,

Kian Langka, Kemang Nyaris Meninggalkan Nama

Bagi masyarakat Melayu dan Sunda, kemang (Mangifera kemanga) merupakan buahan favorit. Selain dapat dimakan segar, dirujak, ataupun sebagai bahan sambal buah, daun mudanya juga bisa dijadikan lalap.

Tidak heran, ada kampung atau dusun di Sumatera, Jawa bagian barat, Jakarta, dan Malaysia yang dinamai “Kemang”. Nama itu muncul karena kemungkinan besar pada kampung atau dusun tersebut dulunya terdapat banyak pohon kemang.

Begitu pula, di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan, yang ada dusun bernama Kemang, yaitu Dusun Ulak Kemang. Pohon kemang di sini pun nyaris punah.

Kemang merupakan jenis mangga. Daunnya bertangkai amat pendek. Tepi daun di pangkal menyempit dan melanjut. Kemang yang matang warnanya coklat dan hijau kusam, berbincul di pangkalnya. Buah ini banyak ditemukan di Sumatera, Kalimantan, Jawa bagian barat dan Malaysia. Tapi, di Kalimantan Timur namanya palong. Pohon kemang yang tahan genangan air ini, seringkali tumbuh di tepi sungai atau di wilayah 400 meter dari atas permukaan laut.

“Tak lengkap rasanya kalau makan tidak ditemani dengan sambal kemang,” kata Maryamin, seorang petani Dusun Anyar, Kecamatan Kayuagung, Kabupaten OKI, yang memiliki satu pohon kemang di kebunnya, pekan lalu.

“Dulu di kebun ini banyak pohon kemang. Yang nanamnya nenek saya. Tapi sekarang tinggal satu, lainnya ditebang untuk diambil kayunya, dan kebun ditanam buahan lain atau ditanam karet,” jelasnya sambil menunjuk pohon kemangnya.

Pohon kemang ini bisa mencapai 45 meter dengan garis tengah batang mencapai 120 centimeter. Tajuk tumbuhan langka ini berbentuk menyerupai kubah dengan percabangan yang tidak terlalu rapat. Kulit batang kemang berlekah dan mengandung getah yang dapat menyebabkan iritasi.

Pohon yang memiliki buah berbentuk bulat telur terbalik sampai lonjong dengan kulit buah tipis dan berwarna coklat ini memiliki aroma khas dan tajam sedangkan rasa buahnya mulai asam sampai manis. Usut punya usut, kemang ini ternyata flora identitas Kabupaten Bogor, Jawa Barat, yang telah dijelaskan melalui SK Bupati Nomor 522/185/kpts/Huk/1996.

“Waktu saya masih kecil tidak sulit menemukan pohon kemang karena hampir di setiap kebun warga bahkan di pekarangan rumah ada pohon kemang. Sekarang sangat sulit menemukannya. Karena sudah banyak ditebang pemiliknya untuk diambil papannya sebagai bahan bangunan, seperti yang kami lakukan dulu,” ujarnya.

Menurut Maryamin, selain banyak ditebang juga beberapa tahun lalu di pasaran kemang kalah bersaing dengan mangga yang rasanya manis. Kemang hanya dibeli warga untuk bahan sambal buah. Para petani pun berlomba menanam mangga atau berkebun karet karena penghasilannya dinilai lebih besar.

Tetapi setelah banyak dibuka rumah makan kuliner tradisional seperti menu sambal buah kemang, harga kemang lebih mahal dibandingkan mangga. “Setiap pohon kalau berbuah lebat dihargai Rp5 juta,” kata Maryamin.

“Sekarang saya berusaha menanam pohon kemang buat cucu. Saya percaya buah ini nantinya kian diminati banyak orang,” katanya.

Pohon kemang banyak ditebang karena buahnya kala bersaing dengan mangga. Itu dulu, sekarang buah kemang mulai dicari seiring haarganya yang mencapai 5 juta rupiah per pohon. Foto: Romi Maradona
Pohon kemang banyak ditebang karena buahnya kala bersaing dengan mangga. Itu dulu, sekarang buah kemang mulai dicari seiring harganya yang mencapai 5 juta rupiah per pohon. Foto: Romi Maradona

Berharap dilestarikan

Nova Lina Onsi, pegawai disebuah perusahaan pembiayaan kredit di Kayuagung, berharap pemerintah membuat program berupa penyediaan bibit secara gratis kepada masyarakat. “Hal ini dilakukan agar tanaman-tanaman tersebut tidak punah,” katanya.

Senada disampaikan Yudi, warga Desa Muara  Baru. “Pemerintah melalui dinas terkait harus segera mencarikan solusi jangan sampai tanaman yang sudah menjadi ikon wong melayu ini ini punah. Pemerintah harus mengadakan sosialisasi terkait pentingnya melestarikan tanaman langka tersebut ataupun melalui penyediaan bibit secara gratis,” ujarnya.

Ana Karnicova, warga Dusun Pedamaran, menyatakan dibutuhkan kepedulian dari masyarakat untuk melestarikan kemang. “Masyarakat harus sadar kemang mulai langka, sehingga mereka menjaga pohon kemang yang masih ada, dan kembali menanam pohon ini.”

Pelestarian kemang cukup beralasan. Sebab saat ini pemasaran kemang cukup luas. “Sebenarnya secara ekonomis kemang memiliki nilai, karena masih banyak orang yang menyukai buahnya bukan hanya di OKI tapi di kabupaten lain juga, termasuk hingga ke Malaysia dan Brunai,” kata Ruslan, Ketua Adat Desa Muara Baru.

Lahan untuk tanaman langka

Dedi Kurniawan, Kabag Humas Kabupaten OKI, mengatakan pihaknya saat ini berupaya memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk melestarikan pohon atau buah yang mulai langka, terutama tanaman. “Untuk itu kita akan mendata pohon apa saja yang masuk kategori hampir punah, termasuk kemang. Dan melalui dinas terkait kita akan mengajak masyarakat untuk kembali membudidayakannya agar tidak punah,” jelasnya.

Bupati OKI Iskandar, kata Dedi, sangat memperhatikan persoalan tersebut. “Tapi diperlukan juga kesadaran dari masyarakat akan pentingnya melakukan penanaman pohon dan melestarikan pohon langka, dan tidak menebang atau merusaknya.”

Bahkan pemerintah OKI menyediakan lahan untuk pengembangan pohon-pohon langka terutama di hutan kota. “Jadi hutan kota ini untuk ditanam pohon-pohon yang mulai langka.”

Selain menyediakan ruang untuk penanaman pohon langka, pemerintah OKI juga akan melakukan edukasi kepada masyarakat terutama para pelajar. “Sasaran kita saat ini adalah para pelajar karena mereka adalah generasi penerus yang nantinya diharapkan bisa memberikan pemahaman kepada masyarakat, minimal keluarganya, akan pentingnya menanam pohon, termasuk kemang,” jelasnya.

Tulisan ini hasil kerja sama Mongabay dengan Green Radio

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,