Sains: Hutan Kerangas, Ekosistem Rapuh di Atas Lahan Kritis

Apa yang anda pikirkan jika melihat hutan di Kalimantan?  Pohon-pohon tinggi, banir raksasa dan tajuk yang lebat.  Ya, benar.  Tetapi apakah anda pernah memikirkan dimana pohon-pohon raksasa itu berdiri?

Proses evolusi yang terjadi dalam ribuan bahkan puluhan ribu tahun telah menyebabkan pohon-pohon di hutan tropis beradaptasi dengan tanah yang miskin unsur hara dan nutrisi.  Salah satunya di daratan Kalimantan atau Borneo.  Jika di pulau-pulau lainnya di Indonesia, lapisan atas tanah (top soil) umumnya disuburkan oleh abu dan material vulkanik, di Kalimantan, vegetasi tersebut harus berjuang untuk menyerap nutrisi dari tanah yang sangat tipis lapisan suburnya.

Dalam sebuah proses rantai ekosistem yang rumit, vegetasi “mendaur ulang” nutrisi yang jatuh dari tajuk pohon yang kemudian membentuk serasah tanah dan seterusnya hara yang ada didalamnya digunakan untuk pertumbuhannya.

Salah satu keunikan dari ekosistem hutan tersebut adalah hutan kerangas.  Konon kata kerangas berasal dari bahasa Dayak Iban yang berarti “tanah yang tidak dapat ditanami oleh padi”.  Julukan ini diberikan karena substrat tanah yang membentuk hutan kerangas sangat miskin unsur hara.  Karena kondisi yang ekstrim, vegetasi yang mampu bertahan di hutan kerangas umumnya telah pola adaptasi yang luar biasa.

Salah satu contohnya adalah vegetasi pemakan serangga seperti genus nephentes spp. (kantong semar, tropical pitcher plant) yang menyerap nutrisi dari serangga yang masuk terjebak ke dalam kantung tanaman ini.  Nutrisi serangga kemudian diserap oleh kantong semar untuk bertahan hidup di ekosistem yang ekstrim.

Jenis tumbuhan lain adalah geronggang (Cratoxylum arborescens) yang merupakan jenis pohon pionir di hutan sekunder.  Pohon ini memiliki kemampuan untuk bertahan dari panas, cepat tumbuh dan dapat hidup dalam sebuah hutan yang pernah terbakar.  Batang kayunya yang keras dan liat mampu membuat vegetasi ini bertahan dalam kondisi kering dan panas.

Vegetasi hutan kerangas yang baik, dibawah serasah , tanah substrat.  Foto: Ridzki R. Sigit
Vegetasi hutan kerangas yang baik (foto atas), lantai hutan dipenuhi oleh serasah daun.  Di balik rimbunnya pepohonan lapisan tanah subur hutan kerangas sangat tipis. Pasir kuarsa yang berada di bawah lapisan  serasah hutan, rawan mengalami gurunisasi.  Vegetasi baru di tanah berpasir kuarsa dengan latar batang pohon yang dulu terbakar (foto bawah).  Foto: Ridzki R. Sigit

Kerangas-1

Dalam sebuah perjalanan ke Danau Tahai, Kalimantan Tengah, Mongabay Indonesia menemukan salah satu blok hutan kerangas yang didominasi oleh geronggang.  Vegetasi ini tumbuh di atas substrat tanah yang terdiri dari pasir silika dan podsol (merah kuning).  Lokasi ini pernah mengalami kebakaran besar pada tahun 1997 dan saat ini sedang memulihkan diri menuju suksesi hutan secara alami.  Selain dominasi geronggang dan kantong semar, anggrek tanah banyak ditemukan di lokasi ini.

Menurut penuturan dari masyarakat lokal, hutan kerangas yang telah dua kali terbakar akan sangat sulit untuk kembali kepada bentukan semula.  Hasil observasi masyarakat, hanya alang-alang yang mampu hidup di kawasan bekas hutan kerangas yang telah berulangkali terbakar.

Potensi Sebagai Sumber Obat-Obatan

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kissinger et al (2013), sekurang-kurangya terdapat 36 jenis tumbuhan dari hutan kerangas yang dapat digunakan sebagai bahan pengobatan.  Disebabkan tempat tumbuh yang ekstrim, tumbuhan yang hidup di hutan kerangas telah menjelma menjadi suatu komunitas vegetasi spesifik dan berpotensi dalam menghasilkan metabolit sekunder yang menjadi dasar sebagai tanaman bahan pengobatan.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Harini et. al, beberapa tumbuhan hutan kerangas yang telah dimanfaatkan untuk khasiat obat diantaranya jungharab (Baeckea frutescens), kantong semar (Nepenthes spp.), tabat barito (Ficus deltoidea), dan senduduk (Melastoma malabathricum).

Kanal di tengah hutan.  Hutan kerangas berasosiasi dengan lapisan gambut.  Dalam ribuan-puluhan ribu tahun, serasah organik yang terbentuk di lantai hutan akan membentuk lapisan gambut.  Foto: Ridzki R. Sigit
Kanal di tengah hutan. Hutan kerangas berasosiasi dengan lapisan gambut. Dalam ribuan hingga puluhan ribu tahun, serasah organik yang terbentuk di lantai hutan akan membentuk lapisan gambut. Foto: Ridzki R. Sigit

Para peneliti berkesimpulan bahwa pemanfaatan hutan kerangas kedepannya dapat digunakan sebagai sumber bahan baku obat-obatan yang berguna.  Menurut para peneliti, kedepannya tumbuhan-tumbuhan dari hutan kerangas dapat dikembangkan sebagai antibakteri, antioksidan, antiplasmodium (anti malaria), antihipertensi dan antidiabetes.

Menurut penelitian, hutan kerangas sendiri berasosiasi dengan lapisan gambut.  Lapisan tanah gambut yang berasal dari jenis-jenis serasah organik menumpuk selama ribuan-puluhan ribu tahun di atas substrat dasar pasir kuarsa.  Dengan demikian beberapa ahli menyimpulkan bahwa hutan kerangas merupakan awal dari suksesi kompleks berbagai vegetasi untuk bertahan hidup di atas lapisan miskin hara, yang pada akhirnya akan menciptakan tumpukan tebal serasah gambut di atas tanah tersebut.

Itulah hutan kerangas. Untunglah masih ada vegetasi yang dapat hidup dengan kondisi ekstrim di atas minimnya lapisan subur tanah seperti tanah kerangas.  Jika tidak dapat dipastikan bahwa sebagian besar daratan pulau Kalimantan telah berubah menjadi gurun pasir sejak dulu!

Artikel yang diterbitkan oleh
,