, ,

Makin Terdesak, Orangutan Dekati Permukiman Warga di Peniraman

Perajin rotan dari Desa Sungai Purun Kecil, Kecamatan Sungai Pinyuh, Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat, melaporkan keberadaan satu individu orangutan di Bukit Kangkung, Dusun Danau, Desa Peniraman. Ini kasus kedua di Dusun Danau setelah orangutan jantan dewasa tertangkap warga dan tewas pada 22 Oktober 2013.

Kejadian berawal, ketika Marlagi bersama Sudi, sesama perajin rotan di Desa Sungai Purun Kecil, sedang mencari bahan baku rotan di Bukit Kangkung, Desa Peniraman, Kamis (13/2/14). Seperti hari-hari biasa, sekitar pukul 08.00, keduanya turun dari rumah dan mendaki bukit di desa tetangga. Di atas bukit itulah mereka berpisah. Keduanya menyusuri semak-semak demi mendapatkan rotan.

Berselang tiga jam, Marlagi tersentak begitu mendengar suara aneh di sekitar semak. “Namanya kita di dalam hutan, harus selalu waspada. Saya coba dekati arah suara di balik semak itu. Dari jarak sekitar 20 meter saya ada makhluk besar berbulu lebat kemerahan. Saya yakin itu orangutan,” katanya ketika ditemui di kediaman, Jumat (14/2/14).

Marlagi yakin yang dilihat orangutan dewasa, sekitar 50 kilogram. Saat itu, posisi orangutan membelakangi dia hingga yang tampak hanya punggung.

Sadar satwa yang dilihat dilindungi negara, ayah empat anak ini pun menjaga jarak. “Pelan-pelan saya mundur dan menjauh agar satwa itu tak kaget. Saya segera mencari Sudi dan mengajak pulang.”

Di kampung, Marlagi langsung menghubungi aparat desa Peniraman lewat telepon selular dan menceritakan apa yang dilihat di Bukit Kangkung. “Saya kirim kabar ke Pak Effendi, Sekdes Peniraman. Saat itu beliau pesan supaya satwa itu tidak diganggu.”

Effendi langsung meneruskan laporan Marlagi ke aparat Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalbar dan WWF-Indonesia. Kedua lembaga ini langsung menurunkan tim guna menindaklanjuti laporan.

Menurut Marlagi, orangutan kian terdesak menyusul pembukaan lahan perkebunan sawit skala besar. Apalagi di musim kemarau, kebakaran lahan kerapkali terjadi di sekitar perkebunan. “Di seberang bukit ini ada perkebunan sawit milik PT Djarum. Di seberang sini sudah perkampungan. Tak mungkinlah orangutan itu masuk ke kebun sawit. Apalagi kalau terbakar. Paling mendekati kampung cari makan,” katanya.

Dia menambahkan, kasus ini kali kedua. Sebelumnya, Minggu (9/2/14), dia juga melihat satwa itu sedang bermain ke kaki bukit. “Waktu itu saya lihat sekitar jam 09.00. Sepertinya, orangutan yang terlihat kemarin masih sama seperti orangutan empat hari lalu. Nah, karena sudah dua kali terlihat, saya laporkan saja ke aparat desa,” ujar dia.

Marlagi, warga Desa Sungai Purun Kecil ini sudah dua kali menjumpai orangutan di Bukit Kangkung. Foto: Andi Fachrizal
Marlagi, warga Desa Sungai Purun Kecil ini sudah dua kali menjumpai orangutan di Bukit Kangkung. Foto: Andi Fachrizal

Ma’ruf, Ketua RT 21 Dusun Danau, Desa Peniraman membenarkan pernyataan Marlagi. “Di sini hutan makin susut oleh perkebunan sawit. Apalagi di sekitar kebun sawit milik perusahaan, hampir setiap tahun kebakaran lahan. Kebakaran lahan pertama di Nusa Pati, dan api merembet ke mana-mana.”

Dia memprediksi, luasan hutan tak sampai 40 hektar lagi. Di kawasan itulah, katanya, tempat satwa-satwa seperti orangutan ini bermain dan mencari makan.

Pantauan dari puncak Bukit Kangkung, tampak hamparan perkebunan sawit membentang luas hingga ke kaki bukit. Di sekitar perkebunan, kepulan asap pembakaran lahan masih terlihat. Oleh warga setempat, bukit curam dan memanjang dari Desa Peniraman hingga Sungai Purun Kecil, ditanami karet.

Di sisi lain, di sekitar perkampungan, aktivitas penggalian tanah dan batu masih berlangsung. Sebagian besar kaki bukit sudah tandus. Debu-debu tanah beterbangan bercampur kiriman asap dari kebakaran lahan di sekitar perkebunan sawit.

Kesadaran Warga Meningkat

Jimmy Syahisyah, Koordinator Komunikasi WWF-Indonesia Program Kalbar, mengatakan, laporan masyarakat terkait keberadaan orangutan di Peniraman, langkah maju. “Artinya, pesan kampanye penyelamatan orangutan pada pertengahan Desember 2013 berbuah hasil,” katanya.

Laporan warga ini, patut diapresiasi dan ditindaklanjuti. Sebelumnya, pada 20 Oktober 2013, petani di Dusun Danau menemukan orangutan di kawasan itu. Namun, warga belum mengetahui prosedur penyelamatan hingga nasib si pongo berakhir tragis pada 22 Oktober 2013.

Berkaca pada insiden itu, para pemangku kepentingan seperti BKSDA Kalbar dan WWF mencoba berhimpun guna melakukan langkah-langkah strategis agar kejadian serupa tak berulang. “Saya kira, sosialisasi dan kampanye yang gencar kita lakukan di kawasan-kawasan habitat orangutan sudah masuk ke benak warga. Mereka tidak lagi bertindak sendiri, tapi melaporkan ke aparat desa.”

Bukitpun digali hingga hutan menyusut juga satu penyumbang kerusakan habitat orangutan, selain konversi hutan ke kebun menjadi hamparan sawit. Foto: Andi Fachrizal
Bukitpun digali hingga hutan menyusut juga satu penyumbang kerusakan habitat orangutan, selain konversi hutan ke kebun  sawit. Foto: Andi Fachrizal
Kebun sawit milik Djarum, yang berada di dekat Desa Peniraman. Foto: Andi Fachrizal
Kebun sawit milik Djarum, yang berada di dekat Desa Peniraman. Foto: Andi Fachrizal
Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,