,

Smart Patrol Untuk Selamatkan Harimau Sumatera Yang Tersisa

Harimau Sumatera adalah satu-satunya jenis harimau yang masih tersisa di Indonesia  setelah dua kerabatnya, harimau Jawa dan harimau Bali telah dinyatakan punah oleh IUCN. Namun keberadaan harimau sumatera pun kini semakin terancam, setelah populasinya terus berkurang secara drastis.

Kendati demikian, berbagai upaya terus dilakukan untuk menyelamatkan spesies ini. Salah satunya dengan melakukan patroli dalam kawasan yang memiliki populasi harimau dengan menggunakan sistem “Smart Patrol”. Smart Patrol atau patroli pintar adalah sebuah sistem yang memaksimalkan kegiatan patroli dan menggunakan “kekuatan informasi” untuk meningkatkan efektifitas penegakan hukum untuk melindungi satwa liar dan habitatnya di kawasan lindung yang didukung oleh perangkat lunak spasial yang bernama MIST (Management Information System).

Tim smart patrol menggunakan data dan citra satelit untuk mengidentifikasi. Foto: Lili Rambe

Sistem yang dikembangkan oleh Wildlife Conservation Society (WCS) ini telah digunakan untuk mendukung konservasi harimau di  Thailand dan Kamboja. Tim patroli Pelestarian Harimau Sumatera Kerinci Seblat (PHSKS) yang melakukan patroli di kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) pun mulai mengadopsi sistem patroli ini.

Menurut Dian Risdianto, Manajer lapangan PHSKS “Smart Patrol” mulai diadaptasi sejak tahun 2011 lalu namun baru tahun 2012 program MIST digunakan untuk mendukung patroli. “Smart Patrol ini memiliki empat komponen pengambilan data utama yaitu:  data spasial lokasi, tanggal dan waktu patroli, data observasi tiga spesies satwa utama yaitu harimau, gajah dan badak, tiga spesies tumbuhan utama yaitu raflesia, kantung semar dan anggrek hutan serta aktivitas manusia dalam kawasan seperti perambahan, pembalakan liar, pertambangan dan perkebunan” jelas Dian ketika ditemui pada saat pelatihan penggunaan MIST bagi seluruh personil unit patroli PHSKS di Bangko.

Smart Patrol yang didukung oleh MIST ini mampu membuat proses pemasukan data spasial yang diperoleh saat patroli menjadi lebih cepat serta akurat. Perangkat lunak ini dapat menghasilkan output berupa peta, grafik dan tabel dari data-data yang telah dikumpulkan dalam setiap kegiatan patroli sehingga dapat mempermudah pembuatan laporan dan pemutakhiran data.

Sistem ini juga dapat membantu unit patroli PHSKS dalam memantau penyebaran populasi satwa dan aktivitas manusia, memetakan distribusi ancaman, hidupan liar dan intensitas patroli dalam kawasan yang dapat dijadikan sebagai masukan dalam perencanaan patroli selanjutnya.

Program MIST yang digunakan dalam Smart Patrol. Sumber: WCS Gabon

Dengan menerapkan sistem Smart Patrol ini Dian berharap seluruh anggota unit patroli PHSKS dapat segera mengadaptasi sistem ini sehingga dapat melakukan patroli yang lebih efektif dan efisien mengingat unit patroli ini harus melakukan patroli dalam kawasan TNKS yang memiliki luas lebih dari satu juta hektar ini. PHSKS adalah sebuah program kolaborasi Balai Besar TNKS dengan FFI (Flora Fauna International) yang mulai melakukan patroli dalam kawasan TNKS pada tahun 2000 dengan hanya memiliki satu unit patroli. Unit patroli ini beranggotakan empat orang personil yang terdiri dari polisi hutan dan masyarakat lokal.

Hingga saat ini PHSKS memiliki lima unit patroli yang terdiri dari empat unit patroli bekerja di wilayah TNKS yang berada di propinsi Jambi dan satu unit patroli bekerja di wilayah TNKS yang berada di propinsi Bengkulu. Berkat kegiatan patroli rutin yang dilakukan dari tahun 2000 hingga bulan Juni 2012 unit patroli PHSKS telah berhasil menemukan dan membongkar 150 jerat harimau, 5.767 jerat satwa mangsa harimau serta berhasil melakukan 24 operasi penegakan hukum.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,