,

PPS Cikananga Sukses Kembangbiakan Jalak Putih dan Babi Kutil

Sejak 2008, Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga ((PPSC) berupaya breeding konservasi untuk jalak putih dan babi kutil. Kedua jenis satwa itu ditangkar alami, untuk turunan F2 di lepas ke alam liar. Breeding kita benar-benar alami. Anakan tidak dikasih pakan pakai tangan, tetapi indukan yang memberi pakan.  Jadi anakan pasti liar dan siap dilepas ke alam. Tinggal nanti kita pisahkan,”  kata Ajat, animal keeper, akhir Maret.

Ajat mengatakan, ada serangkaian tahapan dalam proses breeding jalak putih antara lain, pemilihan induk, pengelompokan burung hingga menemukan pasangan dan proses pemisahan tiap pasangan dalam satu kandang. “Induk yang produktif harus cukup umur. Untuk indukan  jantan harus berumur minimal umur satu setengah tahun,  sementara betina satu tahun.”

Indukan yang cukup umur, akan dikelompokkan dalam satu kandang, dengan perbandingan enam betina dan empat jantan. Mereka dibiarkan alami menemukan pasangan masing-masing. Setelah masing-masing jalak putih berpasangan akan dipisahkan menempati kandang baru. Satu kandang, satu pasang.

Mengenai breeding di PPSC bermula sejak tahun 2004. Saat itu, PPSC menerima sembilan burung kerak bodas dari warga Jawa Tengah untuk direhabilitasi. Meski begitu, program breeding konservasi burung bernama latin Sturnus melanopterus itu baru serius sejak 2008.

Saat awal program breeding jumlah 20 ekor. Terus berkembang sampai sudah ada f3. “Sekarang ada sekitar 150 jalak putih di PPSC. Terakhir kita bawa 40 ke Pongkor untuk persiapan rilis.”

Rata-rata dalam jalak putih bisa menghasilkan  tiga telur dalam sekali breeding. Pengeraman selama 14 hari.  “Siklusnya satu setengah bulan. Saat anak dipisah, induk langsung bertelur lagi. Dalam setahun bisa lima kali. Sejak Desember tahun lalu proses breeding kita setop karena cuaca sedang tidak bagus,” ucap Ajat.

PPSC sudah rilis 25 jalak putih pada 15 Maret 2012 di Desa Cisitu, Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi. “Sebelum rilis, kita sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat sekitar. Kegiatan ini penting untuk memastikan satwa yang dilepas tetap hidup dan aman tanpa mendapatkan gangguan pemburu,”  kata humas PPSC, Iing Iryanto.

Babi Kutil

PPSC juga breeding konservasi untuk satwa babi kutil. Jenis babi-babian yang terancam punah itu, diambil langsung dari alam. Ada dua ekor babi kutil yang lahir dari proses breeding ini pada Mei 2012.

“Penyebaran babi kutil sangat terbatas. Babi kutil banyak ditemui di daerah Banjar, dekat Ciamis Jawa barat. Berbagai macan cara kita lakukan untuk mendatangkan babi kutil ke sini,”  ucap Iing.

Ada sekitar 20 babi kutil di PPSC. PPSC pernah bekerjasama dengan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) mendatangkan dua babi kutil dari kebun binatang Surabaya.  PPSC pernah menerima kiriman satu babi kutil dari penangkar di Semarang yang diserahkan sukarela.

“Babi kutil diambil dari Banjar karena di sana konflik dengan masyarakat cukup tinggi. Babi kutil turun ke perkebunan warga dan merusak tanaman. Masyarakat mengadukan kejadian ke kecamatan. Masyarakat tahunya itu babi hutan, bukan babi kutil. Padahal, babi kutil adalah babi-babian yang hampir punah dan endemik Jawa.”

Kesulitan breeding babi kutil sangat tinggi, tidak seperti jalak putih. Satwa ini masih sangat liar, hingga untuk mencari pasangan pun sangat sulit. “Kita memfasilitasi babi kutil di kandang yang sangat luas. Meski begitu, kita tak mungkin disatukan semua dalam satu kandang. Babi saling menyerang. Jadi Kita lakukan  menyekat-sekat kandang. Jika  dalam kurung enam bulan penjodohan tak berhasil, kita rolling.” Breeding babi kutil belum belum ada yang dilepasliarkan.

Babi kutil dalam proses breeding di PPS Cikananga. Foto: IIng Iryanto
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,