Penelitian: Memetakan Genom Kelapa Sawit Untuk Menekan Kerusakan Hutan Tropis Dunia

Sebuah tim peneliti berhasil memetakan genom kelapa sawit, yang selama ini marak digunakan sebagai minyak masak, kosmetik, bahan pembersih dan makanan siap saji. Pengurutan genom, yang baru-baru ini dimuat dalam jurnal ilmiah Nature, telah berhasil mengidentifikasi gen-gen yang bisa memperbanyak hasil dari setiap buah kelapa sawit, yaitu dengan menipiskan kulit dari buah kelapa sawit ini. Dengan memperbanyak hasil di setiap buah, hal ini berpotensi untuk menekan kebutuhan perluasan perkebunan kelapa sawit yang membutuhkan lahan secara masif dan seringkali menebas hutan hujan tropis serta lahan gambut di negara-negara penghasil utama kelapa sawit seperti Indonesia.

Gen yang disebut dengan “gen Shell” atau gen tempurung ini mengatur “ketebalan kulit buah yang berkorelasi dengan ukuran buah dan kuantitas minyak yang bisa dihasilkan”, menurut penulis utama penelitian ini Rajinder Singh dari Malaysian Palm Oil Board (MPOB).

Perkebunan kelapa sawit yang membutuhkan banyak lahan dan seringkali menebas hutan tropis dunia untuk ekspansi perkebunan. Foto: Rhett A. Butler
Perkebunan kelapa sawit yang membutuhkan banyak lahan dan seringkali menebas hutan tropis dunia untuk ekspansi perkebunan. Foto: Rhett A. Butler

Menurut pernyataan dari MPOB, para pengusaha kelapa sawit kini bisa “menggunakan penanda genetik untuk gen Shell ini untuk membedakan tiga bentuk buah di pembibitan jauh sebelum mereka ditanam di perkebunan.” Saat ini, butuh enam tahun untuk melihat apakah jenis tanaman kelapa sawit yang kita tanam menghasilkan minyak yang banyak.

Hutan hujan tropis di Indonesia dan Malaysia telah banyak dimusnahkan dalam 30 tahun terakhir ini untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit, dan membuat komoditi ini menjadi sasaran utama para aktivis lingkungan karena dinilai menjadi penyebab hilangnya habitat berbagai satwa dilindungi. Para ahli sendiri menyebut kelapa sawit sebagai “satu ancaman langsung terhadap sebagian besar spesies.” Tidak heran jika kabar ini, dimana hasil kelapa sawit bisa ditingkatkan lewat rekayasa genetik tanpa harus menebang hutan menjadi sebuah bahasan yang sensitif.

Salah satu wajah perkebunan kelapa sawit.
Salah satu wajah perkebunan kelapa sawit. Foto: Rhett A. Butler

Namun hasil konservasi yang positif bukan menjadi sesuatu yang dikorbankan. Dalam penelitian tentang peternakan di Amerika Latin telah menunjukkan bahwa meningkatkan produktivitas pertanian telah menyebabkan konversi lahan lebih jauh oleh para pemilik lahan. Namun demikian, sebgian besar ahli konservasi melihat bahwa meningkatkan produktivitas hasil dari buah kelapa sawi adalah sebuah langkah penting untuk melindungi hutan, pada saat kebutuhan akan pangan dan bahan bakar terus meningkat. Memperbanyak hasil kelapa sawit dengan penggunaan lahan yang minimal, artinya akan membuat lebih banyak wilayah yang bisa diselamatkan.

“Penemuan dari gen Shell ini menjadi indikasi langkah yang lebih jelas menuju penggunaan lahan secara lebih intensif di perkebunan yang sudah ada, dan hal ini akan mengurangi keinginan untuk melakukan ekspansi lahan yang akan digunakan untuk perkebunan kelapa sawit, terutama terhadap hutan tropis yang terancam -sebuah hal utama bagi lingkungan dan menjadi isu utama yang diusung oleh para aktivis konservasi hutan beberapa tahun belakangan ini,” tambah penulis lainnya, Robert Martienssen, salah satu pendiri Orion Genomics dan seorang pakar genetik di Cold Spring Harbor Laboratory.

CITATION: Rajinder Singh et al (2013).Oil palm genome sequence reveals divergence of interfertile species in Old and New worlds. NATURE July 25, 2013 doi:10.1038/nature12309

Artikel yang diterbitkan oleh
,