,

Produsen Coklat Hershey Putuskan Hanya Beli Kelapa Sawit Ramah Lingkungan

Salah satu perusahaan produsen makanan berbasis coklat dunia, Hershey Co. hanya akan membeli produk kelapa sawit dari sumber yang terpercaya alias memenuhi kaidah perkebunan kelapa sawit yang ramah lingkungan mulai akhir tahun 2014 mendatang. Hal ini secara resmi disampaikan oleh produsen coklat di Hershey, Pennsylvania, Amerika Serikat ini pada tanggal 17 Desember 2013 silam.

Menurut pihak perusahaan, komitmen ini akan berjalan setahun lebih awal dari batas maksimal penggunaan kelapa sawit berkelanjutan di tahun 2015 mendatang. “The Hershey Company telah berkomitmen untuk meningkatkan dan semakin transparan dalam upaya pembelian bahan-bahan kami yang berkelanjutan,” ungkap Wakil Presiden Bidang Komoditi Global, Frank Day dalam medi rilis yang dimuat dalam situs resmi mereka.

“Langkah kami untuk membeli 100% sumber kelapa sawit yang bisa dilacak adalah langkah terbaru dalam upaya kami untuk memastikan bahwa kami hanya membeli produk kelapa sawit yang tidak berkontribusi dalam kerusakan habitat atau memberikan dampak negatif terhadap lingkungan. Program pembelian bahan yang berkelanjutan untuk meningkatkan produk kami akan dilaporkan dalam laporan Corporate Social Responsibility tahunan kami,” tambahnya.

Membakar lahan merupakan cara praktis dan mudah membersihkan lahan di kebun sawit. Foto: Andi Fachrizal
Membuka perkebunan kelapa sawit dengan membakar hutan. Foto: Andi Fachrizal

Terkait dengan rencana pembelian kelapa sawit berkelanjutan ini, pihak perusahaan akan bekerjasama dengan semua pemasok bahan-bahan mereka untuk memastikan bahwa bahan kelapa sawit yang digunakan sudah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. Pihak Hershey sendiri menetapkan beberapa kriteria kelapa sawit untuk memenuhi komitmen ini, seperti membeli kelapa sawit yang tidak berkontribusi terhadap deforestasi dan perusakan habitat satwa liar, tidak merusak hutan yang menyimpan cadangan karbon alam jumlah besar, tidak ditanam di atas lahan gambut, dan beroperasi sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku di level lokal.

The Hershey Company adalah produsen coklat terbesar di Amerika Utara dan sekaligus produsen terbesar permen di dunia yang memiliki sekitar 80 merek makanan di bawahnya, termasuk yang populer di Indonesia, seperti Kit Kat. Perusahaan ini kini memiliki sekitar 14 ribu karyawan di seluruh dunia dengan total keuntungan sekitar 6,6 miliar dollar AS.

Tabel: Penggunaan Kelapa Sawit di Amerika Serikat
Tabel: Penggunaan Kelapa Sawit di Amerika Serikat

Kampanye Besar Sasar 20 Produsen Makanan AS

Sebelumnya, pada tanggal 12 September 2013 silam, Rainforest Action Network merilis sebuah kampanye besar yang meminta produsen makanan ringan di Amerika Serikat untuk tidak menggunakan minyak kelapa sawit yang menjadi penyebab kehancuran hutan tropis di Indonesia dan Malaysia. Kampanye ini menyasar 20 produsen makanan kecil di negeri Paman Sam tesebut -yang disebut The Snack Food 20– karena pihak produsen dinilai gagal untuk memastikan bahwa minyak kelapa sawit yang mereka gunakan berasal dari sumber yang terpercaya.

Kampanye besar ini dibarengi dengan dirilisnya sebuah laporan dan banner protes yang dipasang di Kantor Dewan Perdagangan Chicago berbunyi “Cut Conflict Palm Oil, Not Rainforest” ini juga menyitir kondisi satwa yang ada di dalam hutan tropis seperti orangutan, lalu emisi yang disebabkan akibat dari penebangan dan alihfungsi lahan gambut menjadi perkebunan kelapa sawit dan konflik sosial antara pihak perusahaan kelapa sawit dan masyarakat lokal akibat ekspansi perkebunan.

Bagaimana kelapa sawit mengeringkan lahan gambut? ini dia gambaran jelasnya. Sumber: RAN
Bagaimana kelapa sawit mengeringkan lahan gambut? ini dia gambaran jelasnya. Sumber: RAN

Rainforest Action Network (RAN) menyatakan bahwa isu ini membawa dampak bagi sejumlah produsen makanan ringan di AS seperti Hershey, Conagra Foods, Dunkin’ Donuts, General Mills, PepsiCo, Hormel Foods dan Krispy Kreme serta sejumlah nama lainnya. Kendati sejumlah perusahaan ini telah berkomitmen untuk mengambil dan menggunakan kelapa sawit dari sumber yang bersertifikasi ramah lingkungan melalui standar RSPO (Roundtable on Sustainable Palm Oil) namun lembaga ini dinilai tidak berhasil melaksanakan fungsinya secara maksimal untuk memastikan bahwa kelapa sawit yang digunakan adalah kelapa sawit yang ‘bebas dari konflik’.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,