Pengamatan Burung Air, Langkah Awal Lindungi Habitat Lahan Basah

Indonesia, hingga kini masih menjadi salah satu surga burung air di dunia. Dengan bentang panjang pantai keempat terpanjang di dunia sepanjang 95.181 kilometer, berbagai lokasi di tanah air menjadi habitat berbagai spesies burung air dunia, baik spesies penetap maupun migran.

Salah satunya adalah Pulau Rupat di Propinsi Riau. Menurut catatan Kelompok Studi Lingkungan Hidup (KSLH) Riau yang melakukan pengamatan pada tanggal 11 hingga 12 Januari 2013 silam, tak kurang dari 300 individu burung pantai di lokasi ini. “Pulau Rupat merupakan pulau yang berhadapan langsung dengan Malaysia. Sangat potensial untuk kehidupan burung air, karena sekitar pulau dominan ditumbuhi pohon mangrove. Kami memantau sekitar 300-an jenis burung yang bermigrasi dari Asia utara dan Himalaya, yaitu Cerek-pasir Mongolia dan Gajahan,” ungkap Heri Tarmizi, salah satu pengamat burung dari KSLH Riau.

Pengamatan burung pantai ini adalah bagian dari upaya untuk melindungi keberadaan berbagai spesies burung pantai yang ada di kawasan tersebut. Lewat informasi yang didapat, maka pola perubahan perilaku burung air, hal ini juga memantau kualitas habitat lahan basah yang menjadi wilayah hidup spesies-spesies burung air tersebut. Lewat informasi yang didapat, hal ini akan menentukan upaya konservasi atau perlindungan bagi sebuah kawasan tertentu.

Gajahan dan Dara-laut kecil di Pulau Rupat. Foto: Djamaludin
Gajahan dan Dara-laut kecil di Pulau Rupat. Foto: Djamaludin

Kegiatan ini berjalan bersama dengan sensus internasional yang meliputi wilayah Afrika, Eropa, dan Amerika, dibawah payung International Waterbird Census (IWC). Untuk kegiatan di Indonesia, sensus dikoordinasikan oleh Wetlands International – Indonesia Programme bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Kementrian Kehutanan. Lokasi pengamatan burung air biasanya dapat ditemukan di lokasi lahan basah, seperti sawah, sungai, danau, situ, rawa, daerah pesisir, hutan bakau, dan dataran lumpur dan bisa diikuti oleh semua kalangan.

Menurut Yus Rusilla Noor dari Asian Waterbirds Census (AWC), acara tahunan perhitungan burung air global ini juga sebagai bagian dari upaya kampanye untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya lahan basah. Pada data hasil kegiatan sebelumnya, terbukti digunakan untuk menentukan status perlindungan dari suatu jenis burung air secara internasional.

Burung-burung pantai di Indonesia, juga merupakan jenis-jenis yang terancam akibat adanya berbagai perubahan habitat, perusakan habitat dan perburuan liar. Beberapa lokasi penting untuk wilayah hidup burung pantai di Indonesia juga merupakan lokasi dengan kepadatan penduduk yang tinggi sehingga kemungkinan lokasi ini akan hilang di masa mendatang. Daerah perburuan burung air dan jenis bermigrasi yang terkenal ada berada di sepanjang pantai utara Jawa Barat.

”Masyarakat menangkap burung air karena adanya tekanan ekonomi. Dengan kegiatan ini, sangat penting juga diupayakan penyadartahuan kepada masyarakat dan jika perlu penegakan aturan,” jelas Yus lebih lanjut dalam rilis medianya.

Indonesia, menurut catatan Wetlands International memiliki 380 jenis burung air yang mendiami berbagai wilayah pesisir di tanah air. Sementara menurut Burung Indonesia, tak kurang dari 49 lokasi di Indonesia merupakan lokasi yang berpotensi menjadi wilayah singgahan burung air dunia yang melakukan migrasi.

Cangak (Ardea sp.), bangau (Ciconidae), atau pecuk (Phalacrocoracidae) merupakan jenis burung yang sangat menyukai kawasan mangrove sebagai tempat bersarang karena aman dari pemangsa. Bagi jenis-jenis pemakan ikan seperti kelompok kuntul (Egretta sp.) mangrove merupakan tempat bertengger yang kaya makanan. Sementara bagi burung air pengembara, terutama Charadriidae dan Scolopacidae, akar mangrove berguna sebagai tempat istirahat yang baik saat terjadi air pasang selama musim migrasinya.

Peta Migrasi Burung Asia Pasifik. Sumber: www.teara.govt.nz
Peta Migrasi Burung Asia Pasifik. Sumber: www.teara.govt.nz

Habitat lahan basah tidak hanya penting bagi burung-burung pendatang. Berbagai jenis burung penetap pun merasakan manfaat dari keberadaan kawasan ini, seperti mentok rimba (Cairina scutulata) dan bangau storm (Ciconia stormi). Tipe habitat hutan rawa air tawar dan gambut menjadi rumah mereka untuk mencari makan dan berbiak.

Begitu juga dengan hutan rawa rumput yang disukai keluarga keluarga Ardeidae, Anatidae, Rallidae, dan Jacanidae. Di daerah Tulang Bawang, Lampung, tercatat ribuan ekor blekok sawah (Ardeola speciosa), cangak merah (Ardea purpurea), kuntul besar (Casmerodius albus), dan kowak-malam abu (Nycticorax nycticorax) berkoloni sarang pada rimbunan rumput gelagah.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , ,