,

Video: Pembunuhan Seekor Harimau di Aceh

Seekor harimau Sumatera (Pantera tigris sumatrae) mati dibunuh secara sadis oleh warga setelah terkena jerat di kawasan perkebunan kopi di Desa Delong, Kecamatan Bukit, Kabupaten Bener Meriah, Aceh pada Minggu, 12 Oktober 2012. Untuk pertama kali rekaman gambar pembunuhan ini dipublikasikan Yayasan Perlindungan Satwa Bener Meriah dan menjadi video pertama yang merekam pembunuhan harimau Sumatera di Indonesia.

Menurut Ketua Yayasan Perlindungan Satwa Bener Meriah Suherry, Minggu (30/12/2012) video berdurasi hampir enam menit itu memperlihat bagaimana harimau meronta-ronta  akibat kaki tersangkut jerat kayu dan kawat di bawah pohon eucalyptus yang ada di dekat tebing kebun kopi.

Dalam video ini terlihat seorang laki-laki berbaju merah muda datang dan mulai memukul harimau dengan kayu panjang. Harimau itu mengaum kesakitan dan masih terus dipukuli.

Harimau itu tak bergerak diduga telah mati. Lalu beberapa orang mulai berani mendekat dan memegang harimau. Leher diikat dengan tali dan diseret ke tempat yang lebih lapang. Harimau itu berukuran tidak terlalu besar kemungkinan merupakan harimau remaja.

Menurut Suherry, kejadian itu berawal saat seorang warga, Mah, hendak menuju kebun pada pukul 14.00 siang. Dia melintas sebuah kebun kopi dengan sepeda motor. Kawasan itu merupakan pegunungan di dataran tinggi Gayo, yang berbatasan dengan hutan Kawasan Ekosistem Leuser.

Tiba-tiba seekor harimau menerkam dari balik semak ke arah Mah yang sedang mengendarai sepeda motor. Mah melompat menghindar, cakaran harimau hanya mengenai sepeda motor. Harimau itu tidak dapat bergerak leluasa karena kaki sudah terkena jerat kayu dan kawat yang dipasang di kebun. Harimau sempat berlari dan akhirnya tersangkut di bawah pohon eucalyptus.

Mah yang ketakutan mengirim sms ke rekan di kampung. Jarak pemukiman dengan kebun sekitar tiga kilometer. Tak lama kemudian, Keuchik (Kepala Kampung), Imam mesjid dan orang-orang ramai berdatangan. Mereka menunggu dari jauh. Takut mendekat karena harimau itu terus meronta di semak-semak di bawah pohon eucalyptus. Akhirnya datang pawang harimau setempat bernama Ilyas.

“Yang berbaju merah muda yang memukul harimau itu Pak Ilyas, pawang harimau,” kata Suherry.

Harimau itu dipukul berkali-kali di bagian kepala hingga tak bergerak. Alasannya, takut harimau akan menerkam warga. Ada 20 orang yang menonton harimau itu dipukuli termasuk dua anggota polisi Polsek Simpang Tiga yang datang ke lokasi.

Menurut Suherry, harimau itu dikuliti dan dipotong-potong. “Daging dibagikan kepada orang-orang disitu. Katanya bagus untuk obat. Kulit, kepala dan tulang dibawa anggota Polsek.” Suherry tahu kejadian itu, tapi tak pergi ke lokasi. “Saya sempat bilang, jangan dibunuh harimau itu ke orang-orang yang pergi.”

Setelah peristiwa itu, Suherry takut pembunuhan harimau terulang. Dia berinisiatif mengajak beberapa orang kampung membuat lembaga yang diberi nama Yayasan Perlindungan Satwa Bener Meriah. “Di Bener Meriah banyak sekali harimau dibunuh,”katanya.

Harimau yang dibunuh itu satu dari empat ekor yang ada di hutan sekitar kampung mereka. Ada satu induk dan tiga ekor anak yang beranjak remaja. Harimau yang mati dibunuh itu berusia remaja dan sedang belajar berburu.

Artikel yang diterbitkan oleh
,