, ,

Yanti: Kehilangan Habitat, Perilaku Harimau Menjadi Abnormal

Rusak dan hilangnya habitat harimau sumatera menyebabkan satwa liar ini terindikasi memiliki perilaku menyimpang (abnormal).  Jika sebelumnya harimau hidup di tengah hutan jauh dari manusia, saat ini harimau cenderung hidup mendekat ke wilayah pemukiman warga.

Berbicara kepada Mongabay-Indonesia, drh Erni Suyanti Musabine menyebutkan bahwa harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) saat ini hidup cenderung semakin merapat ke pemukiman warga.  Jika tidak dicarikan solusinya, maka konflik antara harimau dan manusia akan semakin meningkat, termasuk trend meningkatnya perburuan ilegal.  Harimau yang hidup dekat dengan pemukiman warga juga memiliki resiko tertular penyakit dari ternak dan hewan peliharaan warga.

“Harimau sekarang tinggal di dekat-dekat pemukiman warga, mencari makan dengan memangsa kambing dan ternak warga yang lain.  Harimau yang sebelumnya merupakan hewan soliter, sekarang sudah tidak takut lagi berjumpa dengan manusia, ada kemungkinan karena di hutan semakin berkurang hewan mangsanya,” demikian jelas Yanti, panggilan akrab dari Erni Suyanti Musabine yang merupakan lulusan kedokteran hewan di salah satu perguruan tinggi terkemuka di Surabaya.

Dari hasil pengalaman Yanti bekerja selama 10 tahun sebagai wildlife veteriner, diantara periode tahun 2007-2014 ia telah melakukan sekurang-kurangnya 12 kali tindakan penyelamatan (rescue) harimau di Bengkulu. Harimau yang ditemukan oleh Yanti dan timnya, kadang ditemukan terjerat di jerat para pemburu.  Jika kondisi memburuk untuk menyelamakan nyawa harimau, tak ayal Yanti pun terpaksa harus melakukan operasi amputasi kaki harimau terkena jerat.

“Harimau di-rescue dengan beberapa alasan, jika terkena jerat, tertembak, terkena senjata tajam, keracunan, konflik dengan warga, memangsa ternak, bermukim di ladang maupun kebun warga, ataupun karena abnormal behaviour.

Terkait perburuan, Yanti menambahkan, “Perburuan biasanya akan semakin marak mendekati bulan puasa dan Idul Fitri.  Pemburu tahu waktu-waktu tersebut adalah waktu off para petugas.”

Yanti sosok perempuan bertubuh kecil ini, terlihat sangat tangkas dalam bekerja dan berbicara. Jika terdapat panggilan untuk melakukan rescue, Yanti dan timnya akan segera turun ke lapangan.  Keterlambatan dalam melakukan rescue, akan berakibat fatal, karena harimau tersebut dapat ditemukan telah mati terjerat atau hilang karena keduluan diambil pemburu.

Ia mengaku, jika sudah terkait urusan harimau, meskipun badan lelah maupun sedang sakit, Yanti kerap memaksakan diri untuk turun ke lapangan.

Populasi harimau sumatera semakin menurun karena konflik wilayah dengan manusia.

Tiger Sanctuary

Menurut Yanti, jika ingin menyelesaikan masalah harimau dan mengkonvervasi populasinya, maka terdapat empat persoalan yang harus diselesaikan. Empat hal tersebut yaitu menyusutnya habitat harimau akibat desakan aktifitas manusia dan konversi lahan, masalah tumpulnya penegakan hukum terkait perburuan dan perdagangan ilegal satwa liar, renggangnya kolaborasi antar instansi dan para pemangku kepentingan yang cenderung bergerak secara sektoral dan persoalan konservasi hewan mangsa harimau.

Sekarang bagi Yanti, yang juga aktif di forum kajian konservasi Harimau Kita, yang penting adalah terobosan untuk upaya penyelamatan harimau.  Karena faktanya harimau telah keluar dari habitatnya di kawasan konservasi, ia menyerukan perlu solusi jangka panjang  bagi penyelamatan populasi harimau di alam bebas.

“Meskipun sudah terdapat Lembaga Konservasi eks situ, tetapi habitat alami harimau adalah di alam, bukan di kandang.  Misalnya dikandangkan di kebun binatang, itu bukan solusi permanen. Jika harimau di kandangkan itu akan mengubah perilaku harimau selamanya.”

Bagi Yanti upaya konservasi yang terbaik adalah dengan membuat suaka harimau (tiger sanctuary) yang berada di habitat alaminya.  Lokasi dari suaka harimau harus jauh dari pemukiman warga dan terjamin dengan masih banyaknya hewan mangsa harimau. Harimau yang cacat dan hilang anggota tubuhnya karena jerat, masih bisa dimanfaatkan untuk tujuan pemulihan populasi dan genetik.

“Intinya, fungsi dari tiger sanctuary adalah sebagai tempat perlindungan dari harimau yang tidak dapat lagi dilepas ke alam,” ujarnya.  Ia mengaku saat ini sudah terdapat beberapa donor yang siap untuk mendanai rencana ini.  Permasalahan lainnya bagi Yanti adalah masalah perijinan yang harus mengikuti proses administrasi birokrasi dan perundangan yang berlaku.

Upaya konservasi populasi harimau sumatera melalui suaka harimau pun, akan sejalan dengan target sasaran strategis pemerintah 2010-2014. Kementerian Kehutanan menargetkan akan memulihkan tingkat populasi spesies terancam punah ke angka 3 persen sesuai dengan kondisi biologis dan ketersediaan habitat. Apalagi dalam rapat koordinasi yang telah dilakukan, telah diputuskan bahwa harimau sumatera ada dalam daftar teratas spesies yang diprioritaskan untuk ditingkatkan populasinya.

“Yang penting adalah komitmen dan kerja keras para pihak.  Kerjasama antar instansi itulah kuncinya,” menutup penjelasan.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,