, ,

Mongabay Travel : Rinjani dan Mimpi Taman Bumi

Kalau kita melihat Pulau Lombok, jauh dari sebelah barat atau timur, kita akan melihat bahwa separuh pulau seluas 5.435 km2 ini terlihat lebih tinggi di sisi utara dibanding separuh sisi selatan yang lebih landai dan datar. Di ketinggian separuh Lombok bagian utara itulah, berdiri sebuah gunung api aktif yang megah, kokoh dan indah. Itulah Gunung Rinjani.

Gunung ini menghiasi dan membentuk lanskap separuh pulau Lombok. Bagi para pendaki gunung, puncak Gunung Rinjani merupakan salah satu puncak gunung paling indah dan menawan di Indonesia.  Dengan ketinggian 3.726 meter diatas permukaan laut (mdpl), Gunung Rinjani merupakan gunung tertinggi kedua di Indonesia (di luar gunung di Papua) setelah Gunung Kerinci (3.805 mdpl) di Sumatera.

Gunung Rinjani juga memiliki nilai spiritual bagi orang Hindu Bali dan suku sasak, suku asli di Lombok. Bagi orang Bali, Rinjani adalah satu dari tiga gunung yang disucikan karena dianggap tempat tinggal para dewa, setelah Semeru dan Agung. Bahkan pada tahun 1727M, Raja Anak Agung Ngurah dari Karangasem, Bali membangun Pura Narmada yang sangat luas di Lombok Barat dengan bentuk unik, sebagai replika dari Gunung Rinjani.  Ini sebagai bukti betapa gunung ini begitu diagungkan sejak dulu. Nama Rinjani sendiri konon berasal dari istilah Jawa Kuno yang berarti ‘Yang Agung’.

Gunung Rinjani masuk di wilayah Taman Nasional Gunung Rinjani seluas 41.330 hektar dan diusulkan naik menjadi 76.000 hektar di sebelah barat dan timur. Di Taman Nasional Gunung Rinjani terdapat garis imaginer yang menjadi zona transisi Wallacea, tempat flora dan fauna khas Australia bertemu dengan flora dan fauna tropis khas Asia Tenggara. Keragaman hayatinya tak perlu diragukan lagi. Luar biasa.

Salah satu keunikan Gunung Rinjani yang paling menarik perhatian adalah adanya Danau Segara Anak dan Gunung Baru di kawasan puncaknya. Tak ada yang lebih membahagiakan selain menemukan surga kecil berwarna kebiruan setelah lelah mendaki gunung selama berjam-jam. Surga kecil itu berada di lembah sisi barat Gunung Rinjani yang secara geografis terletak di Desa Sembalun Lawang, Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur.

Danau Segara Anak merupakan danau kawah (kaldera) Gunung Rinjani, berbentuk seperti bulan sabit, berada di ketinggian sekira 2.008 mdpl dengan luas mencapai 1.100 hektar dan kedalaman berkisar  160 – 230 meter. Di tengah-tengah danau, nampak anak Gunung Rinjani yang dinamakan Gunung Baru Jari (gunung baru jadi) dengan ketinggian 2.376 mdpl. Gunung ini masih terbilang aktif dan terakhir meletus pada 2009, sebelumnya gunung ini juga meletus tahun 2004.

Besarnya debit air di Danau Segara Anak adalah berkah bagi alam sekitarnya. Banyak sungai dan air terjun terbentuk dari resapan air Danau Segara Anak. Tak heran, di sekitar sekitar Gunung Rinjani terdapat belasan air terjun besar dan kecil yang cukup terjaga keasrian hutan sekitarnya.

Geopark Dunia

Seperti sudah banyak diberitakan, tahun 2015 mendatang Gunung Rinjani ditargetkan menjadi geopark dunia. Dengan ketinggian 3.726 mdpl, keragaman hayati yang luar biasa, serta danau besar di puncaknya, ditambah lagi nilai budaya dan sejarahnya menjadikan Rinjani cukup layak dinobatkan sebagai geopark (taman bumi) dunia. Selain itu, Rinjani juga menjadi tumpuan ribuan orang untuk mengais rejeki dari pariwisata gunung. Lengkaplah.

Geopark adalah kawasan geologi (geological heritages) dan kawasan warisan budaya (cultural heritages) yang berfungsi sebagai daerah konservasi, edukasi dan sustainable development. Penetapan geopark dunia dilakukan dalam sidang Global Geoparks Network Bureau, sebuah badan dibawah UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization).

Geopark tidak hanya sekedar dilihat dari sisi kegunungapian belaka. Faktor budaya dan pola kehidupan masyarakat di sekitarnya ikut menjadi pertimbangan utama, di mana warga lokal setempat secara aktif terlibat dalam penyelenggaraan pariwisata yang berbasis geologi. Dengan usaha tersebut, masyarakat lokal terangkat pertumbuhan ekonominya.

Saat ini, Indonesia memiliki satu situs yang ditetapkan sebagai geopark dunia, yakni Gunung Batur di Bali yang ditetapkan pada September 2012. Jumlah yang sangat minim mengingat jumlah seluruh geopark di dunia yang saat ini mencapai 100 situs. Dan China menjadi negara dengan jumlah geopark terbanyak, yaitu 29 geopark global.

Gunung Rinjani sejak awal telah digadang-gadang menjadi geopark dunia bersama dengan Gunung Batur, Danau Toba, dan Pegunungan Sewu. Secara geologis, Rinjani memiliki nilai warisan yang penting. Rinjani pun merupakan situs warisan alam dengan pesona kaldera, lapangan solfatara, kerucut-kerucut gunung api muda, dan sumber mata air panas yang dimilikinya. Rinjani pun telah memiliki badan pengelola yang melibatkan warga lokal secara aktif.

Dengan segala potensinya, tidak salah jika Gunung Rinjani diajukan untuk mendapatkan pengakuan Global Geoparks Network Bureau sebagai salah satu geopark dunia. Bahkan usaha-usaha ke arah itu sudah mulai dilakukan semenjak tahun 2008 silam. Namun hingga beberapa kali sidang, ternyata status Gunung Rinjani tak kunjung menjadi geopark dunia.

Padahal beberapa keutungan apabila Gunung Rinjani ditetapkan sebagai geopark dunia adalah publikasi gratis secara global oleh UNESCO, termasuk wisatawan seluruh dunia yang akan direkomendasi untuk datang. Dari pengalaman di China, wisawatan lebih suka menjelajah di global geopark dibandingkan dengan taman nasional. PBB melalui UNESCO juga akan turut memonitor dan ‘menjaga’ gunung tersebut.

Wisatawan dan Masalah Sampah

Aktivitas pendakian ke Gunung Rinjani terus mengalami peningkatan karena namanya yang makin dikenal di luar negeri.  Menurut beberapa orang wisawatan asing di Lombok yang ditemui tim Mongabay, pendakian Rinjani adalah salah satu destinasi  wisata alam terbaik di Asia Tenggara.

Selama tahun 2013, jumlah pendaki ke Gunung Rinjani mencapai 19.912 orang yang terdiri atas 13.002 wisatawan asing dan 6.909 wisatawan lokal, naik 35 persen dari 14.719 orang pada 2012 yang meliputi 9.199 pendaki asing dan 5.520 pendaki lokal.

Menurut Wakil Bupati Lombok Utara, Najmul Akhyar yang ditemui tim Mongabay Indonesia, tren kenaikan ini di satu sisi sangat menggembirakan, karena sangat membantu meningkatkan kesejahteraan warga setempat yang bekerja sebagai porter, pemandu, maupun warung makan dan penginapan. Namun di sisi lain, peningkatan ini juga cukup mengkhawatirkan. Mengapa?

Daya dukung lingkungan Taman Nasional Gunung Rinjani yang terbatas dengan adanya peningkatan jumlah pengunjung ini menimbulkan efek samping ekologi. Salah satunya adalah sampah yang ditimbulkan. Dalam sebuah situs wisata internasional disebutkan banyak wisatawan asing yang mengeluhkan masalah kebersihan di sepanjang jalur pendakian maupun di puncak Rinjani. Sampah berserakan di mana-mana, dan sebagian besar adalah sampah non organik.

Pemerintah cukup kewalahan menanganinya dan seolah kurang sigap mengatasi lonjakan pengunjung yang sangat drastis beberapa tahun terakhir ini. Wabup Akhyar menyampaikan bahwa pemerintah Lombok Utara, Balai TN Gunung Rinjani, dan Rinjani Trek Management Board (RTMB) sudah beberapa kali melakukan terobosan program dalam rangka membersihkan sampah di Gunung Rinjani.  Selain himbauan melalui penyuluhan dan pemasangan papan informasi, juga dilakukan kegiatan Bersih Gunung,  dua kali sebulan dengan melibatkan warga lokal yang memang menggantungkan hidupnya dari kedatangan wisatawan ke Rinjani.

Komunitas Gimbal Alas dan sampah yang mereka kumpulkan sepanjang perjalan menuju Puncak Gunung Rinjani.  Foto : Komunitas Gimbal Alas
Komunitas Gimbal Alas dan sampah yang mereka kumpulkan sepanjang perjalan menuju Puncak Gunung Rinjani. Foto : Komunitas Gimbal Alas

Fasilitas juga sudah dibangun untuk meminimalisasi tumpukan sampah, diantaranya  dengan menyediakan tempat sampah di shelter-shelter tempat wisatawan beristirahat. Sayangnya, hingga saat ini fasilitas-fasilitas yang ada ini tidak dimanfaatkan dengan baik, bahkan digunakan sebagai objek vandalisme oleh oknum pengunjung yang tidak bertanggung jawab.  Sebaran dan tumpukan sampah paling banyak bisa ditemukan di Pelawangan Senaru, Pelawangan Sembalun, pos 3 pendakian, Danau Segara Anak, dan kaldera Gunung Rinjani yang merupakan tempat-tempat pendaki beristirahat dan menginap sebelum mendaki puncak.

Berjalan mundur ke Puncak Rinjani

Masalah sampah ini juga mengundang keprihatinan dari komunitas-komunitas pecinta alam. Pada Agustus lalu, tim pendaki Komunitas Gimbal Alas dari Malang (Jatim) mendaki Gunung Rinjani dengan berjalan mundur.  Mereka pulang tidak hanya membawa cerita, tetapi juga membawa oleh-oleh berupa sampah yang jumlahnya mencapai setengah truk banyaknya. Pendakian dengan cara ‘Jalan Mundur’ ini memakan waktu empat hari lamanya.

Aksi ini merupakan salah satu bentuk kampanye untuk penanganan masalah sampah di Gunung Rinjani. Membayangkan Gunung Rinjani bisa menjadi destinasi wisata yang bersih dari sampah, alamnya terjaga, tentu akan menguntungkan semua pihak, baik dari sisi ekonomi, ekologi, maupun sosial budaya. Upaya-upaya yang dilakukan oleh pengelola, pemerintah, para relawan, maupun penduduk lokal untuk menangani masalah sampah, tentu tak akan pernah berhasil apabila tidak didukung oleh kesadaran kita para penikmat sekaligus pecinta alam Rinjani untuk “take nothing but picture, leave nothing but footprint”. Hanya dengan begitu, Rinjani akan menjadi Taman Bumi sejati .

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , ,