Penelitian: Mengapa Kawasan Tropis Lebih Kaya Keragaman Hayati?

Sejak abad ke-19, para ahli telah mengetahui bahwa beberapa kawasan di dunia ini memang memiliki keragaman hayati lebih banyak dibanding kawasan lainnya, dan diantara berbagai kawasan yang ada di dunia ini, kawasan tropis memiliki keragaman hayati yang jauh lebih tinggi dibanding lainnya. Namun pertanyaannya, mengapa harus di kawasan tropis?

Sebuah studi yang diterbitkan tanggal 28 Januari 2014 silam di jurnal akses terbuka PLOS Biology menelusuri sebagian besar spesies mamalia yang masih hidup dan mengungkap mekanisme yang disebut two-fold mechanism atau mekanisme dua lipatan, yaitu tingkat kemunculan mamalia yang lebih tinggi di kawasan tropis dan tingkat dimana mamalia mengalami kepunahan lebih rendah. Kajian ini juga menyatakan bahwa kawasan tropis selama ini menjadi sumber keragaman hayati.

Peneliti Perancis Jonathan Rolland, Fabien Condamine, Frederci Jiguet dan Helene Morlon dari Ecole Polytechnique, CNRS dan MNHN mengaplikasikan model matematika terhadap kumpulan data mamalia di seluruh dunia untuk menjawab pertanyaan yang selama ini disampaikan para pakar ekologi dunia dan pakar evolusi biologi selama bertahun-tahun, dan menghasilkan sejumlah hipotesa.

Macaca Nigra, dilindungi namun masih jadi target buruan manusia di sekitar Cagar Alam Tangkoko, Sulawesi Utara. Foto: Rhett A. Butler
Macaca Nigra, atau kera hitam Sulawesi di sekitar Cagar Alam Tangkoko, Sulawesi Utara. Foto: Rhett A. Butler

Salah satu hipotesa utama adalah spesies jauh lebih beragam di kawasan tropis dibanding wilayah yang lebih dingin -dimana diversifikasi dalam konteks ini adalah perbedaan antara tingkat kemunculan spesies-spesies baru dan tingkat kepunahan mereka. Kendati demikian, sebuah publikasi baru baru ini menyatakan bahwa tidak ada kaitan antara tingkat keragaman dan ketinggian wilayah, artinya menurut penelitian ini seharusnya diversifikasi antara wilayah tropis dan daerah yang lebih dingin tidak terjadi.

Hal ini bisa jadi benar, mengingat Bumi sebagian besar wilayahnya adalah kawasan tropis 80 juta tahun lalu, dan kawasan tropis menjadi lebih kaya karena perjalanan usia di kawasan ini lebih memiliki waktu untuk menjadi lebih beragam dibanding kawasan yang lebih dingin.

Dengan menggabungkan pohon struktur silsilah 5.000 spesies mamalia dengan data ketinggian wilayah, para ahli memperkirakan tingkat spesiasi -atau tingkatan kemunculan spesies-spesies baru, kepunahan dan migrasi spesies yang dikaitkan dengan kehidupan mamalia di kawasan tropis dan dingin- sangat berbeda dengan temuan sebelumnya. Para ahli melalui metode ini menemukan bahwa tingkat keberagaman, konsisten dengan pola keragaman yang ada saat ini.  Tingkat ketinggian wilayah yang memiliki keragaman hayati lebih tinggi sangat tergantung pada tingkat spesiasi yang terjadi, tingkat rendahnya kepunahan atau keduanya, tergantung mamalia apa yang anda lihat apakah itu pengerat, kelelawar, primata dan lain sebagainya.

Para ahli juga menemukan bahwa migrasi spesies waktu demi waktu telah menjadi asimetris, dengan kecenderungan ‘keluar’ dari wilayah tropis dibandingkan ‘masuk’. Hasil kajian ini membuktikan bahwa kawasan tropis tidak hanya merupakan kawasan reservoir atau penyimpan keragaman hayati, namun juga lokasi utama dimana keragaman hayati dihasilkan.

Studi ini menunjukkan bahwa metode matematis kini bisa mendeteksi jejak spesies di kawasan tropis dan kawasan lebih dingin serta kepunahan di pohon silsilah, dan juga membuka perspektif baru dalam penelitian tentang evolusi. Kajian ini juga menunjukkan pada kita untuk menilai hipotesis lama dan menempatkan diversifikasi kembali dalam sorotan sebagai kontributor utama dalam kelimpahan spesies mamalia di kawasan tropis. Penelitian yang lebih mendalam, bisa fokus pada penyebab langsung perbedaan-perbedaan idalam diversifikasi, seperti suhu udara atau penguapan, yang juga mungkin berdampak pada diversifikasi mamalia.

CITATION: Jonathan Rolland, Fabien L. Condamine, Frederic Jiguet, Hélène Morlon. Faster Speciation and Reduced Extinction in the Tropics Contribute to the Mammalian Latitudinal Diversity GradientPLoS Biology, 2014; 12 (1): e1001775 DOI: 10.1371/journal.pbio.1001775

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,