Ketahanan Pangan Pasca Erupsi Kelud: Komoditas Pertanian Lokal Anjlok

Dampak erupsi gunung Kelud tidak hanya mengakibatkan puluhan ribu manusia mengungsi dan kehilangan rumah serta harta benda, namun juga kehilangan mata pencaharian karena muntahan material vulkanik juga menghancurkan sawah dan lahan pertanian warga.

Seperti dituturkan oleh Siti Kustiani, pengungsi asal Desa Lahar Pang, Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, letusan gunung Kelud pada Kamis (13/2) malam lalu telah menghancurkan tanaman pangan yang ada di sawah serta lading milik warga.

“Sawahnya hancur, ada juga pohon duren, apukat itu daunnya rontok dan hancur, padahal sudah ada buahnya. Itu harusnya panen pada bulan 3 dan 4, bulan 2 ini juga ada,” kisah Siti Kustiani, yang bekerja sebagai buruh tani.

Tingkat produksi turun, demikian pula dengan kualitas komoditas yang dihasilkan. Foto: Petrus Riski
Tingkat produksi turun, demikian pula dengan kualitas komoditas yang dihasilkan. Foto: Petrus Riski

Dampak letusan gunung Kelud juga merusak sayur mayur yang ditanam, serta tanaman cabai milik warga. “Disini itu ada tanaman tomat, juga cabai, sayuran, sekarang sudah gak ada, hangus semua,” kata Siti Kustiani kepada Mongabay-Indonesia.

Muntahan abu dan material vilkanik dari kawah gunung Kelud juga dirasakan dampaknya oleh Agus, petani cabai di Desa Asmorobangun, Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Dirinya bersama keluarga yang lain terpaksa memanen cabai rawit sebelum masa panen, karena tanaman cabainya sudah tertutup abu vulkanik.

“Ya ini terpaksa dipanen karena kena abu vulkanik. Aslinya dipanen 1 minggu sampai 2 bulan kedepan, sekarang sudah ada yang membusuk terkena abu vulkanik,” ujar Agus ditemui dirumahnya saat memilah cabai yang baru saja dipanen dini.

Agus menuturkan, dengan kondisi cabai yang terkena abu vulkanik, harga jual diperkirakan mengalami penurunan hingga 5.000 rupiah per kilogram.

Harga cabai jatuh pasca erupsi Gunung Kelud. Foto: Petrus Riski
Harga cabai jatuh pasca erupsi Gunung Kelud. Foto: Petrus Riski

“Ini bisa saja dijual, tapi harganya berkurang. Kalau dulu 25.000 rupiah per kilogram, turun menjadi 20.000 rupiah per kilogram,” kata Agus.

Pada setiap panennya, Agus mengungkapkan mampu menghasilkan sekitar 700 kilogram cabai rawit, dengan 12 hingga 14 kali panen dalam satu tahun. Kerugian diperkirakan Agus mencapai lebih dari 50 persen, akibat banyak cabainya yang membusuk akibat abu vulkanik.

“Kerugian mencapai 60 persen dari pendapatan biasanya. Biasanya pendapatan yang diperoleh sekitar 50 juta per hektar. Kalau begini bisa turun sampai separuh lebih, juga belum pasti laku semua,” imbuh Agus yang biasanya menjual hasil pertaniannya ke pasar Pare, Kediri.

Dampak abu vulkanik lanjut Agus juga berpengaruh terhadap tanaman lain selain cabai, diantaranya tomat, palawija, padi, tebu hingga produk holtikultura.

“Mayoritas memang cabai dan tomat, tapi tanaman lain juga banyak. Kalau jagung masih tahan meski daunnya jadi kering terkena abu,” tukasnya.

Langkah Pemerintah

Terdampaknya tanaman pertanian dan holtikultura akibat letusan gunung Kelud membuat Pemerintah Provinsi Jawa Timur segera melakukan rapat koordinasi, serta turun ke lokasi bencana untuk mengantisipasi dampak lebih besar yang dapat ditumbulkan pada sektor pertanian.

Data Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur menyebutkan, dari 8071 H padi, 798 hektar terdampak abu vulkanik, dan 121 hektar diantaranya dinyatakan puso. Sementara itu dari 1.483 hektar jagung yang terkena, 24 hektar dinyatakan puso.

“Sebagian yang lain terselamatkan setelah terkena hujan Senin malam. Juga ubi jalar dan  ubi kayu terselamatkan dengan adanya hujan,” kata Wibowo Ekoputro, Kepala Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur.

Selain padi dan jagung, tanaman sayur dan palawija juga terdampak abu vulkanik gunung Kelud. Seperti cabai besar, dari 538 hektar, 420 hektar mengalami puso. Terong seluas 14 hektar yang terkena, 2 hektar dinyatakan puso. Kacang panjang 36,5 hektar, dinyatakan puso 9 hektar. Buncis 4 hektar yang terkena dampak, 1 hektar mengalami puso. Timun 12,5 hektar yang terkena, puso 2 hektar.

“Kalau cabai rawit kecil selus 1.220 hektar, ini belum dinyatakan puso karena tanaman vegetatif yang daunnya hilang, ada tunas yang tumbuh lagi disitu. Sehingga diharapkan tumbuh lagi cabainya,” jabar Wibowo Ekoputro kepada Mongabay-Indonesia.

Tumpukan hasil panen cabai Foto: Petrus Riski
Tumpukan hasil panen cabai. Foto: Petrus Riski

Terkait komoditas tanaman cabai, Kediri merupakan salah satu pemasok terbesar kebutuhan cabai di Jawa Timur dan beberapa daerah di luar Jawa. Wibowo Ekoputro mengatakan, pihaknya meminta petani tidak terburu memanen tanaman cabai miliknya. Menurut Wibowo Ekoputro, dampak abu vulkanik gunung Kelud diyakini tidak berdampak sangat signifikan terhadap tanaman cabai, karena masih dapat tumbuh pasca terkena hujan abu.

“Tanaman yang daunnya gugur karena abu, tapi batang tanamannya masih terlihat air didalam epidermisnya, itu bisa trubus atau tumbuh lagi. Kalau daun keluar dan proses fotosintesa terjadi, akan tumbuh lagi cabainya,” papar Kepala Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur.

Widodo menambahkan, ketika lahan pertanian tertimbun abu petani diminta tidak  segera melakukan oleh tanah, sebelum mengetahui pengaruh debu terhadap curah hujanyang turun. Selainitu lanjut Widodo Ekoputro, pemerintah akan memberikan pemahaman kepada petani agar tetap bertahan meski tanaman pangannya terkena abu.

“Petani kita persiapkan mental teknisnya dulu, agar tidak beralih menanam komoditas lain semisal palawija. Karena biasanya pada bulan Oktober sampai Maret petani memanen sayur dan cabe, tapi sekarang yang dipanen berkurang. Budidaya kita larang, struktur dan tekstur tanahnya harus diperbaiki dulu, karena lahan itu lahan kering,” ucapnya.

Pemerintah menjanjikan memberi bantuan benih serta peralatan pengolah lahan, seperti traktor tangan untuk digunakan petani menggarap kemabli lahannya setelah kondisinya dinyatakan aman oleh badan vulkanologi.

”Kalau diolah harus dengan mekanisasi, karena ketebalan abu sampai 30 cm. Sehingga kita asumsikan butuh 31 sampai 35 hand tractor, dan 21 sampai 25 mini tiler atau hand tractor kecil. Semua ini untuk usaha pemuliha lahan,” lanjut Wibowo Ekoputro.

Meski beberapa komoditas mengalami kerusakan atau puso, Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur juga mencatat beberapa komoditas yang tahan terhadap abu vulkanik, seperti nanas, rambutan, durian, serta pisang. Selain itu ada yang menggembirakan, karena komoditas bawang merah yang sebelum letusan gunung Kelud belum semai, setelah letusan malah tumbuh,

“Jadi untuk bawang merah belum ada yang dinyatakan puso, meski yang terdampak 47 hektar. Ini malah tumbuh, padahal sebelum meletus belum juga semai,” tandasnya.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,