,

Menonton Atraksi Lumba-Lumba Mengajarkan Kekejaman Kepada Putra-Putri Anda

Mengapa menonton atraksi lumba-lumba itu tidak mendidik anak-anak? Bagi kebanyakan orang, mungkin hal ini adalah sesuatu yang sepele. Namun Sujatha Ramakrishna, M.D. penulis buku Raising Kids Who Love Animals, memiliki penjelasan gamblang soal ini. Jika Anda harus menjelaskan kepada anak-anak anda, mengapa atraksi lumba-lumba itu tidak berguna untuk menambah wawasan, tulisan ini bisa anda jadikan referensi untuk menjelaskannya secara mudah dan sederhana.

Seorang mantan pelatih lumba-lumba bernama Ric O’Barry, yang sangat lama melatih mamalia laut ini di acara televisi berjudul Flipper, kini telah menjadi seorang aktivis yang sangat vokal dan menentang pelatihan lumba-lumba di dalam kurungan. Ric mencatat bahwa echolocation itulah penderitaan utama dari hewan-hewan ini, dan ia percaya bahwa keberadaan dinding solid di sekitar mereka menumpulkan gelombang dan sensorik lumba-lumba, dan hal ini adalah merupakan sebuah bentuk kekejaman terhadap hewan.

Ahli lain telah menemukan bahwa mamalia laut yang tinggal di penangkaran jauh lebih kecil kemungkinannya untuk menghasilkan keturunan yang sehat dibandingkan dengan mereka yang tinggal di laut terbuka. Lumba-lumba yang tinggal di kawasan terbatas juga menunjukkan masalah perilaku yang parah, hal ini tak ubahnya seperti berenang dengan mata tertutup ketika mereka bosan, dan menyerang satu sama lain atau manusia yang melatih mereka saat mereka gelisah. Perilaku abnormal ini adalah tanda-tanda bahwa hewan mengalami tekanan fisik dan emosional seperti layaknya manusia.

Sementara di lingkungan alami mereka, lumba-lumba hidup di lingkungan besar yang memiliki struktur sosial yang kompleks. Mereka memiliki teman dan musuh, dan belajar dari satu sama lain. Para ilmuwan bahkan percaya bahwa mereka memiliki budaya, dalam arti bahwa pemberian makanan tertentu dan perilaku bermain yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Lumba-lumba liar menikmati setiap lautan di dunia sebagai habitat alami mereka. Mereka berkomunikasi satu sama lain dalam jarak bermil-mil, dan bisa berenang sejauh mungkin sesuka hati mereka dalam mencari makanan, teman, atau sekedar untuk menghabiskan sore mereka. Ini tidak mengherankan bahwa mereka mengalami masalah kesehatan dan perilaku ketika mereka dipaksa untuk berenang di kolam kecil setiap hari, dan hanya memiliki beberapa satwa lain untuk menemani mereka.

Pemilik atraksi satwa yang memungkinkan masyarakat untuk memberi makan dan berinteraksi dengan lumba-lumba memanfaatkan fakta bahwa orang-orang memiliki daya tarik luar biasa kuat untuk makhluk-makhluk laut. Tapi sebelum menikmati atraksi satwa dan lumba-lumba, orang tua harus mempertimbangkan penderitaan bahwa hewan-hewan ini harus bertahan hidup dalam rangka untuk memberikan hiburan yang berlangsung beberapa menit saja bagi keluarga mereka. Mereka juga mungkin ingin untuk berpikir tentang bagaimana berpartisipasi dalam kegiatan tersebut mempengaruhi perkembangan kasih sayang pada anak-anak mereka.

Anak-anak yang mencintai binatang jelas senang melihat lumba-lumba secara langsung.  Namun, menonton lompatan lumba-lumba ke udara atas perintah perintah pelatihnya, atau mengajak anak Anda untuk naik ke punggungnya dan melintasi air adalah memperlakukan binatang liar sebagai obyek untuk hiburan Anda sendiri, dan bukannya menghormatinya sebagai seorang individu yang memiliki keingian dan kebutuhan sendiri. Memperlakukan makhluk hidup sedemikian rupa memiliki efek merugikan pada perkembangan empati pada anak-anak, karena tidak mengajarkan mereka untuk memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan terhadap diri kita sendiri.

Melakukan perjalanan untuk mengunjungi hewan-hewan dalam lingkungan alam asli mereka, dan berinteraksi dengan mereka di lingkungan mereka, adalah pilihan yang jauh lebih baik bagi keluarga dan anak-anak. Tentu saja, tidak ada jaminan bahwa paus atau lumba-lumba akan terlihat pada setiap tur yang diberikan oleh sebuah perusahaan yang mengajak menonton paus, dan bagi beberapa orang hal ini mungkin mengecewakan. Namun, dikelilingi oleh laut terbuka yang menjadi lingkungan asli lumba-lumba adalah sebuah pengalaman yang jauh lebih menyenangkan dan tidak merugikan mahluk lain. Hal ini juga mengajarkan anak-anak lebih banyak tentang sifat asli dari mamalia laut, karena mereka bisa melihat satwa-satwa ini hidup di habitat asli mereka dan menampilkan perilaku alami.

Mendatangi sebuah fasilitas di mana lumba-lumba disimpan sebagai tawanan di dalam akuarium jelas meningkatkan kemungkinan bahwa anak-anak Anda akan bisa melihat salah satu dari dekat, tetapi juga mengirim mereka pesan implisit bahwa kenyamanan, hiburan, dan kepuasan yang bersifat instan lebih memiliki nilai yang tinggi dalam daftar prioritas anda daripada bertindak dan berperilaku dengan kasih sayang. Di sisi lain, menghabiskan hari di laut lepas untuk mencari lumba-lumba dan paus di laut terbuka mengajarkan anak-anak untuk memiliki kesabaran, ketekunan, dan pertimbangan bagi makhluk hidup lainnya.

Artikel yang diterbitkan oleh
, ,