebih luas.

“Permasalahan lingkungan sudah sedemikian kompleks. Seharusnya, ada sinergi erat antara organisasi lingkungan dengan pers kampus,” kata Dadan.

Lidwina Marcella, koordinator Sosial Media Mongabay Indonesia, menyerahkan gooddie bag bagi peserta diskusi. Foto: Saepul Hamdi

Bentuk sinergi ini, bisa dengan berbagai cara, misal, rutin diskusi isu-isu lingkungan, atau memuat isu lingkungan dalam penerbitan pers kampus.  “Dengan cara itu, diharapkan kesadaran mahasiswa khusus persoalan lingkungan makin tinggi.”

Serupa dengan Dadan, Sapariah mengatakan, mahasiswa harus banyak berperan mengisi kekosongan ini.  Dia menilai, mahasiswa dengan gerakan pers kampus bisa menyiasati kealpaan media mainstream dalam memberitakan isu lingkungan.“Media mainstream menganggap isu lingkungan tidak seksi,” katanya.

Kondisi ini, sangat kontradiktif dengan keadaan Indonesia yang sangat kaya keragaman hayati, tetapi banyak dirusak. Ironisnya, media mainstream hanya memberikan porsi sangat kecil bagi pemberitaan lingkungan dan seakan hanya pelengkap.

Pameran foto dalam acara Jufair 2012 di sekitar area diskusi. Foto: Saepul Hamdi

Mahasiswa, sebagai agent of changes mempunyai peran strategis dalam mengadvokasi berbagai isu lingkungan melalui pers kampus.  Pers kampus, menjadi gerakan sangat bagus karena tidak ditunggangi kepentingan apapun, hingga gerakan masih bisa idealis. Berbeda, dengan gerakan media mainstream sudah terkooptasi kepentingan para pemilik modal. “Mahasiswa harus berperan aktif dalam  mengangkat isu-isu lingkungan.”

Sementara, Panitia Jufair 2012, Faisal Fadilla mengatakan, talkshow ini dibuat mahasiswa lebih sensitif terhadap permasalahan lingkungan. “Terlebih lingkungan kampus sekarang gersang. Hanya ada sedikit pepohonan.” Dengan acara ini, diharapkan mahasiswa UIN SGD Bandung bisa lebih sensitif dalam menanggapi isu-isu lingkungan.

Foto: Saepul Hamdi
Artikel yang diterbitkan oleh
,