, , ,

Blusukan ke Meranti, Jokowi Janji Lindungi Gambut, Moratorium Izin pun Lanjut

Jokowi bilang, inisiatif warga menyekat kanal bisa menjadi contoh. Diapun bilang, jika konversi gambut oleh perusahaan besar menjadi sawit atau HTI, merusak ekosistem dan berdampak kepada kebun warga. 

Mata Abdul Manan berbinar seketika saat melihat kedatangan rombongan Presiden Joko Widodo ke bendungan kanal yang dibuat warga. Dia bergegas menuju becak motor (bentor) yang ditumpangi Presiden. Orang nomor satu Indonesia itu turun dari bentor. Manan dan beberapa orang lain menyalami. Mereka berjalan menuju sekat bendungan kanal yang terbuat dari papan kayu sagu.

Hari begitu cerah. Matahari bersinar hangat.  Meskipun sehari sebelumnya sempat memburuk. Hujan turun deras. Kedatangan Presiden sempat tertunda.

“Ini sekat yang kita buat pak. Ini untuk menahan air gambut yang keluar. Dengan sekat ini, gambut senatiasa basah. Ini baik untuk perkebunan sagu di Desa Sungai Tohor dan desa-desa lain di  Kepulauan Meranti,” kata Manan, seraya memperlihatkan sekat kanal di desa di Kecamatan Tebing Tinggi, Meranti, Riau, Kamis (27/11/14).

Presiden berdiri di samping Manan. Dengan seksama menyimak perkataan lelaki yang membuat petisi meminta Jokowi blusukan ke sana. Petisi dibuat Manan karena selama 17 tahun desa  itu menjadi langganan kebakaran dampak asap. Setiap kemarau, lahan gambut terbakar atau sengaja dibakar. Ia menimbulkan asap pekat yang mengganggu aktivitas warga.

Manan ingin Presiden datang dan melihat keadaan di sana. Dia mengeluhkan kanalisasi perusahaan HTI,  PT Lestari Unggul Makmur (PT LUM). Kanalisasi ii membuat air gambut terbuang hingga kering. Lahan gambutpun cepat terbakar.

Desa Sungai Tohor, daerah penghasil sagu. Dalam sebulan, sagu warga berkisar antara 400-600 ton. Hasil sagu, sebagian besar diekspor ke Malaysia.

Setelah menyimak perkataan Manan, Presiden duduk di sekat kanal. Dia membuka sepatu. Seketika mengganti sepatu booth yang disediakan. Kemeja putih lengan panjang digulung sebatas lengan. Tanpa ragu langsung menyebur ke kanal.

“Ini supaya tidak ada kebakaran hutan lagi,” kata Jokowi. Dia membawa potongan papan kayu sagu dan menutup saluran air yang keluar dari sekat itu.

Semua orang di dekat sekat kanal serempak berseru,”Aamiiin…” Tepuk tangan riuh. Secara simbolis Jokowi menandakan pembangunan sekat kanal di Desa Sungai Tohor.

“Supaya apa yang dilakukan masyarakat ditindaklanjuti pemerintah. Gambut sepanjang tahun harus basah. Kalau basah, tidak mudah terbakar atau dibakar. Kuncinya disitu. Apa yang dilakukan masyarakat sebaiknya dipermanenkan.”

Di kanal itu, Jokowi memberikan bantuan kepada masyarakat desa untuk pembangunan sekat kanal. Jumlah bantuan Rp300 juta. Bantuan dalam dua amplop besar langsung diterima Manan. Warga bertepuk tangan.

“Kita harus perhatikan, pertama kesejahteraan. Kedua ekosistem, dan ketiga, kebakaran.”

Dia berjalan menuju kilang pengelolaan sagu milik warga. Di sana melihat proses pembuatan sagu dari awal hingga akhir. Seorang warga lain menjadi pemandu, menjelaskan rinci bagaimana sagu dibuat. Warga yang lain saling berdesakan, berebut ingin mengabadikan momen kedatangan Presiden dalam kamera telepon genggam mereka.

Selesai kunjungan di kilang pengelolaan sagu, Presiden menyeberangi jembatan kayu. Ibu Negara beserta dua kedua anak, Kahiyang Ayu dan Kaesang Pangarep, membuntuti dari belakang. Mereka menuju kebun sagu tepat di depan kilang. Presiden menanam pohon sagu.

“Sagu ini sangat butuh air pak. Maka gambut tak boleh kering,” kata seorang warga.

Jokowi menyimak jelas perkataan warga mengenai kondisi lahan gambut di desa mereka. Bagaimana gambut menjadi kering dan mudah terbakar akibat kanalisasi perusahaan.

“Moratorium izin perkebunan sampai detik ini masih terus, kelihatannya saya suruh kalkulasi, kelihatannya akan kita teruskan. Moratorium izin akan berakhir Mei, akan kita teruskan. Teknisnya bisa tanya ke menteri.”

Dia mengatakan gambut jangan diremehkan.  Selama ini, gambut bisa mudah berubah menjadi perkebunan sawit atau HTI. Jokowi enggan melanjutkan kebijakan itu.

“Baik gambut semester, dua meter, empat meter, semua berfungsi dalam ekosistem. Ini yang sering tidak kita sadari. Hingga apa? Ada yang dialihfungsikan kekonversi, dan penggunaan-penggunaan lain. Ini sering kita keliru memandang gambut hanya sebagai area yang tidak berguna. Padahal ini ekosistem.”

Jokowi mengatakan, gambut yang dikelola masyarakat biasa ramah ekosistem. Kalau diberikan kepada perusahaan menjadi monokultur karena ditanami akasia dan sawit dan sering menyebabkan masalah ekosistem.

“Kita akan perlindungan menyeluruh gambut. Kemarin saya sudah perintahkan kepada menteri. Ide-ide dan gagasan masyarakat seperti ini harusnya diangkat. Ini bisa diaplikasikan. Ini bisa dipermanenkan.”

Dia menegaskan, masalah konversi lahan ke tanaman-tanaman monokultur harus dihindari. Karena dengan konversi lahan, akan membuat perkebunan sagu milik masyarakat terkena imbas kerusakan ekosistem.

Presiden bersama rombongan lalu bergerak menuju lapangan bola. Matahari bersinar sangat terik. Di sana warga sudah berkumpul. Penuh dan riuh. Di sana, Jokowi berdialog dengan warga.

“Saya titip kepada warga agar ikut menjaga lingkungan.  Ikut menjaga hutan di kanan-kiri kita. Nanti jangan sampai ada yang kebakaran hutan lagi. Setuju tidak?” kata Jokowi.

“Setuju!!!” jawa warga serempak.

Setelah dialog dengan warga, rombongan bergegas menuju helipad di depan kantor kecamatan. Presiden bersama rombongan menuju Pekanbaru.

Kanal yang akan dibangun sekat agar air gambut tak terus terkuras. Dalam penyekatanpun, warga tetap memperhatikan ekosistem gambut, dengan tak menembok semua, tetapi sebagian dari kayu sagu. Foto: Indra Nugraha
Kanal yang akan dibangun sekat agar air gambut tak terus terkuras. Dalam penyekatanpun, warga tetap memperhatikan ekosistem gambut, dengan tak menembok semua, tetapi sebagian dari kayu sagu. Foto: Indra Nugraha

Kedatangan Presiden ke Desa Sungai Tohor membawa kesan tersendiri bagi Manan. Dia bahagia. Meski sehari sebelumnya sempat kecewa karena mendengar kabar kedatangan Presiden batal karena cuaca buruk.

Saya sangat terharu. Beliau pimpinan amanah, perlu kita tiru. Dia juga membuktikan, meskipun kemarin ada kendala namun hari ini hadir di tengah masyarakat Desa Sungai Tohor. Kami sangat bahagia sekali.”

Dia berharap, setelah kedatangan Presiden, ada tindak lanjut lebih konkrit dalam penyelamatan lahan gambut dan menanggulangi kebakaran hutan.

Warga akan membuat 10 sekat kanal. Satu kanal permanen menggunakan tembok. Sisanya, menggunakan batang sagu agar tidak merusak ekosistem gambut. Jika semua ditembok, akan membuat gambut rusak. Target selesai pembuatan sekat pertengahan 2015.

“ Untuk membuat sekat perlu dana Rp600-700 juta.  Masih ada kekurangan, mudah-mudahan bupati atau gubernur bisa menambah. Kita masih terus berkoordinasi.”

Menanti aksi lanjutan

Longgena Ginting, kepala  Greenpeace Indonesia mengapresiasi langkah Presiden blusukan ke lokasi kebakaran hutan dan lahan gambut. “Hari ini secara simbolik Jokowi melakukan penutupan kanal sebagai upaya perlindungan lahan gambut dan mengatasi kebakaran hutan. Ini saya pikir langkah besar sekali oleh Presiden. Turun ke lapangan, melihat akar masalah kebakaran hutan yaitu kerusakan gambut.”

Dia berharap, dengan aktivitas ini ada langkah yang besar, kebijakan besar, dan aksi besar dari pemerintah untuk menyelamatkan gambut yang tersisa sekaligus mengatasi kebakaran.

Senada diungkapkan manager kampanye hutan dan perkebunan skala besar Walhi Nasional Zenzi Suhadi. Dia mengapresiasi langkah Presiden yang datang ke lokasi kebakaran gambut.

Dia meminta, Jokowi serius me-review perizinan  perusahaan-perusahaan yang merusak lingkungan. Juga mendorong penegakan hukum pada 600 lebih perusahaan yang bersinggungan dengan hutan di Indonesia.

“Kita berharap dengan kedatangan ini, beliau bisa menemukan fakta sesungguhnya bahwa masyarakat memiliki kemampuan menjaga dan hidup beradaptasi dengan hutan juga eksoistem gambut.” “ Kita berharap ini menjadi langkah awal memberantas kejahatan korporasi, dan memulihkan lingkungan hidup di Indoensia hingga tahun 2015 tidak ada lagi asap.”

Hayat Mansur aktivis YPB mengapresiasi langkah Jokowi melanjutkan moratorium perizinan di hutan dan lahan gambut. “Itu langkah sangat penting dan strategis. Tanpa ada moratorium, kebakaran hutan masih kemungkinan bisa terus terjadi,” katanya.

Petisi yang dibuat Manan ditandatangani 27.000 warga. Ini petisi pertama yang berhasil mendorong Presiden beraksi ke lapangan.

Direktur Kampanye Change.org Arif Aziz mengatakan, kemenangan petisi #blusukanasap ini menunjukkan harapan masyarakat besar kepada pemerintahan baru dalam mencari solusi masalah asap dan kebakaran hutan. Petisi online terbukti bisa menjadi sarana efektif bagi masyarakat. “Meski dari pelosok desa yang jauh, dalam mendorong perubahan kebijakan.”

Artikel yang diterbitkan oleh
, , ,