Satu dari Empat Hiu dan Pari Kini Terancam Punah

Satu dari empat hiu dan pari kini terancam punah, hal ini terungkap dari studi yang diterbitkan secara terbuka di eLife. Kajian ini menganalisis ancaman dan status konservasi dari 1.041 spesies yang masuk ke dalam kelas chondrichthyan -atau keluarga ikan-ikanan yang memiliki rangka lunak berupa tulang rawan, termasuk diantaranya hiu, pari, skate dan chimaera. Hasil kajian ini menyatakan bahwa kelompok ini adalah salah satu yang paling terancam.

Hasil studi yang melibatkan 300 pakar dari 64 negara di dunia ini menyatakan bahwa kelas chondrithyan telah mengalami eksploitasi berlebihan melalui sektor perikanan dan tangkapan-tangkapan yang tidak disengaja, hal ini masih ditambah dengan hilangnya habitat, dan perubahan iklim.”

Para penulis laporan ini juga melihat bahwa dua wilayah dengan ancaman terbesar adalah kawasan segitiga keragaman hayati di Indo-Pasifik dan Laut Merah. Kawasan Indo-Pasifik bahkan dinilai sebagai kawasan yang memiliki keragaman hayati tertinggi secara biologis dan paling unik di planet ini, namun sekaligus yang paling tidak terlindungi oleh peraturan yang kuat.

“Kawasan Indo-Pasifik meliputi Teluk Thailand, Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi adalah wilayah-wilayah utama yang memiliki ancaman terbesar bagi hiu dan pari, di wilayah ini sekitar 76 spesies terancam punah.” Penelitian ini menyatakan bahwa tanpa aksi nyata dari otoritas pemerintah di level nasional dan internasional, berbagai spesies di wilayah-wilayah ini akan punah dalam waktu singkat.

Penangkapan hiu untuk diambil siripnya, menjadi salah satu penyebab musnahnya populasi hiu di dunia. Foto: Rikke Johannessen
Penangkapan hiu untuk diambil siripnya, menjadi salah satu penyebab musnahnya populasi hiu di dunia. Foto: Rikke Johannessen

Ancaman utama di wilayah ini, terutama adalah ‘finning‘ -atau pemotongan sirip ikan hiu dan mengembalikan bagian tubuh yang tidak dibutuhkan kembali ke laut- sebagai ancaman utama bagi spesies-spesies hiu, sawfish dan wedgefish. Praktek pemotongan sirip ini disebabkan oleh tingginya permintaan sirip hiu di Cina sebagai bahan utama dalam sup.

“Sirip, secara khusus, adalah salah satu komoditas makanan laut yang paling berharga,” jelas penelitian ini,”diperkirakan sirip dari sekitar 26 hingga 73 juta individu, yang bernilai 400 hingga 500 juta dollar AS diperjualbelikan setiap tahun.”

Ukuran tubuh yang besar dan habitat yang dangkal menjadi salah satu faktor utama keterancaman spesies-spesies ini. “Kemungkinan spesies ini terancam meningkat sekitar 1,2% setiap ukurannya bertambah 10 cm dari ukuran tubuh maksimum, dan menurun sekitar 10,3% jika setiap individu menyelam 50 meter lebih dalam dari batas kedalaman minimum untuk setiap spesies.”

Selain perburuan, sekitar 20 spesies hiu dan pari juga terdampak langsung oleh polusi. Lalu sekitar 22 spesies terdampak akibat rusaknya sistem perairan sungai dan pembuangan akibat bertambahnya wilayah residensi manusia dan pembangunan kawasan-kawasan komersial. Sementara 12 spesies lainnya mengalami resiko punah akibat konversi mangrove menjadi tambak udang, dan pembangunan waduk dan bangunan lain untuk mengukur dan mengawasi sirkulasi air.

“Namun tak ada satu pun spesies yang terancam scara global, sejauh hasil temuan yang ditemukan,” ungkap tulisan. “Setidaknya 28 populasi sawfish, skate dan hiu terancam secara lokal atau mengalami kepunahan secara regional.”

CITATION: Dulvy, Nicholas K., Sarah L. Fowler, John A. Musick, Rachel D. Cavanagh, Peter M. Kyne, Lucy R. Harrison, John K. Carlson, et al. 2014. Extinction Risk and Conservation of the World’s Sharks and Rays. eLife 3. doi:10.7554/eLife.00590

0122-sharks-and-rays

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,