,

26 Individu Kukang Sumatera Dilepasliarkan di Batutegi Lampung

Kukang atau biasa disebut si pemalu, merupakan jenis primata yang mempunyai kebiasaan unik. Satwa imut yang ukuran tubuhnya antara 20-30 cm ini akan tidur lelap kala pagi hingga petang. Ketika malam menyapa, barulah ia beraksi mencari makan atau bermain.

Namun, perlu kehati-hatian bila ingin melihat kukang di waktu malam. Kukang akan sangat terganggu dengan pantulan sinar yang menyala terang. Warna cahaya yang aman baginya adalah merah atau biru yang tingkat pencahayaannya sekitar lima watt.

Di Indonesia, berdasarkan ekologi dan persebarannya, kukang terbagi dalam tiga spesies. Ada kukang jawa (Nycticebus javanicus), kukang sumatera (Nycticebus coucang), dan kukang kalimantan (Nycticebus menagensis).

Richard S. Moore, Advisor Programme Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI), menyatakan ketiga jenis kukang tersebut dapat dilihat di Pusat Rehabilitasi YIARI, Ciapus , Bogor, Jawa Barat. “Saat ini terdapat sekitar 165 individu kukang yang didapatkan dari hasil sitaan perdagangan ilegal serta serah terima dari para pemiliknya.”

Setelah mendapatkan perawatan di YIARI, barulah kukang-kukang tersebut dilepasliarkan secara bertahap. “Namun, sebelum benar-benar dilepaskan untuk hidup bebas di alam, kukang tersebut dipindahkan dahulu ke kandang habituasi untuk proses adaptasi,” tutur Richard (18/10/2014).

Kegiatan pelepasliaran kukang ini juga sudah pasti disesuaikan dengan habitatnya. Kukang jawa misalnya, yang kondisinya terancam akibat habitatnya yang terusik serta perburuan liar, tentunya akan dilepaskan di wilayah Jawa seperti di Taman Nasional Gunung Halimun Salak maupun di Suaka Margasatwa Gunung Sawal, Ciamis, Jawa Barat.

Menurut Richard, kegiatan pemindahan tiga individu kukang jawa ke Gunung Sawal telah dilakukan pada 17 September 2014. Kukang tersebut merupakan hasil sitaan BKSDA Jawa Barat pada operasi penegakan hukum dan perdagangan satwa liar di Tasikmalaya. Barang buktinya berupa 21 ekor kukang jawa telah diserahkan ke YIARI.

Begitu juga dengan kukang kalimantan yang nantinya juga akan dilepaskan di hutan sekunder di Kalimantan, yang berada di area YIARI Ketapang.

Kawasan Hutan Lindung Batutegi, Tanggamus, Lampung. Foto: YIARI
Kawasan Hutan Lindung Batutegi, Tanggamus, Lampung. Foto: YIARI

Senin, 19 Oktober 2014, YIARI kembali melakukan translokasi atau pemindahan 26 individu kukang sumatera ke kawasan Hutan Lindung Batutegi, Tanggamus, Lampung. Ada dua lokasi kandang habituasi yang dituju yaitu Pulau Talang Randai (9 individu) dan Air Jernih (17 individu).

Program konservasi di Batutegi ini merupakan kerjasama YIARI dengan Kementerian PU Ditjen SDA (Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Sumber Daya Alam) Batutegi Lampung, Kelompok Pemangku Hutan (KPH) Batutegi Lampung, dan BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam) Lampung.

Tuwuh Rahardianto, Polisi Hutan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat, menyambut positif pelepasliaran kukang ini. “Diharapkan, kukang akan kembali menjalankan fungsi ekologisnya di alam,” tuturnya.

Proses pemindahan kukang. Foto: YIARI
Proses pemindahan kukang. Foto: YIARI

Robitul Huda, Koordinator Survey Release & Monitoring (SRM) Program YIARI, menuturkan bahwa kukang tersebut nantinya akan melewati proses habituasi (adaptasi) di kandang terbuka selama satu bulan. Selama proses habituasi itu, kukang akan dipantau perilakunya setiap malam agar diketahui apakah sudah dapat beradaptasi dengan baik di habitat barunya itu. “Jika sudah, kukang akan diberi jalan keluar dari kandang untuk hidup bebas.”

Huda menambahkan, tim SRM tetap akan memantau perilaku kukang ini hingga satu tahun kedepan pasca-keluar dari kandang habituasi. “Monitoring dilakukan dengan menggunakan alat bantu radio collar yang dipasang di leher kukang lalu dideteksi dengan menggunakan receiver dan antena,” paparnya, Selasa (28/10/14).

Gusti Herawati, Education and Media Awareness YIARI, yang terlibat dalam kegiatan translokasi menjelaskan bahwa sudah sepatutnya keberadaan kukang dijaga. Pola pikir masyarakat yang ingin memelihara kukang harus dirubah, karena kukang akan lebih bahagia hidup di hutan ketimbang di kandang.

Kukang merupakan primata yang menyukai hutan primer, sekunder, dan rumpun bambu. Hingga saat ini belum didapatkan akurasi data yang tepat berapa jumlahnya di alam liar.

Tim SRM menuju kandang habituasi. Foto: YIARI
Tim SRM menuju kandang habituasi. Foto: YIARI
Pemindahan kukang ke kandang habituasi. Foto: YIARI
Pemindahan kukang ke kandang habituasi. Foto: YIARI
Pemasangan radio collar dilakukan untuk mempermudah pemantauan kukang. Foto: YIARI
Pemasangan radio collar dilakukan untuk mempermudah pemantauan kukang. Foto: YIARI
Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,