Video: Kisah Orangutan, Gadis Tunarungu dan Kelapa Sawit

Sebuah video yang membangkitkan rasa haru dirilis oleh Rainforest Action Network untuk membangkitkan kesadaran publik terhadap dampak hilangnya hutan akibat ekspansi perkebunan kelapa sawit untuk memenuhi bisnis pangan dunia.

Video ini berisi sebuah perbincangan lewat dunia maya antara seorang gadis kecil tunarungu berusia 12 tahun bernama Lena, dengan seekor orangutan bernama Strawberry di Indonesia. Keduanya menggunakan bahasa isyarat, saling menceritakan kehidupan sehari-hari mereka. Saat pembicaraan masuk ke topik makanan, pesan terkait kelapa sawit pesan yang disampaikan video ini muncul.

Strawberry si orangutan: “Apa yang kamu makan?. Lena menjawab, dirinya suka sekali makan selai kacang dan menunjukkan kemasannya kepada Strawberry.

Strawberry si orangutan: “Apa itu selai kacang?”

Lena: “Makanan yang berisi kacang, gula, kelapa sawit dan garam.”

Strawberry si orangutan: “Makananmu menghancurkan rumahku.”

Alih suara kemudian menjelaskan lebih lanjut tentang isu kerusakan hutan di Kalimantan untuk memenuhi permintaan kelapa sawit ke seluruh dunia.

orangutan chat lena-RAN

Video ini dirilis oleh RAN sebagai bagian dari kampanye besar mereka yang menyasar 20 produsen makanan skala besar di dunia yang masih menggunakan komoditi kelapa sawit. Dalam kampanye ini dijelaskan bahwa pihak produsen makanan gagal memastikan bahwa kelapa sawit yang mereka gunakan memang berasal dari sumber yang baik dan tidak menyebabkan deforestasi dan konflik sosial di masyarakat.

Kampanye yang dimulai sejak bulan lalu ini menjabarkan populasi orangutan yang terus menyusut, angka emisi Gas Rumah Kaca akibat dari konversi hutan dan lahan gambut menjadi perkebunan, kasus-kasus perburuhan dan berbagai kasus kekerasan yang terjadi akibat konflik lahan.

RAN mengatakan bahwa kampanye ini bisa memberikan dampak bagi beberapa merek-merek makanan yang terkemuka seperti Conagra Foods, Dunkin Donuts, General Mills, PepsiCo, The Hershey Company, Hormel Foods, J.M Smucker Company, Krispy Kreme, Mars, H.J Heinz Company dan Kellogs. Kendati sejumlah perusahaan di atas telah menyatakan bahwa mereka hanya akan menggunakan produk kelapa sawit dari perusahaan yang terdaftar di RSPO (yang mengatur standar lingkungan produksi kelapa sawit) di tahun 2015, namun RAN menyatakan bahwa RSPO tak memiliki standar yang cukup baik untuk melindungi hutan dan menghasilkan kelapa sawit yang ‘bebas-konflik”.

“Setiap perusahaan yang ingin membeli kelapa sawit yang berkelanjutan harus mengadopsi kebijakan pembelian kelapa sawit yang independen dan global yang memiliki standar yang jauh di atas TSPO,” ungkap laporan RAN. “Menyelesaikan masalah konflik kelapa sawit membutuhkan peran serta masayarakat dan pasar untuk menekan angka permintaan terhadap kelapa sawit yang bermasalah. Tujuan hal ini adalah untuk menciptakan penguatan pasar terhadap kelapa sawit yang bertanggung jawab dan mengubah rantai suplai kelapa sawit secara global.”

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,