EIA: Mantan Gembong Pembalakan Liar, Berupaya Danai Bisnis Sawitnya Lewat Go Public

Seorang gembong bisnis kayu ilegal yang terkenal sering menculik dan melakukan kekerasan terhadap aktivis lingkungan kini tengah menjadi target penyelidikan terkait rencananya melakukan penjualan saham perusahaannya kepada publik (go public). Rencana penjualan saham ini diduga bertujuan untuk mendapatkan dana segar jutaan dollar.

Seperti diberitakan sebelumnya, lewat perusahaannya bernama PT Sawit Sumber Mas Sarana, pengusaha bernama Abdul Rasyid ini menurut laporan dari EIA atau Environmental Investigation Agency berupaya melakukan ekspansi bisnisnya lebih lanjut.

Abdul Rasyid, pendiri Sawit Sumber Mas Sarana, seperti dilaporkan oleh EIA adalah seorang gembong pembalakan ilegal yang terkenal di akhir 1990-an dan awal 2000-an silam lewat praktek perusahaannya bernama Tanjung Lingga, yang beroperasi di sekitar Taman Nasional Tanjung Puting.

Menurut hasil investigasi EIA, yang melakukan investigasi terhadap Tanjung Lingga mengatakan bahwa di tahun 2000-an nama Abdul Rasyid menurut Pemerintah RI disebut sebagai salah satu pembalak liar terbesar di Indonesia. “EIA pertamakali merekam aktivitas pembalakan liar yang dilakukan oleh perusahaan Abdul Rasyid di tahun 1999, melakukan pelacakan sejumlah kayu yang sangat bernilai yang dicuri dari Taman Nasional Tanjung Puting dan dibawa ke pengolahan yang dimilikinya di grup usaha Tanjung Lingga yang dimilikinya,” ungkap EIA dalam pernyataannya. “Dalam investigasi lanjutan di awal 2000-an, seorang anggota EIA dan rekannya dari Indonesia diculik dan diserang dengan menggunakan senjata api oleh staf keamanan Tanjung Lingga.”

Peta perizinan perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Tengah. Sumber: Walhi Kalimantan Tengah
Peta perizinan perkebunan kelapa sawit di Kalimantan Tengah. Sumber: Walhi Kalimantan Tengah

Akibat kekerasan yang dilakukan oleh staf Tanjung Lingga ini, beberapa jari Faith Doherty, anggota EIA yang melakukan investigasi tersebut kini rusak, sementara rekannya Ambrosius ‘Ruwi’ Ruwindrijarto dipukuli hingga mengalami memar.

Setelah penyelidikan ini grup Tanjung Lingga kemudian mengalami dua kali penggerebekan dalam pengiriman kayu hasil pembalakan liar.

Kini Abdul Rasyid berupaya mencari dana segar untuk bisnis barunya, yaitu kelapa sawit. Lewat upaya go public di lantai bursa Indonesia Stock Exchange ini, perusahaan ini berharap bisa meraih dana segar sekitar 90 juta dollar AS. Dana yang diperoleh akan digunakan untuk membuka perkebunan baru, mendapatkan konsesi lahan baru, membayar hutang-hutang usaha dan menyediakan sumber daya.

“Rasyid berupaya untuk menutupi masa lalunya yang kelam sebagai gembong bisnis pembalakan kayu secara ilegal dan kini mencari cara untuk mengembangkan bisnis kelapa sawitnya. Dia berhasil menumpuk harta kekayaannya melalui pencurian kayu secara besar-besaran dan ini berupaya menambah kekayaannya melalui perusakan hutan di Kalimantan Tengah.”

Rencana penjualan saham ke publik oleh Sawit Sumber Mas Sarana dinilai bermasalah oleh banyak pihak, karena perusahaan ini berencana untuk mengubah hutan dan lahan gambut yang menjadi habitat orangutan dan penting bagi masyarakat setempat, dalam skala besar.  Masalah lain perusahaan ini yang juga sangat penting adalah nyaris 90% hasil perkebunan kelapa sawit grup usaha ini dijual kepada perusahaan yang sedang memperbaiki diri untuk tidak membeli kelapa sawit dari sumber yang tidak terpercaya.

“Terkait dengan masa lalu Abdul rasyid dan ancaman yang ditebar perusahaannya lewat PT SSMS kepada habitat orangutan, maka proses penjualan saham mereka ke publik harus menjadi alarm bahaya bagi para investor.”

Untuk membaca laporan seputar rencana penjualan saham PT Sawit SUmber Mas Sarana, silakan klik di link ini lebih lanjut.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,