,

Tewas Terjerat Pukat, Buaya Muara di Paloh Dimakamkan Layaknya Manusia

Buaya muara dimakamkan layaknya manusia. Begitulah yang terjadi di Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat (Kalbar), Jumat (18/4/14). Kala itu, warga berbondong-bondong menghadiri pemakaman di tempat pemakaman Muslim di Desa Setinggak Tawar. Prosesi pemakaman tak biasa, karena tengah mengebumikan seekor buaya muara.

Ada tradisi leluhur tersemat pada mayoritas warga di Kecamatan Paloh. Salah satu, warga tak boleh melihat buaya terlebih menemukan dalam keadaan mati. Buaya dianggap keluarga.

Konon, nenek moyang warga Paloh zaman dahulu kala ada yang lolos dari sergapan maut lantaran menyamar menjadi buaya. Wargapun tidak boleh membunuhnya. Kalaupun tidak sengaja menangkap dan mati, warga yang menemukan harus mengurus seperti keluarga sendiri, misal dengan membersihkan jasad, membungkus dengan kain putih, dan mengubur dengan layak.

Penguburan itu bermula dari temuan buaya muara tersangkut di jaring milik Rasyidin, nelayan desa. Ia tak sengaja tersangkut. Sehari-hari, dia mencari ikan menggunakan jaring nilon.

Dia memiliki enam utas jaring dengan kedalaman jaring pancang tiga meter. Panjang pukat 180 meter dengan mata jaring seukuran empat inchi. “Saya memiliki pukat nilon lebih dari satu,” kata Rasyidin.

Rutinitas dia saban hari memasang jaring pancang di Sungai Merbau pada pukul 15.00 dan diangkat pukul 08.00, keesokan hari. Kala itu, , jaring yang dipasang berbeda dari hari-hari biasa. Ada makhluk besar tersangkut.

Buaya dikubur di pemakaman muslim Desa Setinggak Tawar. Foto: WWF
Buaya dikubur di pemakaman muslim Desa Setinggak Tawar. Foto: WWF

Ketika jaring diangkat, makhluk besar itu tak lain buaya. Rasyidin berusaha tenang. Setelah diamati ternyata buaya sudah mati. Rasyidin terkejut. Ukuran buaya cukup besar. Panjang 2,66 meter dan berat lebih 100 kilogram. “Sejak duduk di bangku kelas II SD, saya sudah jadi nelayan jaring pancang. Ini buaya kelima sekaligus terbesar yang pernah saya temukan.”

Rasyidin pun membawa buaya ini ke rumah dengan bantuan warga yang mengendarai sepeda motor. Dia sama sekali tak berharap kejadian ini terulang. Tak buaya dianggap kerabat dekat manusia, kejadian ini menyebabkan jaring rusak sepanjang satu utas (30 meter) akibat tergulung amukan buaya.

Penangkapan Tak Disengaja

Dwi Suprapti, Koordinator Paloh WWF Indonesia mengatakan, yang tertangkap dan mati di Muara Paloh itu jenis buaya muara (Crocodilus porosus), termasuk satwa dilindungi. “Ini kejadian kedua dalam enam bulan terakhir.”  Tertangkap tak sengaja pernah terjadi akhir 2013 oleh nelayan Liku.

Satwa dilindungi non-target, katanya, yang tertangkap di perairan di Kecamatan Paloh dan terekam dalam baseline data WWF antara lain penyu hijau, penyu lekang, penyu sisik, penyu belimbing, lumba-lumba bungkuk, finless porpoise, dan buaya.

Hermayani Putera, Kalimantan Regional Leader WWF Indonesia menambahkan, fenomena bycatch di Paloh ini menunjukkan perlu penelitian lebih lanjut mengenai kondisi perairan dan perikanan di lokasi itu.

Warga memancang nisan buaya usai dikuburkan. Foto: WWF
Warga memancang nisan buaya usai dikuburkan. Foto: WWF
Artikel yang diterbitkan oleh
,