Foto: Menikmati Keragaman Hayati di Segelintir Paru-Paru Ibukota

Kota Jakarta yang masih terus diguyur hujan, masih menyisakan genangan-genangan air di sepanjang jalan memasuki Taman Medan Merdeka. Kumpulan mobil-mobil yang parkir di lahan parkir IRTI, tepat di depan Balaikota DKI Jakarta, mulai memenuhi area ini. Namun selepas melintas deretan kuda besi yang terparkir ini, setitik ketenangan terhampar di depan mata.

Taman Medan Merdeka, taman yang menjadi pintu gerbang Taman Monas di sekeliling tugu yang menjadi ikon kota Jakarta ini, keduanya secara total membentang tak kurang dari 80 hektar. Menjadi sepercik penyegar di tengah pengapnya asap kendaraan bermotor yang lalu lalang di ibukota. Tempat ini, juga merupakan salah satu habitat burung-burung liar yang ada di ibukota.

Salah satu keteduhan di sudut Taman Medan Merdeka Jakarta. Foto: Aji Wihardandi
Salah satu keteduhan di sudut Taman Medan Merdeka Jakarta. Foto: Aji Wihardandi

Memasuki pintu Taman Medan Merdeka, seakan berada di dunia yang samasekali berbeda dengan lingkungan yang ramai yang berada di sekitarnya. Suasana damai dan tenang yang menghinggap langsung menjadi pereda ketegangan setelah melintas jalan-jalan protokol Jakarta yang kian ramai, dengan kendaraan bermotor yang semakin berjubel.

Kawasan ini awalnya bernama Koningsplein, dan mulai dibuka sejak zaman Gubernur Jenderal William Daendels sejak tahun 1870 silam, dan selesai pada tahun 1910. Wilayah Koningsplein ini, pernah diubah namanya menjadi Lapangan Ikada saat masa kekuasaan Presiden Sukarno. Monumen Nasional sendiri, yang menjadi ikon kota Jakarta, dibangun pada tahun 1959 dan diresmikan pada tahun 1961 oleh Presiden Sukarno. Menjulang setinggi 137 meter, Monumen Nasional atau Monas, menjadi penanda khas kota yang bernama Batavia ini.

Burung cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster) di Taman Medan Merdeka. Foto: Aji Wihardandi
Burung cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster) di Taman Medan Merdeka. Foto: Aji Wihardandi

Saat ini, Taman Medan Merdeka adalah salah satu ruang terbuka hijau yang ada di Jakarta. Luasnya yang nyaris 80 hektar, ternyata masih belum cukup untuk menekan tingkat polusi yang dihasilkan dari 15 juta unit kendaraan bermotor di Jakarta, belum lagi polusi rumah tangga dari 9 juta penduduk, dan sektor bisnis yang memenuhi seputar taman ini.

Faktanya, Jakarta hanya memiliki sekitar 10% ruang terbuka hijau, dari kondisi ideal 30%. Luas Ruang Terbuka Hijau yang hanya 2.718 hektar, tak kuasa menahan beban polusi dari wilayah ibukota seluas 66.233 hektar ini. Sementara, kenaikan jumlah kendaraan bermotor, mencapai 10% setiap tahunnya. Setiap hari, tak kurang dari 75.000 orang mengajukan permohonan untuk memiliki kendaraan baru ke Polda Metro Jaya.

Dengan tekanan sebegitu besar, daya dukung ruang terbuka hijau seperti Taman Merdeka juga semakin terbatas untuk menjadi penetral karbon dan penyedia udara segar bagi warga ibukota. Namun, keberadaan taman ini harus diakui menjadi sangat signifikan, mengingat kondisi Jakarta yang semakin rentan bencana. Wilayah Taman Medan Merdeka, menjadi sejumput wilayah resapan untuk menghadang air hujan yang kini keras melimpas jalan raya di sekitarnya.

Salah satu sudut Taman Medan Merdeka yang menyediakan area untuk melakukan refleksi di telapak kaki. Foto: Aji Wihardandi
Salah satu sudut Taman Medan Merdeka yang menyediakan area untuk melakukan refleksi di telapak kaki. Foto: Aji Wihardandi

Kawasan ini menjadi habitat burung-burung di ibukota yang masih tersisa. Sejumlah spesies masih ditemui disini, seperti burung tekukur biasa (Streptopelia chinensis) yang terbang berkeliaran bahkan hingga dekat kaki pengunjung. Lalu juga burung betet biasa (Psitacula alexandri), burung gereja (Passer montanus), burung madu sringanti (Nectarinia jugularis), cabai Jawa (Dicaeum trochileum), cinenen Jawa (Orthotomus sepium), caladi ulam (Dendrocopus macei), cipoh kacat (Aegithina tiphia) dan tentu saja yang paling mudah dijumpai adalah cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster). Tak kurang dari 30 jenis burung bisa ditemui di lokasi ini.

Dua ekor tekukur biasa (Streptopelia chinensis). Foto: Aji Wihardandi
Dua ekor tekukur biasa (Streptopelia chinensis). Foto: Aji Wihardandi

Keberadaan burung-burung di Taman Medan Merdeka dan Taman Monas, sekaligus menjadi sebuah bio-indikator bagi tingkat kesehatan lingkungan setempat. Keberadaan pohon-pohon sebagai tempat bersarang, dan sumber pakan utama, membuat sejumlah spesies ini masih bisa bertahan di tengah kerasnya polusi dan menurunnya kualitas lingkungan di Jakarta.

Namun tanpa perawatan yang baik, kondisi ruang terbuka hijau yang sangat vital bagi manusia dan satwa-satwa lokal, akan terus mengalami penurunan dan tidak akan mampu berfungsi untuk memberikan daya dukung lingkungan yang dibutuhkan. Tak hanya spesies burung yang hilang, namun juga mengundang bencana lebih banyak bagi warga ibukota di masa mendatang.

Betet biasa. Foto: Aji Wihardandi
Betet biasa. Foto: Aji Wihardandi
Salah satu jenis burung madu di Taman Medan Merdeka. Foto: Aji Wihardandi
Salah satu jenis burung madu di Taman Medan Merdeka. Foto: Aji Wihardandi
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , ,