Mahasiswa SGU Ciptakan Tensimeter Bebas Mercuri

PARA mahasiswa Swiss German University (SGU) meluncurkan riset terbaru berupa alat tensimeter bebas mercuri hingga aman bagi lingkungan. Untuk model sejenis ini pertama di Asia Tenggara.

Aulia Iskandar, dosen SGU juga pembimbing riset mahasiswa dalam pembuatan alat tensimeter ini mengatakan, mulai 2015, WHO melarang penggunaan mercuri untuk seluruh alat kesehatan. “Kami mencoba merespon ini dengan memberikan solusi berupa alat tensimeter bebas mercuri,” katanya di Tangerang, dalam pernyataan kepada media, Sabtu(9/11/12).

Saat ini, hampir semua rumah sakit dan tempat pelayanan kesehatan lain di Indonesia, masih menggunakan alat pengukur tekanan darah yang mengandung mercuri. Pelarangan WHO tentu berdampak besar bagi operasional sehari-hari di rumah sakit itu.

Alat tensimeter yang dikembangkan mahasiswa SGU ini gabungan antara tensimeter manual dan digital “Hingga para petugas kesehatan tidak perlu training dan penyesuaian lagi karena mereka sudah terbiasa dengan jenis yang seperti ini,” ucap Aulia.

Peluncuran hasil karya mahasiswa ini dihadiri langsung Linda Maura Sitanggang, Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Indonesia mewakili Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi, yang berhalangan hadir.

Peluncuran dilakukan di sela-sela konferensi Internasional bidang Teknik Biomedika dan Aplikasi  Pengobatan atau International Conference on Biomedical Engineering and Medical Applications.

Alat tensimeter yang dikembangkan selama kurang lebih empat bulan ini tidak menutup kemungkinan diproduksi massal, mengingat biaya pembuatan dan material sangat terjangkau. Hingga biaya bisa ditekan sampai kurang dari Rp500 ribu per unit.

 

Alat tensimeter bebas mercuri sedang diujicobakan. Foto: Swiss German University
Artikel yang diterbitkan oleh
, ,