Wisata ke Hutan Kapopo, Ada yang Mau Ikut?

Anda pernah mengunjungi hutan wisata alam Kapopo? Letaknya di Desa Ngata Baru, Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi. Sekitar tujuh kilometer dari arah Kota Palu, yang merupakan ibukota Provinsi Sulawesi Tengah. Posisinya yang berada di ketinggian 200 meter hingga 1.039 meter di atas permukaan laut (m dpl), membuat kita dapat melihat indahnya Teluk Palu dari sini.

Hutan alam ini menawarkan nuansa pendidikan. Banyak pohon yang ditanam seperti angsana, cendana, johor, dan eboni. Sementara satwanya, ada biawak, burung kakatua-kecil jambul-kuning, dan tekukur.

Hutan wisata alam Kapopo yang luasnya mencapai 128 hektar ini berada di kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Palu yang luasnya sekitar 7.128 hektar. Tahura Palu sendiri merupakan penggabungan dari Cagar Alam Poboya (1.000 hektar), hutan wisata Kapopo (128 hektar) yang dulunya dikenal sebagai lokasi Pekan Penghijauan Nasional (PPN) XXX tahun 1990, dan kawasan Hutan Lindung Paneki (6.000 hektar).

Awalnya, tempat wisata ini dikelola Dinas Pariwisata berdasarkan keputusan Gubernur Sulawesi Tengah Nomor 188.44/1400/DISBUDPAR-GST/2003 tahun 2003. Pengelolaannya dilakukan bersama antara Dinas Kehutanan dan Dinas Pariwisata. Pembagian tugasnya adalah Dinas Kehutanan fokus pada kelestarian hutan dan lingkungan sedangkan Dinas Pariwisata mengelola fasilitas umum. Namun, Agustus 2014 ini, pengelolaannya dimandatkan kepada Dinas Kehutanan Sulawesi Tengah.

Untuk menumbuhkan kesadaran generasi muda terhadap hutan wisata alam Kapopo, Dinas Kehutanan Sulawesi Tengah mengundang sekitar 25 pelajar dari berbagai sekolah di Kota Palu untuk berwisata di sini. Para siswa dan guru pendamping diajak berkeliling menelusuri jalur tracking sejauh dua kilometer. Mereka ditemani pemandu wisata yang menjelaskan serba-serbi tanaman yang ada, termasuk faunanya.

Yenti Rositasari, guru dari sekolah SMA Madani, mengatakan kegiatan ini sangat menarik. “Di sini, siswa banyak belajar untuk mencintai hutan dan alamnya, sekaligus refreshing. Bosan juga rekreasi di tempat wisata umum,” katanya.

Para siswa yang mengikuti kegiatan terlihat antusias. Selain mengaku lebih mencintai alam mereka juga lebih mengerti  tentang flora dan fauna yang ada di Sulawesi Tengah, termasuk satwa-satwa endemik.

“Tadi pemandu bercerita tentang burung maleo, rangkong, dan anoa. Kalau tanaman ada disebutkan seperti eboni dan johar,” kata Disti (16) siswi SMA Madani yang turut dalam kegiatan tersebut.

Nahardi, Kepala Dinas Kehutatan Sulawesi Tengah, mengatakan bahwa rencana ke depan kawasan ini akan dijadikan taman safari mini. Satwa-satwa endemik yang ada di Sulawesi Tengah ada di sini.

“Ada usulan untuk membuat patung-patung satwa endemik di sini. Tapi, saya mau yang aslinya. Ini rencana ke depan, siapa tahu ada investor yang mau bekerja sama,” katanya.

Nahardi mengatakan perlu kerja sama dengan masyarakat untuk memajukan kawasan ini. “Kami tidak ada niat untuk memiliki kawasan ini, karena itu harus ada koordinasi yang baik untuk memerangi siapa saja yang berusaha mengeksploitasi kawasan ini,” terangnya

Hutan wisata alam Kapopo memiliki topografi bervariasi, mulai dari yang berombak, bergelombang, berbukit, sampai bergunung. Berdasarkan kondisi tersebut, kawasan ini memiliki kelerengan yang beragam juga, dari landai, agak curam, curam, sampai sangat curam.

Untuk tumbuhan terdapat 100 jenis pepohonan, 22 jenis berupa liana, epifit, saprofit, dan parasit, serta 13 jenis rerumputan, dan 5 jenis palem. Mantan Presiden Soeharto dan Ibu Tien Soeharto beserta mantan Menteri Penerangan Harmoko pernah melakukan penanaman pohon di sini saat meresmikan Pekan Penghijauan Nasional (PPN) tahun 1990.

Menara di kawasan wisata. Bisa digunakan untuk memantau titik-titik api di Kota Palu. Foto: Erna Dwi Lidiawati
Menara di kawasan wisata. Bisa digunakan untuk memantau titik-titik api di Kota Palu. Foto: Erna Dwi Lidiawati

Tulisan ini hasil kerja sama Mongabay dengan Green Radio

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,