Lima Merak Jawa Kembali ke Habitat Alami Mereka di TN Alas Purwo

Berbagai upaya mengembalikan satwa yang terancam punah dan dilindungi ke habitat mereka terus dilakukan oleh berbagai lembaga rehabilitasi satwa. Sejumlah ancaman, seperti perburuan liar dan perdagangan bagian tubuh atau produk turunan satwa yang terus mengancam, membuat pelepasliaran menjadi sebuah solusi untuk memperpanjang siklus perkembangbiakan sawa-satwa yang masih bisa kembali ke habitat asli mereka.

Sepertiyang dilakukan oleh Friends of National Parks Foundation (FNPF) yang baru saja melepaskan lima individu merak Jawa atau Javan Green Peafowl (Pavo muticus muticus) ke habitat mereka di hutan Alas Purwo di Jawa Timur setelah melakukan proses rehabilitasi kelimanya.

Merak Jawa di habitat aslinya. Foto: Friends of National Park Foundation
Merak Jawa di habitat aslinya. Foto: Friends of National Park Foundation

Proses rehabilitasi lima individu merak Jawa atau Javan green peafowl ini dilakukan oleh FNPF di pusat penyelamatan satwa mereka di Tabanan, Bali. Fasilitas ini adalah salah satu dari 7 Pusat Penyelamatan Satwa di Indonesia dan memiliki peran penting untuk menjembatani kembalinya sejumlah satwa yang sempat dtangkap dan dipelihara oleh manusia sehingga kehilangan sifat-sifat asli mereka. Sebagian besar satwa yang melalui proses rehabilitasi di lahan seluas 3.200 meter persegi ini adalah satwa korban perdagangan liar dan perburuan.

“Kami telah merawat dan merehabilitasi burung-burung ini di pusat penyelamatan satwa kami di Tabanan, Bali sejak tahun lalu. Saya sangat gembira kita bisa mendapat izin untuk melepasliarkan kembali mereka ke alam liar,” ungkap pendiri dan CEO FNPF, Dr. I.G.N Bayu Wirayudha.

Dalam proses pelepasliaran yang dilakukan, tim FNPF sudah tiba di lokasi pelepasan di ujung timur Pulau Jawa, di wilayah Banyuwangi sejak pukul 5 pagi. Sebuah upacara Hindu dilakukan untuk memanjatkan doa kepada Tuhan untuk mendapat restu dan perlindungan sepenuhnya.

Proses pelepasliaran kelima merak Jawa di Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi. Foto: Friends of National Park Foundation
Proses pelepasliaran kelima merak Jawa di Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi. Foto: Friends of National Park Foundation

Hutan dataran rendah di Alas Purwo sendiri adalah habitat alami dari merak Jawa, dan merupakan habitat alami terakhir mereka serta merupakan kawasan yang dilindungi dari pembalakan liar. “Mereka akan hidup dengan baik di taman nasional ini, mereka adalah burung yang hidup di atas tanah, sudah sehat dan tak lagi jinak. Ada banyak makanan dan air untuk mereka disini. Sesaat setelah dilepaskan mereka segera pergi mencari pepohonan dan setelah 15 menit mereka menuju ke sungai -ini adalah sebuah pertanda yang baik,” sambung Wirayudha.

Pelepasan ini sendiri disambut baik oleh Kepala Seksi I  Urusan Perlindungan di Taman Nasional Alas Purwo, Untung Susilo. “Hal ini baik untuk segera meningkatkan populasi merak Jawa. Mereka sudah mandiri dan tidak perlu lagi diawasi oleh atau dilindungi setiap saat oleh manusia atau konservasionis,” ungkapnya.

Saat ini di Bali Wildlife Rescue Center, FNPF masih memiliki dua merak Jawa. Keduanya belum bisa dikembalikan ke alam liar karena masih mengalami luka di kaki, dan seekor lainnya masih terlalu jinak.

Javan Green Peafowl atau merak Jawa kini masuk dalam status terancam atau endangered dalam Daftar Merah IUCN, karena besarnya ancaman terhadap habitat mereka dan ancaman perburuan untuk perdagangan liar.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,