,

Babat Pohon, Perumahan di Bukit Caracas Resahkan Warga

Pembangunan perumahan Ciracas Mountain View di kawasan Bukit Caracas, Cilimus-Kuningan, Jawa Barat (Jabar) menimbulkan keresahan warga karena menebangi pepohonan. Warga khawatir, keadaan ini bisa memicu bencana ke depan.

Hana Nining, warga sekitar Bukit Caracas mengatakan, pembangunan perumahan ini jelas merusak lingkungan di Bukit Caracas karena membabat habis pohon hingga bukit gundul. “Ini sangat risiko bahaya longsor, bisa  kena warga sekitar bukit. Tak ada lagi pengaman di bukit itu karena ada bangunan,” katanya di Caracas, Jumat (12/4/13).

Dia mengatakan, ]saat ini perumahan oleh developer Agung Sedaya Grup itu sudah menyelesaikan sekitar 70 rumah siap huni. Pembangunan ini telah mengubah struktur bukit dengan menggaruk tanah besar-besaran. Tanah hasil garukan bukit itu diperjualbelikan oleh pengembang. “Ini seperti membabat habis bukit Caracas.

Dalam pembangunan perumahan itu dibuat sumur bor. Meski kapasitas kecil, jika dibuat puluhan bahkan ratusan di dalam rumah di bukit itu, ini jadi masalah juga.  Resapan air ditutup rumah, sudah itu air diambil pula.”

Bukit Caracas merupakan perbatasan antara Desa Ciracas dan Sampora. Setengah tanah bukit di wilayah Caracas dikeruk dan menjadi perumahan, kini tersisa, tinggal setengah. Kondisi sangat memprihatinkan.

Di Bukit Caracas ada sumber mata air cukup besar. Tiga kolam yang dinamakan “Kalijaga” itu dijadikan sumber mata air bagi  warga sekitar Sampora  dan Wanayasa termasuk Kabupaten Cirebon untuk mengairi sawah.

“Satu mata air lagi ada di sebelah utara bukit dan orang setempat memberi nama hulu setu. Mata air ini mengairi sawah sampai ke Pajaten atau Sampora Utara. Kalau pembangunan tetap dilanjutkan, ini akan mengancam keberadaan sumber mata air itu.” Sejak pembangunan perumahan, saat kemarau, banyak sumur kekeringan. Padahal sebelumnya tidak pernah terjadi.

Pengembang menyediakan kali hanya berukuran dua meter. “Ini tak akan mampu menahan debit air yang turun dari bukit itu. Sehingga bencana banjir juga mengancam sebagian Desa Caracas dan Sampora.”

Saat proses pembangunan, ada satu rumah milik warga,  Een roboh tertimpa batu besar dari bukit. Kejadian saat musim penghujan, karena lahan sudah gundul dan tak ada pepohonan, air mengalir deras menyebabkan erosi hingga membuat batu berukuran besar jatuh dan menimpa pondasi rumah.

“Masyarakat banyak yang tidak setuju dengan perusakan dan pembangunan itu. Untuk menyalurkan aspirasi, saya sudah mengirim surat kepada bupati dua kali. Namun pembangunan perumahan itu masih saja terus berlangsung,” kata Nining.

Menanggapi masalah ini, Dadan Ramdan, Direktur Eksekutif Walhi Jabar, mengatakan, masih mengkaji kerusakan lingkungan yang ditimbulkan perumahan itu. Pembangunan perumahan terindikasi melanggar rencana tata ruang wilayah (RTRW).

Pembangunan perumahan itu sangat berdampak pada perubahan kawasan itu secara ekologi. Terlihat dari berkurangnya tutupan lahan, ruang terbuka hijau, serta hilangnya pepohonan. Juga ada mata air terancam dan hilang oleh pembangunan,” ucap Dadan.

Jika merujuk pada RTRW Kabupaten Kuningan 2011, Kecamatan Cilimus yang berbatasan dengan Taman Nasional Gunung Cermai itu sebagai kawasan lindung dan resapan. Jika melihat RTRW, kawasan Caracas bukan untuk pembangunan skala besar.

“Dampaknya sangat jelas. Pembangunan perumahan menimbulkan pepohonan rusak dan bukit menjadi gundul. Hingga  bisa menimbulkan bahaya longsor. Secara aturan mereka legal karena ada izin dari pemerintah daerah. Kita belum periksa apakah tanah jadi perumahan itu hak guna bangun atau apa. Kita belum telusuri. Karena kita masih terus mengkaji.”

Senada dikatakan Dewi Amelia, juru bicara Aliansi Rakyat Jawa Barat (Aljabar). Dia masih mempelajari kerusakan lingkungan di Bukit Caracas. Aljabar juga ikut mengadvokasi masyarakat di Caracas, kini masih mempelajari perizinan, sertifikat tanah dan lain-lain yang berkaitan keberadaan perumahan itu.

“Pemerintah di sana bilangnya kawasan itu bukan kawasan resapan air. Sehingga pembangunan di sana bisa terjadi. Sementara masyarakat di sana bilang bahwa di bukit caracas didapat banyak air,” kata Dewi.

Dewi ikut mendampingi warga sekitar. Dia mengatakan, bukit itu bukan lahan tandus yang tidak berfungsi.  Di sebelah barat bukit, masih ada pohon-pohon rimbun. Menurut masyarakat, dulu disana  ada kebun jeruk. Lalu, bukit itu ditanami jabon dan tumbuh subur.

Ketika akan membuka perumahan pohon-pohon itu dilindas becho, beberapa bulan lalu masih tertinggal satu atau dua pohon saja. “Kriteria yang bisa dijadikan lahan perumahan yaitu lahan tandus, dan bukan resapan seperti Bukit Caracas.”

Artikel yang diterbitkan oleh
, ,