,

Hati-hati Penipuan Berkedok Bisnis Karbon

PROYEK Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD) yang sedang tren ternyata menjadi peluang bisnis bagi pihak-pihak yang getol mengambil keuntungan pribadi bahkan terjadi aksi penipuan berkedok bisnis carbon. Aksi orang-orang ini biasa disebut carbon cowboys. Untuk itu, stakeholder di Indonesia, baik pemerintah daerah maupun masyarakat harus berhati-hati jangan sampai menjadi korban.

Chris Lang, peneliti di redd-monitor.org, dalam paparannya di Transparency International Indonesia (TII), Selasa(13/11/12),  mengungkapkan, banyak pihak yang memanfaatkan REDD sebagai proyek mencari keuntungan, dengan hanya bermodal cuap-cuap, membujuk masyarakat sampai membuat website dengan kantor fiktif.

Dia mengatakan, ada beberapa sosok dikenal sebagai carbon cowboys di level internasional termasuk sudah beraksi di Indonesia, seperti Brett Goldsworthy, dari Shift2Neutral. Dia mengklaim mempunyai proyek REDD di Malaysia, Filipina, Indonesia, Kepulauan Solomon, Republik Congo dan Brazil. Dia bermain sendiri dalam aksinya dan sebagian besar proyek-proyek yang dikatakan itu fiktif.

Ada lagi David Nilsson, dari Amazon Holdings. Dia tiba di Peru sekitar dua tahun lalu.  Nilsson menjanjikan pada masyarakat adat miliaran dolar jika mereka mau menyerahkan tanah dan hutan mereka. Pria inipun mengklaim memiliki tiga juta hektar lahan di Peru dengan kontrak 200 tahun. Padahal, kenyataan tidak ada.

Tak hanya pemain solo, website-website dagang kredit karbon pun bertaburan. Ini juga harus menjadi perhatian, karena sebagian hanya bermodal website. Dia mencontohkan, London Carbon Credit Company. Perusahaan ini menyatakan, mereka sudah berpengalaman menjadi satu-satunya provider Inggris untuk kredit karbon dari proyek kehutanan Clinton Foundation.

Dalam website ini menyebutkan seolah-olah mereka mempunyai hubungan dengan Clinton Foundation. Akhirnya itu diketahui hanya penipuan. D James Baker,  Director Global Carbon Measurement Program di Clinton Foundation mengirim surat elektronik kepada Chris menyatakan, apa yang dikatakan perusahaan itu jelas-jelas penipuan. Clinton Foundation tidak bekerja sama atau terkait dengan London Carbon Credit Company. “Namun, saya cek website itu masih tetap mencantumkan hal yang sama,” ucap Chris.

Ada lagi situs Worldwide Commodities. Dalam website mereka memajang foto gedung Bank Barclays, seolah-olah memiliki relasi dengan bank itu. “Padahal tidak ada hubungan sama sekali. “ Lalu, situs Carvier, Enviro Associates, Co2 Prospects dan banyak lagi.

Dalam kesempatan itu, Bustar Maitar, Kepala Jurukampanye Hutan Greenpeace Indonesia, mengatakan, jangan sampai kepala daerah tertipu aksi carbon cowboys ini. Untuk itu, semua stakeholder, memang harus dipersenjatai atau dibekali dengan informasi-informasi baik dari dalam maupun luar negeri.

Artikel yang diterbitkan oleh
, ,