,

Alih Fungsi Lahan Picu Peningkatan Bencana Alam di Teluk Tomini

Kawasan Teluk Tomini yang meliputi tiga provinsi yakni, Gorontalo, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Utara, memiliki risiko bencana alam sangat tinggi.  Risiko bencana makin tinggi dipicu alih fungsi lahan (hutan), disamping karakteristik fisik dan ekologi kawasan itu.

Koordinator Program Teluk Tomini Sustainable Coastal Livelihoods and Management, Rahman Dako mengatakan, kawasan ini rawan bencana alam, terutama letusan gunung berapi, gempa bumi, gelombang tsunami, tanah longsor, banjir, juga kekeringan yang baru beberapa bulan melanda Gorontalo.

“Ini termasuk bencana yang benar-benar oleh kekuatan alam, dan bencana yang mungkin disebut semi-natural, di mana aktivitas manusia memperburuk efek yang ditimbulkan fenomena alam hingga menyebabkan bencana itu,” katanya kepada Mongabay, Kamis(1/11/12), di Gorontalo.

Meskipun aktivitas gunung berapi, gempa bumi ataupun gelombang tsunami tidak bisa dikatakan akibat pengaruh anthropogenik, alih fungsi lahan dan pembuatan bangunan asal-asalan secara serius meningkatkan kerusakan oleh bencana alam. Contoh, degredasi vegetasi pesisir, khusus mangrove dan padang lamun, serta terumbu karang signifikan meningkatkan kerawanan pada gelombang tsunami dan angin topan di Teluk Tomini.

Kerawanan bencana di tiga provinsi ini, kata Rahman, akan mengalami peningkatan karena tren alih fungsi lahan saat ini. “Hingga terjadi penggundulan dan degredasi hutan pada lahan tidak stabil dan lahan-lahan penyerap air, yang terletak pada leher dan pesisir selatan di lengan utara Sulawesi.”

Menurut dia, kerusakan akibat gempa bumi karena lemahnya desain bangunan dan praktik mendirikan bangunan buruk, seperti mengurangi semen atau batangan baja. Sedangkan tanah longsor, banjir, dan kekeringan kebanyakan diperburuk oleh aktivitas manusia, terutama alih fungsi lahan maupun hutan. “Dengan menggunduli lahan miring dan tidak stabil di daerah pegunungan atau daerah aliran sungai berbukit.”

Sementara banjir menjadi lebih meluas ketika dataran penampung air kering. Kekeringan bisa pula menjadi lebih sering dan parah karena penggunaan sumber air berlebihan untuk irigasi, rumah tangga, dan lain-lain.

Dari hasil pengamatan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Gorontalo, sebagaian besar gempa di Gorontalo itu berpusat di sekitar perairan Teluk Tomini dan wilayah barat daya Gorontalo.

“Gorontalo wilayah paling rawan gempa. Itu terjadi hampir setiap hari, berpusat di sekitar perairan Teluk Tomini. Kekuatan tidak dirasakan karena skala sangat kecil, di bawah lima SR,” kata Hasan Arif, pengamat geologi BMKG Gorontalo.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , ,