,

Foto: Galian C Marak di Morowali

Galian-galian batu di tepian jalan yang banyak ditemui di sepanjang Kecamatan Bungku Timur dan Bohodopi, Kabupaten Morowali. Foto: Sapariah Saturi

Galian-galian batu di tepian jalan yang banyak ditemui di sepanjang Kecamatan Bungku Timur dan Bohodopi, Kabupaten Morowali. Foto: Sapariah Saturi

Tumpukan-tumpukan pecahan batu berjejer di tepian jalan. Di bagian lain, tampak bongkahan besar berserakan. Ada yang di tepi jalan. Ada di dataran tinggi yang curam. Pemandangan ini banyak ditemui kala berjalan di sepanjang Kecamatan Bungku Timur dan Bohodopi, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah.

Kini, tambang nikel di Kabupaten Morowali, sedang sepi. Galian-galian C pun kembali marak. Perusahaan tambang nikel meninggalkan wilayah-wilayah kerja mereka karena terkena aturan larangan ekspor mineral mentah. Kerusakan parah terjadi. Lubang-lubang galian tambang nikel ditinggal terbuka. Hutan-hutan terbabat, air sungai sampai laut tercemar limbah ore. Air berubah warga kemerah-merahan.

Batu-batu hasil pecahan yang siap diangkut. Foto: Sapariah Saturi
Batu-batu hasil pecahan yang siap diangkut. Foto: Sapariah Saturi

Kondisi tambah mengkhawatirkan karena galian batu banyak dilakukan di tebing-tebing tepi jalan. “Ya, itu penambangan batu sebenarnya sudah lama. Diusahakan masyarakat pada musim tertentu, saat booming nikel ini ditinggalkan. Kini kembali lagi,” kata Andika, aktivis lingkungan Sulawesi Tengah.

Galian ini banyak digunakan untuk bangun rumah. “Batu pondasi agak sulit di daerah ini, karena sungai cenderung berpasir dan kerikil, susah dapat batu.”

Dia menilai, pemerintah di Sulteng, makin tidak mandiri sejak ketergantungan terhadap angka pertumbuhan dari suplai pemodal, baik perluasan perkebunan sawit maupun pertambangan.

Tambang nikel redup sementara, galian c kembali marak di Kabupaten Morowali. Foto: Sapariah Saturi
Tambang nikel redup sementara, galian c kembali marak di Kabupaten Morowali. Foto: Sapariah Saturi
Bebatuan yang sudah dipecah, diletakkan di tepian jalan dan siap diangkut. Foto: Sapariah Saturi
Bebatuan yang sudah dipecah, diletakkan di tepian jalan dan siap diangkut. Foto: Sapariah Saturi

Kondisi sulit mulai terjadi di masyarakat. Kala ekonomi pedesaan yang kompleks, disederhanakan dalam kalkulasi angka pertumbuhan ekonomi berbasis eksploitasi sumber daya alam (SDA).

Keadaan tambah parah kala perhatian pemerintah lebih besar menjaga gardu-gardu pabrik ketimbang memikirkan resolusi masalah yang dialami masyarakat.

Masalah lingkungan, kata Andika,  tidak terlalu diperhatikan. Lingkungan, dianggap hanya bicara tentang buang sampah sembarangan. “Padahal, kita dihadapkan pada penghancuran permukaan ruang kehidupan, lewat eksploitasi bertumpu pada angka pertumbuhan.”

Galian batu banyak ditemukan di tepian jalan raya di Kabupaten Morowali. Foto: Sapariah Saturi
Galian batu banyak ditemukan di tepian jalan raya di Kabupaten Morowali. Foto: Sapariah Saturi
Tampak galian batu di dataran tinggi dan ditumpuk di tepian jalan. Foto: Sapariah Saturi
Tampak galian batu di dataran tinggi dan ditumpuk di tepian jalan. Foto: Sapariah Saturi
Tumpukan-tumpukan batu yang telah dipecah. Foto: Sapariah Saturi
Tumpukan-tumpukan batu yang telah dipecah. Foto: Sapariah Saturi
Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,