Rendy ‘Sang Pemimpi’: Kami Mengecam Keras Segala Tindak Kekerasan Terhadap Aktivis Lingkungan

Bagi anda pecinta  film-film yang diangkat dari karya novel Andrea Hirata, anda mungkin masih ingat sosok “Arai” di film “Sang Pemimpi”.  Salah satu film yang diangkat dari bagian kedua dari tetralogi Laskar Pelangi.

Nama asli tokoh Arai ini adalah Rendy Ahmad. Pemuda asal Pulau Belitong yang kini merantau di Depok dan Jakarta untuk mengejar mimpi menjadi penyanyi dan aktor.  Bersama Simponi (Sindikat Musik Penghuni Bumi) ia berkarya dan ingin mewujudkan mimpinya.

Rendy dan Simponi pernah mewakili Indonesia untuk ikut konser di Brasilia, pada 6 November 2012 dan 10 November 2012. Konser ini merupakan sebuah hadiah setelah lagu berjudul “Vonis (Verdict)” yang diciptakan Rendy Ahmad dan SIMPONI menjadi juara 2 dalam “Fair Play 2012: Anti Corruption Music Competition” pada 2 September 2012 lalu.

Saat ini, Rendy dan Simponi, tengah merekam album mereka. Dalam album tersebut mereka menciptakan 2 lagu soal isu lingkungan. Mereka punya mimpi lingkungan di Indonesia lebih baik dari kemarin dan hari ini. Berikut wawancara Mongabay Indonesia dengan Rendy:

Mongabay Indonesia:  Bagaimana sejarah singkat  Rendy dan Simponi berdiri ?

Rendy: Simponi (Sindikat Musik Penghuni Bumi) berdiri 28 Oktober 2010 ketika memulai kegiatan Rock N’ Green Tour: mengunjungi 82 sekolah/kampus selama 82 hari nonstop, memperingati 82 tahun Sumpah Pemuda (28 Okt 2010-17 Jan 2011). Di setiap sekolah/kampus kami beri penyuluhan tentang global warming, simulasi pengolahan sampah dengan keranjang Takakura & pentas musik akustik/beatbox. Kegiatan ini mendapat bonus Rekor MURI.

Mongabay Indonesia:   Bagaimana menurut Rendy melihat kondisi lingkungan di Indonesia saat ini ?

Rendy: Kondisi lingkungan hidup kita sangat parah. Kebijakan dan praktek pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah yang bekerjasama dengan sektor industri secara umum (mayoritas) adalah mencari keuntungan sebesar-besarnya tanpa peduli dengan aspek ekologi & masyarakat. Hutan ditebang dimana-mana, ruang terbuka hijau diganti dengan mal & bangunan-bangunan beton lainnya yg sebabkan banjir, sungai dan laut penuh limbah industri, kendaraan diproduksi atau diimpor sebesar-besarnya sehingga timbulkan polusi dan kemacetan, dan banyak contoh lainnya. Rakyat Indonesia menjadi korban bencana karena pembangunan yang tidak ekologis.

Mongabay Indonesia: Rendy dan Simponi membuat lagu tentang lingkungan, mengapa terbersit untuk menciptakan lagu tentang isu lingkungan ?

Rendy: Sejak 20 tahun lalu, musisi senior seperti Iwan Fals, Gombloh, dll sudah menciptakan & menyanyikan lagu-lagu bertema lingkungan hidup. Artinya kerusakan lingkungan hidup sudah terjadi sejak lama, dan tidak ada perubahan sampai sekarang, bahkan semakin buruk. Kami sering menyanyikan lagu-lagu para senior itu, selain menciptakan lagu-lagu sendiri. Mengapa musisi senior dan kami sekarang menciptakan & menyanyikan lagu bertemua lingkungan hidup, karena musik adalah cara yang universal, efektif & masif untuk menyampaikan pesan atau peringatan kepada masyarakat luas dan kepada pengambil kebijakan.

Mongabay Indonesia: Lagu tersebut berjudul apa? dan pesan apa yang ingin disampaikan dalam lagu tersebut ?

Rendy:  Khusus untuk lingkungan hidup, kami ciptakan lagu berjudul “Merintih” dan “We Are Sinking”. Pesannya tentang kejadian buruk yang terjadi sekarang yang timbulkan korban manusia, flora, fauna, ekosistem, adalah akibat ulah manusia. Jika sekarang saja kita sudah menderita, maka generasi mendatang akan berkali lipat lebih menderita jika tidak ada perubahan dalam kebijakan pembangunan.

Mongabay Indonesia: Rendy sebelumnya pernah bermain untuk film “Sang Pemimpi”, Bagaimana Bung Rendy melihat kondisi lingkungan di Belitong ?

Rendy:  Iya, saya memerankan Arai remaja di film Sang Pemimpi. Belitong adalah kampung halaman saya, tempat saya lahir dan besar. Kondisi lingkungan rusak sejak dulu karena penambangan timah, baik yang dilakukan oleh perusahan maupun oleh masyarakat. Saya juga dulu pernah menjadi penambang timah. Sekarang muncul masalah baru yaitu rencana penyedotan pasir untuk pembuatan pulau baru atau untuk keperluan lainnya, yang akan menghancurkan ekosistem laut di Belitong yang terkenal indah. Tapi rencana ini ditentang oleh ribuan masyarakat Belitong.

Mongabay Indonesia: Apakah penambangan timah disana memberikan dampak positif yang lebih banyak dampak negatifnya ?

Rendy:  Dampak positif tentu ada, yaitu berupa uang. Karena menambang timah memang menjadi salah satu pilihan pekerjaan bagi masyarakat Belitong. Dampak negatifnya juga besar bagi kondisi lahan, air, hutan, dll, tapi jika tidak ada pendidikan dan alternatif pekerjaan bagi masyarakat, maka persoalan ini menjadi dilema yang sulit dipecahkan. Tapi tentu saja bisa dipecahkan dengan cara-cara yang kreatif dan alternatif.

Mongabay Indonesia: Bagaimana Rendy dan Simponi melihat beberapa aktivis lingkungan yang mengalami kekerasan dari aparat dan premanisasi akhir-akhir ini?

Rendy:  Kami mengecam keras tindakan kekerasan kepada aktivis lingkungan dan kepada siapapun, dengan alasan apapun & dimanapun. Yang dilakukan oleh aparat negara ataupun oleh kelompok sipil (premanisme). Tindak kekerasan sangat tidak pantas dilakukan ketika kita punya saluran mediasi seperti musyawarah, dan saluran hukum seperti pengadilan. Semua aktivis, petani, nelayan, atau siapapun yang saat ini menjadi korban kekerasan harus mendapatkan perlindungan hukum, dan pelaku dikenakan tindakan pidana. Begitu juga bagi mereka yang saat ini ditahan oleh polisi, haruslah dilepaskan dengan segera agar mendapatkan keadilan yang sesungguhnya.

Mongabay Indonesia: Apa yang seharusnya dilakukan pemerintah Indonesia dan masyarakat untuk menjaga lingkungan agar tetap lestari ?

Rendy:  Negara harus lakukan moratorium penebangan hutan dan moratorium penjualan kendaraan bermotor, harus mengembalikan RTH, lakukan audit lingkungan ke semua pabrik terutama yang dekat dengan sungai dan laut, dan berbagai kebijakan lainnya yang progresif dan bersifat struktural karena kerusakan lingkungan yang terjadi sudah teramat parah. Masyarakat bisa lakukan pengolahan sampah di rumah, komplek perumahan, menjaga sungai, mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, menghentikan penggunaan plastik dan styrofoam, dan berbagai aksi lingkungan lainnya.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , ,