,

Migrasi Burung di Indonesia: Menikmati Ritual Tahunan Tamu dari Utara

Memasuki musim dingin di belahan Bumi bagian utara, sejumlah burung sudah memulai ritual tahunan mereka untuk mencari kehangatan menuju kawasan Selatan untuk menghindari kondisi cuaca yang ekstrem dan sebagai bagian dari proses bertahan hidup.

Indonesia, yang terletak di khatulistiwa dan menjanjikan suhu yang lebih hangat sepanjang tahun adalah salah satu wilayah transit dan tujuan dari berbagai burung migran yang ada di dunia. Salah satu jenis yang melakukan migrasi adalah elang. Burung rator ini terbang melewati jalur yang dikenal dengan East Asia Continental Flyway, yang terbentang dari jalur Siberia ke Asia Tenggara. Raptor migran ini biasanya menggunakan lokasi-lokasi seprti pegunungan yang menyediakan banyak dahan untuk bertengger dan sumber pakan alami.

Di Indonesia, banyak lokasi yang menjadi wilayah tujuan maupun transit bagi burung-burung dari belahan utara Bumi. Salah satu lokasi pengamatan yang seringkali menjadi area pengamatan burung migran ini adalah Bukit Paralayang di Puncak, Bogor, Jawa Barat. Jalur ini menjadi menarik karena menjadi jalur migrasi jenis elang dan beberapa jenis burung lain. “Di sini kita juga bisa mengamati jenis elang langka seperti elang kelabu, Baza hitam dan Elang Jawa,” ungkap Adam Supriatna dalam pernyataannya seperti diterima oleh Mongabay-Indonesia melalui surat elektronik.

Peta Migrasi Burung Asia Pasifik. Sumber: www.teara.govt.nz
Peta Migrasi Burung Asia Pasifik. Sumber: www.teara.govt.nz

Saat terbaik untuk mengamati kawanan pendatang dari utara ini adalah awal September hingga akhir November. Menurut catatan para pengamat burung, hingga 2 hari silam sekitar 1500 individu burung yang sudah melewati kawasan Puncak. Jenis terdiri dari Sikep Madu Asia, Elang Alap Cina, Elang Alap Jepang, dan Elang Kelabu. Selain pengamatan, kegiatan penyadartahuan ke masyarakat juga diberikan. Saat pengamatan, tak kurang dari 150 orang ikut menikmati kehadiran burung-burung dari utara ini.

“Ya ampun, banyak banget burungnya. Baru pertama kali saya lihat burung sebanyak ini,” ungkap salah satu pengujung yang diberi kesempatan untuk mengamati burung migran. Karena sebagian besar pengunjung  yang tinggal di Bogor dan Jakarta tersebut tidak mengerti tentang migrasi burung, maka para interpreter D3 Institut Pertanian Bogor (IPB) jurusan Ekowisata membuat spanduk, menyapa para masyarakat yang berkunjung ke bukit paralayang dan memberikan informasi seputar migrasi.

Sikep Madu Asia. Foto: Iwan Londo
Sikep Madu Asia. Foto: Iwan Londo

“Kami memberikan penjelasan kepada masyarakat tentang waktu migrasi burung, kenapa terjadi migrasi burung, jalur migrasi, asal kedatangan burung, puncak waktu migrasi, dan indikator waktu migrasi burung terhadap iklim global,” jelas Muchlis Julianda Situmorang, salah satu interpreter. Selain itu mereka juga menjelaskan tentang ukuran tubuh, cara terbang, jenis makanannya, jumlah burung, dan habitatnya ketika burung migran sedang terbang melintas.

Bersama dengan para pengamat burung, pengunjung juga turut melihat bahkan ikut menghitung kelompok Sikep Madu Asia yang sedang terbang. Pengunjung juga diberi kesempatan untuk melihat kelompok burung migran yang sedang terbang menggunakan binokular. Banyak pengunjung yang tertarik dan takjub saat melihat kelompok besar burung migran sedang terbang. “Saya baru tahu burung juga migrasi,” ungkap seorang pengunjung.

http://mongabaydotorg.wpengine.com/wp-content/uploads/2013/11/Salah-satu-wisatawan-jepang-ikut-mengamati-burung-migrasi. Foto: Marco
http://mongabaydotorg.wpengine.com/wp-content/uploads/2013/11/Salah-satu-wisatawan-jepang-ikut-mengamati-burung-migrasi. Foto: Marco

Selain di Puncak, Jawa Barat. Salah satu wilayah yang juga selalu dikunjungi burung-burung migran adalah wilayah Pantai Trisik, di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam pengamatan yang dilakukan oleh Mongabay-Indonesia bersama sejumlah pengamat burung dari Kelompok Pengamat Burung BIonic dari Universitas Negeri Yogyakarta, serta pengamat burung dari Indonesia Wildlife Photography.

Dari pengamatan yang dilakukan sejauh ini menurut Khaleb Yordan dari Indonesia Wildlife Photography sudah ada 44 jenis yang hadir di Pantai Trisik saat ini. Beberapa diantaranya bahkan dari jenis yang masuk dalam kriteria ‘terancam’ dalam Daftar Merah IUCN, yaitu Kedidi Besar (Calidris tenuirostris), Gajahan Timur (Numenius madagascariensis), Trinil Nordmann (Tringa guttifer), Cerek Jawa (Charadrius javanicus), Trinil Lumpur Asia (Limnodromus semipalmatus) ,Gajahan Besar (Numenius arquata), dan Cerek Malaysia (Charadrius peronii).

Nordmann Foto: Aji Wihardandi
Trinil Nordmann (Tringa guttifer) tiga individu di kanan foto yang kini masuk daftar merah IUCN dengan status terancam juga hadir di Trisik. Foto: Aji Wihardandi

Sejumlah spesies yang jarang dijumpai atau tergolong baru di Indonesia diantaranya adalah Kaki Rumbai Merah/ Red Phalarope, Kedidi Dada Coret/Pectoral Sandpiper, Cerek Kalung Besar/Common Ringed Plover

Dari blog yang ditulis oleh Oryza Sativa (oryza-sativa135rsh.blogspot.com) Burung air migran merupakan jenis burung air yang melakukan migrasi setiap musim atau tahunan secara rutin. Hayman et al. (1988) menyatakan bahwa kelompok burung air merupakan burung-burung jenis wader yang secara rutin melakukan migrasi. Kepulauan Indonesia dengan panjang garis pantai +81.000 km merupakan garis pantai yang cukup panjang dan memegang peranan penting bagi kelangsungan hidup burung air, terutama burung air migran (Kusmana, 1996). Alikondra (1993) juga menambahkan bahwa beberapa jenis burung airmigran tiap tahunnya secara periodik memanfaatkan sebagian wilayah pesisir Indonesia sebagai habitat sementara.

Pengamatan burung migran di Pantai Trisik, Yogyakarta. Foto: Aji Wihardandi
Pengamatan burung migran di Pantai Trisik, Yogyakarta. Foto: Aji Wihardandi

Beberapa jenis burung tinggal di daerah-daerah tertentu, tetapi banyak jenis yang bermigrasi secara teratur dari suatu daerah ke daerah yang lain sesuai dengan perubahan musim. Migrasi umumnya antara bagian Utara dan Selatan bumi yang disebut Latitudinal. Pada musim panas burung-burung bergerak atau tinggal di daerah sedang dan daerah- daerah sub artik dimana terdapat fasilitas-fasilitas untuk makan dan bersarang, serta kembali ke daerah tropik untuk beristirahat selama musim salju. Beberapa spesies burung melakukan migrasi altitudinal yaitu ke daerah-daerah pegunungan selama musim salju dan ini terdapat di Amerika Utara bagian Barat (Murad, 1993).

Seperti dibahas oleh Mongabay-Indonesia dalam artikel sebelumnya soal migrasi burung, dari sudut pandang ekologis, migrasi burung adalah sebuah ritual tahunan yang menunjukkan kesimbangan fungsi ekologis di berbagai belahan dunia. Tidak kurang 50 miliar individu burung yang melakukan migrasi ini setiap tahunnya. Mereka melintas benua dengan jarak puluhan ribu kilometer untuk mencari makan atau untuk mendapatkan cuaca yang hangat untuk melanjutkan siklus perkembangbiakan mereka.

Trisik4

Pada bulan Agustus hingga Maret, belahan bumi utara mengalami musim dingin yang menyebabkan kelimpahan makanan burung-burung tersebut berkurang, akibatnya burung-burung yang hidup di Rusia timur laut, China, Alaska bermigrasi ke bumi belahan selatan untuk mencari udara yang lebih hangat dan mencari makanan. Jenis makanan dari kelompok burung-burung pantai adalah ikan, jenis-jenis kerang, kepiting dan cacing.  Umumnya burung pantai mencari makan di sekitar daerah pesisir pantai, juga di daerah persawahan, pertambakan dan hutan bakau.

Trisik6

Posisi Indonesia yang terbentang antara benua Australia dan Asia Daratan di sisi utara, memiliki nilai penting dalam migrasi burung yang terjadi setiap tahun. Untuk jenis-jenis burung tertentu seperti jenis raptor, Indonesia juga menjadi tujuan akhir bagi berbagai burung raptor untuk bermigrasi.  Ribuan raptor bermigrasi mencari makan dari kawasan Asia Utara  menuju kawasan Asia Tenggara termasuk Indonesia.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,