,

Suarakan Penyelamatan Yaki dari Inggris dan Amerika

Populasi monyet hitam Sulawesi (Macaca nigra) atau dikenal dengan yaki, terus berkurang baik karena habitat hilang sampai diburu untuk pelihara maupun konsumsi. Kekhawatiran muncul dari berbagai kalangan di berbagai negara, termasuk dari Inggris dan Amerika.

Di Inggris, 10 pekerja kebun binatang berhasil mengumpulkan lebih Rp50 juta untuk membantu program penyelamatan yaki. Di Amerika, seorang bocah mempresentasikan pentingnya keberadaan satwa ini di sekolah.

Awal Juni 2014, 10 pekerja kebun binatang Inggris penggalangan dana dengan mendaki tiga puncak gunung. Mereka terdiri dari Jodie Dryden, Lewis Rowden, Steph Sawyer, Nicole Fenton, Johanna Bellerby, Emma Sweetland, Poppy Mcgoldrick, Andrew Double dan Nicola Wright.

Aksi pendakian diberi nama three peaks challange. Meskipun target menyelesaikan pendakian dalam 24 jam tidak tercapai, tapi mereka sangat gembira karena bisa pulang dengan selamat dengan mengumpulkan dana sekitar £2.700, atau sekitar Rp50 jutaan. Hasilnya, untuk membantu upaya pelestarian yaki.

Setelah berhasil menaklukkan tiga gunung, Jodie Dryden koordinator kegiatan itu, mengirimkan surat kepada Yayasan Selamatkan Yaki di Manado. Jodie menceritakan kegembiraan dan kesulitan tim. “Hallo kawan, saya dan pekerja kebun binatang dari Inggris mendaki tiga gunung dan menggalang dana untuk selamatkan yaki.  Tantangan dimulai dengan mendaki Ben Nevis di Skotlandia, yang indah dan memiliki salju di puncaknya.” Begitu bunyi surat Dryden.

“Meskipun target 24 jam tidak tercapai namun tim sangat senang karena bisa menyelesaikan pendakian ini selama 26 jam 59 menit.”

Monyet hitam Sulawesi hasil operasi penyelamatan satwa di Sulut, tahun lalu. satwa endemik Sulawesi ini terancam karena perburuan untuk konsumsi dan pelihara masih tinggi. Foto: dari Facebook Tasikoki Wildlife

Dari surat itu Dryden menceritakan, atribut tim berhasil menarik perhatian penduduk sekitar gunung. “Misal, ketika melihat kaos bergambar yaki, penduduk sekitar tertarik, lalu mencari tahu tentang yaki, dan Yayasan Selamatkan Yaki.”

Dukungan juga datang dari David Harris (12), bocah asal Bancroft, Amerika. Kepada Mathilde Canvin, koordinator Utama Pendidikan Konservasi Tangkoko, David menceritakan ketertarikan pada monyet pantat merah ini.

Mulanya, Harris kebingungan menyelesaikan tugas presentasi ilmu pengetahuan alam di sekolah. Namun, dia mendapat ide setelah menyaksikan dokumentasi BBC terkait yaki. Sejak menyaksikan tayangan itu, dia tidak bisa berhenti menceritakan dan memikirkan yaki.

Dia lantas memilih yaki sebagai bahan presentasi di kelas. Penelusuran informasi segera dilakukan. Dibantu ibu, surat elektronik dikirimkan pada sejumlah peneliti yaki, balasan datang dari Canvin.

“Saya mungkin tidak mendapat nilai sangat bagus, tetapi saya sangat termotivasi terus belajar mengenai yaki  dan memberikan informasi mengenai upaya mencegah  kepunahan yaki kepada tempat-tempat lain di luar Indonesia.”

Dalam suratnya dia berharap,  bisa memberikan informasi dan mengumpulkan sumbangan buat menyelamatkan yaki.

Sejak Maret, Harris dan Canvin banyak berkomunikasi. Menggunakan Skype, mereka memulai bekerja membuat presentasi mengenai ilmu pengetahuan alam.

Yunita Siwi, Education officer Yayasan Selamatkan Yaki, menilai, aksi para pecinta lingkungan khusus satwa liar ini sangat membantu kelompok organisasi  pelestarian alam Selamatkan Yaki di Manado, Sulut.

Dengan bantuan dana dan ekstra semangat dari “orang luar’ ini, mereka makin optimis bisa bekerja lebih keras dalam meningkatkan kesadaran masyarakat di Sulut. Upaya penyelamatan yaki, tidak akan sukses tanpa ada bantuan seluruh masyarakat.

Dia berharap, lewat dukungan di kancah internasional ini perburuan yaki makin berkurang, hingga satwa endemik ini bisa dinikmati anak-cucu.

“Maraknya pembantaian yaki selama periode pengucapan syukur (thanks giving) di Minahasa, membuat kami menyadari masih banyak masyarakat harus dijangkau. Sementara tim Selamatkan Yaki sangat terbatas.”

Kala tim berada di puncan Ben Navis, Scotlandia, mengkampanyekan penyelamatan yaki. Foto: Yayasan Selamatkan Yaki
Kala tim berada di puncak Ben Navis, Scotlandia, mengkampanyekan penyelamatan yaki. Foto: Yayasan Selamatkan Yaki
David Harris dari Amerika, yang mempresentasikan tentang yaki di sekolah. Foto: Yayasan Selamatkan Yaki
David Harris dari Amerika, yang mempresentasikan tentang yaki di sekolah. Foto: Yayasan Selamatkan Yaki
Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,