Laporan: Pemasok APRIL Masih Tebangi Hutan Gambut Kalimantan Utara

Laporan terbaru Gapeta Borneo, Relawan Pemantau Hutan Kalimantan (RPHK) dan WWF-Indonesia mengungkapkan, pemasok APRIL masih menebang hutan alam gambut di Kalimantan Utara.

Pada Januari 2014, APRIL mengumumkan komitmen kebijakan rencana pengelolaan hutan lestari. Namun, hasil investigasi lapangan pada 17-25 April 2014 ini, menemukan PT Adindo Hutani Lestari (AHL), pemasok APRIL, masih menebang hutan alam. Bahkan pada kawasan hutan bernilai konservasi tinggi yang harus dilindungi hasil penilaian lembaga independen yang ditunjuk perusahaan, Tropenbos Indonesia, di sektor Sesayap seluas  63.700 hektar.

Tim investigasi koalisi menemukan sekitar lima ekskavator tengah menebang, mengumpulkan dan mengangkut kayu alam. Pada areal lain ada tumpukan kayu alam baru ditebang dan menjadi sortimen-sortimen. Ada juga kanal-kanal gambut dalam diperkirakan dibuat satu atau dua bulan lalu, dengan lebar tujuh sampai delapan meter dan berkedalaman lebih dari empat meter.

Kalangan organisasi lingkungan inipun mendesak AHL segera menghentikan penebangan kayu di hutan alam gambut dalam di Kabupaten Tana Tidung, Kalimantan Utara.

Kamirunddin, ketua Gapeta Borneo mengatakan, komitmen lestari APRIL hanya di atas kertas, tidak terlaksana di lapangan.

Penebangan hutan alam, katanya secara membabi-buta maupun penggalian kanal gambut dalam jelas merusak lingkungan dan memicu lepas karbon.Terlebih, deforestasi di gambut dalam dilindungi peraturan.

Konsesi AHL Sesayap merupakan ekosistem hutan rawa gambut sekunder dan primer dengan kondisi tutupan hutan masih bagus. Jika dikaitkan komitmen lestari APRIL yang dipantau kelompok masyarakat, maka kajian penilaian high conservation value (HCV) di konsesi ini harus selesai lebih dahulu. Otomatis, segala operasi penebangan dan pembukaan gambut harus dihentikan.

Sulhani dari RPHK mengatakan, seharusnya APRIL konsisten terhadap komitmen kebijakan lestari dengan tak menebang hutan bernilai konservasi tinggi yang mereka tetapkan sendiri sebagai area lindung.

“Temuan ini fakta sulit terbantahkan. APRIL tidak serius terhadap komitmen lestari  mereka dan publik makin mempertanyakan arah kebijakan ini,” kata Syachraini dari  WWF-Indonesia.

WWF mengingatkan, APRIL ketat menjaga kepatuhan pada kebijakan pengelolaan hutan lestari mereka. Terutama, tak melakukan penebangan pada kawasan teridentifikasi HCV.

Konsesi AHL Sesayap masih memiliki hutan alam bagus cukup luas, sebagian besar merupakan gambut dalam.

Gapeta Borneo, RPHK dan WWF-Indonesia  mengimbau para pembeli pulp dan kertas untuk tidak bekerjasama bisnis sebelum APRIL menerapkan rencana  pengelolaan hutan  lestari. Dengan pelaksanaan diperiksa lembaga audit independen yang kredibel.

APRIL akan melakukan investigasi atas laporan yang menyatakan AHL telah melanggar komitmen hutan lestari APRIL. Dalam keterangan resmi di website perusahaan, menyebutkan, temuan mereka perusahaan tak melanggar kebijakan APRIL. 

“Intinya terjadi kesalahan komunikasi,” kata Petrus Gunarso, Director of Sustainability APRIL kepada Mongabay, Selasa(20/5/14).

Keterangan perusahaan menyatakan, AHL tetap menghormati areal HCVF yang ditetapkan dalam petani akhir konsesi mereka. Tampaknya,  laporan itu tak tepat karena menggunakan dasar peta draf awal. Untuk itu, APRIL mengajak WWF dan lembaga lain dalam laporan itu untuk survei bersama ke lapangan buat mengkonfirmasi area yang dinyatakan masuk HCVF.

Laporan APRIL Masih Tebang Hutan Alam Gambut di Kalimantan Utara Pemantau mengamati area gambut yang terbuka luas setelah penebangan pada area HCV yang teridentifikasi sebagai areal lindung berdasarkan penilaian Tropenbos (garis merah)(lokasi 1) dan 3 ekskavator sedang menumbangkan dan mengumpulkan kayu alam di area HCV (lokasi 2). Foto: Gapeta Borneo

Pemantau mengamati area gambut yang terbuka luas setelah penebangan pada area HCV yang teridentifikasi sebagai areal lindung berdasarkan penilaian Tropenbos (garis merah)(lokasi 1) dan 3 ekskavator sedang menumbangkan dan mengumpulkan kayu alam di area HCV (lokasi 2). Foto: Gapeta Borneo
Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,